Hari itu sibuk sekali kerjaan dikantor, padahal cuma ditinggal setengah hari saja. Tapi rasanya banyak kerjaan yang tidak terselesaikan. Beberapa materi untuk meeting, hasil testing aplikasi yang perlu aku cek kembali, belum lagi boss yang tetiba mengajak berdiskusi lama. Rasanya ingin diselesaikan besok saja, tapi aku selesaikan hari itu juga. Hingga ada chat yang masuk "Kamu belum pulang?" chat dari 'nyonya' menanyakan kabar, waktu itu pukul 5 sore. Dia bisa tau lokasi aku dimana karena kami saling berbagi lokasi langsung di Google Maps, jadi kapanpun dia bisa lihat keberadaan aku dimana. Lalu bagaimana kejadian pagi tadi? ya, sebagai orang IT aku bisa mengakali aplikasi-aplikasi tersebut. "Aku kayaknya bakal lembur sih yang" balasku. "Ya udah, hati-hati ya" jawabnya menutup.
Aku kembali berkutat dengan pekerjaanku saat itu, hingga adzan maghrib pun berkumandang. Aku meregangkan tubuhku dan mengecek kembali pekerjaan-pekerjaanku yang tertunda tadi. "Selesai" sahutku dalam hati. Aku mencoba mengirim kembali chat ke Tari waktu itu "Kamu dimana non?" tanyaku singkat. Terbesit dibenakku untuk mendatanginya lagi malam ini, tapi aku juga melihat situasi kondisi saat itu apakah kondusif atau tidak.
Aku mengecek Google Maps kembali dan melihat 'nyonya' sedang berada ditempat wisata malam di Jogja. Sepertinya kondusif, pikirku.
Setelah meyakinkan hal itu, aku mulai mengutak-atik aplikasi digadgetku dan berangkat menuju hotel. Padahal Tari waktu itu membalas "Aku di hotel, cem. Kenapa?". Tapi aku hanya membacanya saja tanpa membalas. Ya memang sengaja tidakku balas waktu itu.
Walaupun aku bisa mengakali aplikasi, tapi rasa takut dan kuatir pasti masih menyambangi perasaan ini. itu yang aku rasa selama di atas motor menuju hotel Tari. Sampai di parkiran, aku masih mengecek apakah lokasi aku terlacak atau tidak, ya untuk meyakinkan kembali.
Di depan pintu kamar hotel Tari menginap aku langsung mengetuk "Permisi, room service!" sahutku. Apa ya yang ada dipikiran Tari nanti, kaget, seneng, marah? Namun aku tetap mejaga untuk stay cool. "Yaa, sebentar" terdengar suara Tari dari dalam.
Pintu terbuka dan hanya kepala dengan muka yang sudah dipasang apa itu namanya, sheet mask? "Abiiiii!!!" aku tentu saja kaget, kaget dengan suara teriakan Tari, pun dengan kepala yang muncul tiba-tiba itu. "Ssssttt..." telunjukku dibibir Tari sambil aku melihat keadaan sekitar, berharap tidak ada yang lihat. "Iya ini aku, jangan berisik" aku berbisik sambil mendorong pelan Tari masuk ke kamar. "Kirain gofood cem", "Emang gofood boleh masuk kamar hotel non? aneh-aneh aja" jawabku bingung. "Kamu lagi pesen makanan non?" "Eh, iya juga ya. Iya cem, aku lagi pesen gofood". Tidak lama berselang hp Tari berdering, kali ini benar telepon dari gofood yang mengabarkan kalau pesenannya sudah di lobby. "Aku kebawah dulu ya cem."
Tari bergegas menggunakan jaketnya lalu turun ke lobby. Sementara aku melepas sepatu dan menghampiri laptop Tari yang tidak terkunci. Aku iseng melihat apa yang sedang Tari kerjakan, tapi aku tidak terbiasa dengan barang Mac. Jadi aku merebahkan diri di kasur menyanggah kepala dengan tangan kiri dan tangan kakan mengoperasikan laptop itu dengan canggung. Tari sedang membuka Google chromenya dengan beberapa tab, ada whatsApp web, youtube yang sedang memutarkan lagu-lagu low fi dan Twitter. Aku tidak tertarik dengan whatsApp dan twitter karena aku rasa itu bagian privasi Tari. Jadi aku hanya mengutak atik youtube, aku masukkan ke playlist lagu-lagu santai yang bisa untuk berdua. Meskipun low-fi yang Tari putar juga sama enaknya.
Tari kembali dari lobby, ia melepas jaketnya dan menaruh makanan di meja, tercium wangi aroma mie aceh. Tersibaklah baju tidur Tari, se-paha you can see biru dongker yang nampak hanya seutas tali dibahunya. Putingnya terlihat menonjol dari tatapan aku. Tari masuk ke kamar mandi, entah apa yang dia lakukan. Rambutnya yang terurai kini sudah berubah bentuk dikuncir belakang 'cepol'. "Abiii..." sambutnya menghampiri aku yang sudah duduk dipinggir ranjang.
Aku tak menyangka dia menghujani langsung ciuman ke bibirku. Akupun menyambutnya perlahan. Permen mint dari mulut Tari menjadi sensai baru untuk ciuman kali ini. Kami pun bergantian menghisap permen tersebut. Dari ciuman itu Tari menduduki aku yang masih berpakaian lengkap "Daddy, aku sange liat kamu" bisiknya diantara pergumulan ciuman ini. Shit, pujian-pujian mesum malah menaikkan libido ini.
Aku tidak tinggal diam, sasaran utama sudah jelas bagian dada. Aku sudah lama mengincarnya sejak pertemuan dipintu tadi. Putingnya sudahku pilin pelan, bagian tengahnya langsung mencuat mengeras. Tanganku tidak lagi menjamah dari luar baju Tari, tapi sudah dari dalam aku bisa merasakan hangat kulitnya. Benara saja Tari hanya memakai baju tidur tidak dengan dalamannya. Aku jadi tau apa yang Tari kerjakan dikamar mandi tadi selain memakan permen mint.
Tanganku sudah lihai dengan tubuh Tari yang mulus. Selain aku peluk dirinya, tangan ini liar ke daerah bawahnya. Dari belakang, tangan ini menjamah bagian pantat Tari, aku sentuh perlahan bagian belahan pantatnya kemudian terus masuk menyeruak. Sampai aku kebagian miss v Tari yang lembab, aku bisa merasakan cairan kental di miss v nya. Tari terhentak ketika jari ini menyentuh klitorisnya. "Akh! daddy...pelan-pelan", "oops...hehehe..." jawabku singkat.
Tari memejamkan matanya, berpegangan di bahuku sambil menikmati permainan jariku di klitorisnya. Bibir Tari digigitnya sendiri sesekali desahan kenikmatan itu muncul "Shhhh..akhhh..daddy..." desahan pemicu semangat.
Baju kerjaku dibuka kancingnya, Tari nampak tak sabar dengan gerakannya yang terburu-buru. "Non, makan dulu yuk, wangi banget ini makanannya", "Daddy ih...kentang banget tau!" jawab Tari kesal. "Abis wanginya bikin laper gini, emang ga laper non? 'kan kamu sendiri yang pesen". "Ya udah aku siapin dulu, bentar!" masih ketus jawabannya, aku masih inget nada-nada kesal waktu itu. Tari membagi mie aceh menjadi dua porsi sama rata. Sementara aku malah pengennya isengin dia.
"Kamu ngapain sih..." bisikku sambil memeluk Tari dari belakang. "Abiii...ini nanti tumpah". "Engga kok non..." batangku sudah menempel dibelahan pantat Tari. Kuremas buah dadanya, Tari mendesah kecil "akhh...cem...kamu sebenernya mau mam atau engga?". "Aku mau makan kamu aja" jawabku masih berbisik ditelinganya. Tanganku sudah merasuk ke miss vnya yang ternyata sudah kering. Kami bercumbu kembali, saling meremas, saling menikmati. Aku angkat Tari ke meja, ia pun nurut dengan apa yang aku kerjakan. "Cem..shhhh..." jilatan pertamaku ke miss v Tari, kakinya sudah bertumpu pada bahuku. "Akhhhh, cemmm....." jilatan kedua, lidah sudah mulai masuk kedalam miss v. Tari meremas kepalaku, sedangkan tangan kananku menjamah buah dadanya, memilin putingnya.
"Terushhh, daddy...akhhh sshhhh..." Jariku mulai membantu lidah yang mesti bekerja keras.
"slurrpphhhh...cuihh..." bunyi decakan dan hisapan becek mulutku dan mulut bawah Tari berisik. Sampai pada klimaksnya Tari mengerang keras "Oughhh, daddy terusss, terusss.. AKHHHHHH" Lidah dan kedua jadiku basah cairan Tari. Aku habiskan semua. Kaki Tari bergetar, aku berdiri untuk menenangkan Tari yang tremor. Aku cium bibir mungilnya, aku peluk mesra taripun membalas pelukan. "Cem, kamu jahat" tukasnya. "Jahat kenapa sih yang? hehehe...kan enak". "iya sih, enak banget. Mau lagi". "Beneran? belum minta ampun?" Tari menggelengkan kepala tanda belum puas.
Aku cium lagi Tari dengan penuh nafsu, bibir Tari sudah mulai digunakan pada pergumulan ini. Tanganku membuka baju biru dongker itu, aku bisa melihat tubuh Tari mulus tanpa penghalang. Birahiku semakin memuncak. Bajuku dibuka paksa, celanaku juga. Sebelum mebuka celana, Tari berlutut didepanku. Batangku digigit dari luar celana, sungguh sensasi lain. Pelan-pelan kancing celana dibuka menggunakan mulutnya, ini beneran seperti film biru, mungkin dia mencontohnya dari sana. Dilucutinya celana kerjaku, dirabanya kedua pahaku sambil dia menggigit batang kenikmatanku dariluar celana dalam. "oughh..."keluhku tak tertahan dengan perlakuan ini.
Tangan Tari merayap memasuki celana dalamku, aku bisa merasakan bulu-bulu pubis ini bergesekan dengan tangannya hingga menyentuh penisku. "Muat ga ya daddy..." ucapan nakal Tari mulai berhembus kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tari
RomanceDidepan pintu kamar hotel Tari, aku mengketuk pintu sedikit gemetar. Aku sapa "Tari, ini Abi" . "Daddy! masuk-masuk" suaranya agak sedikit berbisik. Tari waktu itu memakai celana ketat pendek mungkin hanya beberapa senti dan kaos putih oversize. Aku...