The Truth

1K 3 0
                                    

Keesokan paginya kami terbangun bersamaan, Tari berpindah posisi mengahadapku. Mata kita saling bertatap, iya menyapu bibirku dengan jarinya. "Aku bakal kangen kamu sih cem, bibir kamu, pelukan kamu, tubuh kamu" kemudian ia memelukku dan aku menyambutnya "Miss you already, non" sambil mencium keningnya.

"Mandi bareng?"

"Nanti dulu, aku masih belum puas meluk kamu cem"

"Ya udah yuk, sinih peluk"

Setengah jam kami menghabiskan pelukan terakhir, saling berciuman tanpa penetrasi. Saling membersihkan ketika mandi bersama untuk yang terakhir kali saat itu. Cubitannya dikala kami bercanda, suaranya, tawanya, sungguh sangat memorable. Hingga akhirnya waktu yang memisahkan, aku pamit untuk berangkat kerja. Aku orang yang sangat pelit untuk menangis, namun Tari memaksaku untuk mengeluarkannya, aku sangat mudah terpancing emosi dengan situasi sekitar. Aku basuh pipinya yang basah. "Udah, kita bakal ketemu lagi nanti. Janji" ucapku menenangkan Tari.

Lambaian tangan perpisahanku, senyuman bahagia Tari perlahan memudar dari pandanganku.

Aku kembali dalam riuh rutinitasku dikantor, sampai pada waktu aku menerima email jadwal meeting hari itu. Ternyata meeting siang hari ini dibatalkan, sebuah kabar baik. Aku segera menyusun rencana untuk menuju bandara Soekarno Hatta. Tari sudah menginformasikan di terminal mana. Aku sengaja tidak memberi tahunya ataupun mejemputnya di hotel.

Pukul 11 aku berangkat lalulintas Jakarta waktu itu tidak ramai seperti biasanya, entah mengapa, seperti jalanku dilancarkan oleh keadaan. Aku menggunakan jaket hoodie hitam waktu itu untuk menyamarkan agar Tari tidak mengenali.

Sesampainya diterminal 1 aku menunggu bangku dekat pintu masuk. Aku menunggu kedatangan Tari, hingga aku melihat seorang wanita turun dari taksi. Ia menggunakan kacamata hitam, mungkin tidak mau terlihat kalau matanya sedang bengkak setelah menangis, bagasi diturunkan oleh supir taksi dan ia mengangguk seperti mengucapkan terimakasih. Aku perlahan mendekatinya dari samping agar iya tidak mengenaliku.

"Bisa saya bantu nona?" sapaku sopan seperti porter bandara, bandara mesum hahaha.

"Eh?" Tari kaget

"Cemmm?! kok kamu disini?" ia sumringah

"Meeting aku di-reschedule, universe mendukungku. hahaha"

Tari tiba-tiba menciumku dan merangkul tangannya di leherku. Kami tidak memperdulikan orang-orang yang melihat disekitar, aku peluk erat. "Makasih buat semua ya Tari, see you soon"

"Iya cem, makasih juga. You are the best stranger in my life. Yuk, cem nanti telat"

Aku nenuntun koper birunya, cukup berat. Aku bisa masuk sampai ia check in karena aku menunjukkan tiket yang sudah aku modifikasi denan namaku, ya pengamanan bandara disini mudah sekali ditembus.

"Jangan tinggalin aku ya cem, tetep hubungi aku" pintanya

"Okeh, aku ga kemana-mana. Kamu orang pertama yang aku kabarin kalo aku kemana."

Sampai akhirnya dipintu pengecekan penumpang, kami berpisah. Senyum sumringah Tari tersisa diingatanku. Aku menunggu hingga pesawat Tari take off.

Sungguh pertemuan yang sangat berkesan bagiku.


***

Aku terbangun dari mimpiku dan tersenyum melihat celanaku yang basah dengan wangi khas pandan. Aku bergegas mandi besar dan mengirim pesan ke Tari setelahnya.

"Aku mimpiin kamu masa, mau aku ceritain ga? Atau aku tulis di wattpad aja yah?"


***Bersambung...***

https://www.wattpad.com/1454917338-tari-2-mimpi

TariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang