"Aku udah bikinin teh anget ya cem kalo kamu mau" ujar Tari sambil merapihkan rambutnya dikuncir kebelakang. "Si bangsat, kok dia tau sih gue tuh lemah banget kalo liat cewe benerin rambut ngadep belakang. View kayak gini nih, yang bikin birahi!!" aku cuma bisa berujar dalam hati, tidak ingin Tari tahu soal ini.
Aku cuma bisa memeluknya dari belakang ketika ia merapihkan rambutnya itu. "Kamu kok, sexy banget sih non?" bualan buayaku kumat. Hidungku menghampiri lehernya, kuhirup aroma tubuhnya yang khas wanginya. "Kamu juga lho cem seksi, seksi dokumentasi" Tari berbalik badan dan kemudian menciumku. Tangannya melingkar di leherku, kami berciuman agak lama saat itu. Aroma nafasnya khas ciuman, sulit untuk kugambarkan. Namun aroma ini adalah aroma kala aku berciuman dengan orang yang tepat, aku suka aroma ini!
"Kamu tau ga? aku suka badan kamu cem. Aku kadang mainin meki aku sambil liatin body kamu ini. Ga nyangka aja aku bisa nikmatinnya secara langsung" jujur Tari kepadaku.
Sumpah aku tersipu malu saat itu, dimana sekarang orang yang aku kirimkan foto telanjangku tanpa muka melihat bentuk asliku seperti apa. Aku bukan orang yang tampan dan rupawan, sering sekali aku bertemu orang baru dan kemudian mereka menghilang setelah bertemu. Insecurity itu ada didalam diriku.
"Makasih ya sayang" balasku. "Padahal aku kan fatty gini non" aku masih berhadapan dengan Tari. "Ya gapapa, aku suka yang kayak gini kok, dadbod..." kalimat yang dibarengi dengan pelukan, ditempelkannya kepalanya didadaku.
"Cem, tadi aku beli nasi goreng kambing dua bungkus. Abis makan mie aceh entah kenapa aku masih kelaperan. Aku laper mata banget liat fotonya diaplikasi. Aku beli dua bungkus deh, terus satu bungkus aja ga abis coba, ahahaha. Untung kamu kesini, jadi tolong habisin yaa".
"ya ampun non, aku kan lagi ngurang ngurangin makan disuruh dokter" tolakku ke Tari. "Aku ga mau tau ya, itu nasi goreng kambing harus habis" tawa Tari terkekeh kecil.
Sementara ia bermain dengan ponselnya seraya membuka sosial media, perlahan aku habiskan nasi goreng itu. "Kamu disini sampe kapan sih non? trus interviewnya kapa?" tanyaku sambil mengunyah. "Ada deh cem, kenapa? pengen cepet-cepet aku balik ya? sukanya gt? dateng crott pulang?" ketus Tari. "Hahaha, ya engga non. Nanya aja masa ga boleh, dih jutek banget jadi orang".
"Eh si pesva gimana kabarnya?" Tanyaku lagi.
"Ga tau ah, cowokku lagi sibuk cem. Aku aja jarang ketemu sama dia".
"Lah, tapi masih jalan bareng kan non? apa udah bubar?" tanyaku ingin tahu lebih dalam.
"ya gitu deh cem, tau ah. bahas yang lain aja boleh ga?" Tari semakin ketus.
"Ya udah bahas yang lain dah..." aku malas sekali kalau harus ribut dengan Tari, bukan hanya dengan Tari sih dengan semua wanita.
"Cem, kamu udah wleowleo sama siapa lagi? kamu aja yang cerita ya. Kan thread kamu udah banyak tuh" Tanya tari membuka bahasan baru.
"Sama siapa lagi ya, yang terakhir ya yang aku ceritain itu non. Yang aku sempet nonton bareng dia. Ga aku bikinin thread sih."
"Kenapa ga dibikin?"
"Ga tau non, belum mood aja buat nyeritainnya."
Tari sudah dengan posisi akan tidur saat itu, tak terasa matanya sudah terpejam, tangannya masih memegang ponsel yang layarnya masih menyala. Aku menghampirinya untuk mengambil ponselnya dan meletakkanya di meja disebelah Tari tertidur. Dimeja dimana aku meletakkan ponsel Tari, terbuka sedikit laci dibawahnya. Mataku mengernyit melihat apa yang terlihat dari atas sini. Aku memastika Tari sudah tertidur pulas sebelum aku membuka lebar laci itu. Aku tarik perlahan laci tersebut, aku takut laci itu membuat bunyi yang dapat membangunkan Tari. Aku tertawa dalam hati dengan apa yang aku lihat. Aku melihat beberapa sex toys disana. Dildo berwarna hitam dan vibrator. Aku masih terkekeh dalam hati dan memikirkan apa yang akan aku lakukan dengan alat itu ke Tari. Tapi makananku masih banyak. Aku harus mengabiskanya sebelum tidur.
Kenyang sekali rasanya menghabisakan satu setengah porsi makanan ini, seperti menghabisakan makanan level kuli. Aku pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi, mencuci muka dan berwudhu. Iya, aku lupa belum menunaikan kewajiban shalat isya waktu itu.
Selesai shalat, aku membuka kembali baju yang kukenakan hingga tinggal menyisakan celana dalam boxer. Aku mematikan lampu dan menempatkan diri disebelah Tari yang sudah berselimut. Dibalik selimut itu aku memeluk Tari perlahan, aku tatap wajahnya dalam remang-remang, terlihat tanpa dosa ketika tidur, menyenangkan. Aku sentuh bibir merah nan mungil itu dengan jariku. Kenapa ini bisa terjadi dengan apa yang aku harapkan selama ini. Kukecup keningnya namun Tari reflek memelukku, gayung bersambut. Malam itu aku terditur dalam pelukannya.
***
Entah berapa lama aku tidur malam itu.
Batang penisku mengeras dan aku merasakan seperti ada yang meremasnya. Aku masih setengah sadar kala itu, aku seperti tidak berdaya. Namun aku tersentak ketika penisku yang mengeras itu merasakan hangatnya rongga mulut seseorang. Aku terbangun dan benar saja Tari sudah melakukan pemanasan "kamu udah bangun?" seraya menghampiriku yang masih terbaring lemas. Dikecupnya bibir ini dan ia duduk diatasku "cem, aku sange..." goda Tari yang berbisik ditelingaku sambil menggoyangkan pinggulnya diatasku. "non, bentar aku masih setengah sadar" jawabku terbata-bata. "Owh, masih belum bangun ya daddy. Tapi yang bawah udah lho..." ujar Tari centil. Ia kembali menuju selangkanganku, menjilati semua bagian itu. Aku masih belum bisa melawannya, tangan Tari mengangkat kakiku sehingga ia bisa dengan leluasa menjilati bagian pantatku. "oughhh, yess...non, terus sayang" aku meracau dengan jilatan Tari di anusku.
Sungguh dia berhasil membangunkanku pagi itu. Diremasnya pantatku dan dibukanya belahan pantatku dari posisi itu. Lidahnya menjilati area itu dan memasukkan ujung lidahnya sedikit "oughhh, fuck..."aku masih meracau. Ya! aku sudah tersadar kali ini, benar benar tersadarkan sehingga aku baru tahu kalau kedua tangan dan kakiku sudah terikat!
"Tari ini apa?! Ahahaha, kamu jangan aneh-aneh ah."
"Kamu ikutin perintah aku ya daddy, jangan nolak. Aku ga aneh aneh kok. cuma pengen main sama kamu aja"
Ok, aku mengikuti saja perintahnya. Aku pikir Tari hanya punya vibator dan dildo saja ternyata ia punya lebih.
"Aku buka ikatanya, tapi sebentar aja ya. Aku cuma pengen kamu ganti posisi aja."
"I'm yours, my lady" jawabku mengikuti permainan.
Posisiku sekarang berada berhadapan denganya, aku merangkak diranjang, kaki dan tanganku kembali diikat diujung ranjang. Seperti peliharaan yang siap menerima perintah, aku menunggu perintah selanjutnya. Ia membungkuk agar bisa mencium bibirku dan melumatnya. Ia kini berdiri dan menyuguhkan vaginanya, iya dia ingin aku menjilat vaginanya. Aku ikuti arahannya, jujur aku kesulitan untuk menjilat bagian vitalnya apalagi dengan tanganku yang terikat. Mungkin ia merasa aku kesulitan sehingga Tari mengangkat kaki kirinya, meremas kepalaku dan menekan kepalaku ke vaginanya, aku sulit bernafas. "Oghhh terus daddy, yess... iyah terus disitu sayang...okhhh" ucapnya menikmati permainan lidahku.
Tari selesai dengan posisi itu, ia berjalan ke belakangku yang masih posisi merangkak.Aku tidak tahu apa yang akan ia kerjakaan lagi kala itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/340788521-288-k881373.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tari
RomansaDidepan pintu kamar hotel Tari, aku mengketuk pintu sedikit gemetar. Aku sapa "Tari, ini Abi" . "Daddy! masuk-masuk" suaranya agak sedikit berbisik. Tari waktu itu memakai celana ketat pendek mungkin hanya beberapa senti dan kaos putih oversize. Aku...