7 : [ TEMU ]

145 25 3
                                    


nestapa mutlakmu tunjukkan, tak seringaimu yang membuatku paham.—


"Haizel, om sama tante nyuruh balik," ujar Terra sembari meletakkan dua piring berisi roti. Tangannya mengambil pelan susu coklat di meja dapur mengoper nya pada Haizel yang masih terbengong menatap rotinya.

Dirinya tersentak merasakan panasnya genggaman karena tak memperhatikan posisi pegangannya. Reflek melepaskan susu tersebut, Terra yang baru ingin duduk menikmati teh bunga dan roti coklatnya menatap nanar tumpahan susu tersebut.

Mata bulat Haizel menjelaskan keheningan yang terjadi. Terra bersungguh-sungguh, menjaga sepupunya yang satu ini terkadang seperti menjaga anak berumur lima tahun yang tak lebih memiliki kebiasaan tantrum pada waktu tertentu.

Haizel mengangkat kepalanya menatap pada Terra yang memilih berdiri kembali dan memberikan tatapan tajam. Pemuda itu menunduk secara perlahan, Terra terlihat seperti seorang ibu yang mampu membuat Haizel jera.

"Maaf," cicit Haizel dengan takut.

Cicitan yang terdengar membuat Terra mengasihani Haizel. Kondisi tidur yang tidak tenang mungkin membuat konsentrasinya turun hari ini. Tak menjawab apapun, sang abang mengambil gelas tersebut ke dapur lantas balik mengambil kain untuk membersihkan kekacauan yang Haizel buat.

Tangannya dengan telaten membersihkan meja sementara Haizel masih menunduk dengan sudut mata yang terangkat memperhatikan pekerjaan Terra. Saat Terra kembali menatapnya, Haizel menunduk kembali dengan cepat.

Terra menghela napas, mengecek ponselnya sebentar. Memastikan meja yang di lap bersih, kedua langkah kakinya kembali ke dapur, ketenangan hari ini membuat Haizel sedikit menyesal.

Beberapa detik kemudian, Terra kembali meminum tehnya pelan. Mengelus dada sabar akan kelakuan Haizel, mengeluarkan uang berwarna biru di atas meja. Nurani tetap kasihan melihat penyesalan Haizel. Sedangkan sang adik hanya menatap benda biru tersebut.

"Hari ini tidak usah sekolah, kakak mau ngejar dosen hari ini. Uangnya buat beli susu," gegas Terra kemudian bersiap-siap. Dirinya berjalan seperti setrika mencari barang-barangnya sebelum mengingatkan Haizel kembali.

"Ingat uangnya untuk beli susu, habis itu usahakan untuk tidur. Jangan beli susu dingin!" peringat Terra sebelum suara pintu terdengar. Untuk ketiga kalinya dalam seminggu, Haizel menumpahkan susu coklatnya.

 Untuk ketiga kalinya dalam seminggu, Haizel menumpahkan susu coklatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


08.30

Menuruti ucapan Terra, Haizel memasuki toserba didepannya dengan gontai. Kakinya berhenti pada salah satu rak khusus minuman. Pemuda itu mengambil salah satu susu coklat dan membayar nya pada kasir.

Kasir beberapa kali menawarkan diskonan pada Haizel. Pemuda itu tak mengeluarkan suara apapun dan hanya menggeleng sebagai jawaban. Setelah kegiatan berbelanja nya selesai, Haizel memutuskan untuk keluar dengan cepat. Napasnya dia tarik dengan cepat lantas kembali berjalan dengan gontai.

[MH DWILOGI] : INSOMNIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang