5 : [PANITIA]

252 34 1
                                        

this feeling was made by you
—designer—

"Hah?"

Kening Haizel mengernyit saat menatap dua lembar kertas yang terklip. Matanya mengarah pada Narvan lalu kembali menatap kertas tersebut. Mengecek nama nya didalam kertas tersebut, memastikan hal tersebut ulang, lalu menatap Narvan yang tersenyum

"Haizel Arrsevi, koordinator tempat dan perlengkapan."

Kepalanya reflek menggeleng memberikan kertas tersebut kembali pada Narvan. Rayen yang baru saja sampai melihat keanehan pada keduanya. Tatapan penolakan Haizel membiat Narvan membalasanya dengan mata permohonan seolah-olah keduanya berbicara secara telepati.

"Kenapa lo berdua?" tanya Rayen meletakkan tas dibangkunya.

Haizel mengusap wajah nya, "nama gue di SK pentas seni. Lo tau sendiri kan, gue bukan anak OSIS, fisik gue apa lagi."

Narvan menjadi cemberut, "gue disuruh nyari orang buat tambahan, karena hari proposal bazar disamakan dengan pensi, otomatis anggotanya kurang."

"Lo tau sendiri kan anggota OSIS sekolah ini gimana, suka pada numpang nama semua," lanjut Narvan yang membuat Rayen mengangguk setuju.

"Oh iya, lo juga masuk panitia bazar ya, Ray," celetuk Narvan membuat Rayen turut menganga.

Narvan ini memang memiliki pemikiran yang acak sekali. Memasukkan nama keduanya dalam kegiatan yang tak pernah dilakukan oleh manusia seperti mereka, apalagi Haizel.

Wajah Haizel dan Rayen benar-benar dipenuhi oleh protes. Sedangkan Narvan hanya cengegesan jarinya menyatu meminta pertolongan kedua sahabatnya.  Haizel pikir masih banyak manusia di kelas ini yang bisa dipilih dan lebih berpotensi.

"Ayolah, gue ga ketemu orang lain," mohon Narvan.

"Ga," tolak Rayen dan Haizel bersamaan membuat Narvan cemberut. Rayen kembali mengangkat bicara, "lagipula dikelas kita juga banyak yang berpotensi terus circle nya lebih luas, lo mau kita berdua planga plongo."

Setau kedua nya, OSIS sekolah ini hanya akan berpatok pada manusia manusia yang populer dan dekat dengan guru. Lagipula guru-guru mempertimbangkan dana yang keluar, anak-anak donatur jelas sangat diperlukan.

Narvan menggeleng, "itu ga menjamin acara berlangsung bagus Rayen."

Rayen mengernyitkan dahinya bingung, bagaimana si pola pikir temannya ini, "kalo yang begitu aja ga menjamin, apalagi kita berdua Narvan calon pacarnya Ja—."

Haizel membekap mulut Rayen dengan cepat merasa beberapa tatapan mulai muncul akan perdebatan ketiganya. Yang dibekap menyingkirkan tangan tersebut dengan cepat. Sementara Rayen mengeluarkan lidahnya jijik.

"Tangan lo, Zel, bau karat bangke,"  jijik Rayen yang membuat Narvan tertawa sementara sang pelaku berpikir benda apa yang sekiranya membuat tangannya seperti itu.

Haizel memiringkan kepalanya lalu mengangguk, "gue pegangin tangga dekat toilet, tadi darah rendah gue sempat muncul."

Rayen semakin terbatuk membuat Narvan tertawa keras melihat kejadian tersebut. Lagipula bukan tanpa alasan, mendengar Rayen mengucapkan nama sang ketua OSIS tak lebih akan menjadikan Narvan sebagai bulan-bulanan kelas.

Haizel takkan membiarkan hal seperti itu terjadi, apalagi mengenai keduanya. Punya manusia seperti ini saja dianggap lebih cukup, setidaknya keduanya tak merasakan sakit hati.

"Iya maaf, Rayen" pinta Haizel dengan down smile membuat pemuda itu mengarahkan pandangan Haizel ke depan. Tidak kuat, Rayen.

Haizel melirik Narvan dan Rayen yang tertawa lepas, dirinya menghela napas. Persetan dengan masalah sosialnya, anggap saja kejadian ini pengalaman masa sekolah menengah atasnya.

[MH DWILOGI] : INSOMNIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang