11 : [ HILANG]

216 25 10
                                        

"And that's the risk I took when I fell for you"
—DNA by Lany

Dari awal tak satupun yang dapat dianggarkan oleh pertemuan keduanya. Tidak dengan kenalnya Jeremy dan Terra yang semakin dekat. Tidak dengan fakta bahwa nyanyian malam yang mampu membuatnya tenang setiap kali pemilik balkon seberang melantunkan akustik. Semakin dewasa, semakin banyak hal yang harus dikorbankan.

Dunia tidak sebaik itu, pikirnya.

"Zel, hei?" sentak Narvan membuat pemuda itu tersadar.

Sejak beberapa hari setelah acara menginap ketiganya, Haizel baru menyadari sesuatu didalam dirinya. Lantas setelah itu kekesalan menyentuh jiwanya, benar-benar menyerang akal sehatnya. Apalagi berita yang beredar disekelilingnya membuat pemuda itu tak dapat berpikir jernih.

"Oh, ya," balas Haizel saat itu.

Kebenaran tentang Matteo mengudara secepat kilat. Beberapa manusia disekolah mulai berbisik-bisik tentang latar belakang lelaki itu. Haizel tentu sangat khawatir dengan hal tersebut, setahunya, Matteo hanya memberitahu kebenaran dirinya pada malam itu pada Haizel. Entahlah, atau memang dirinya yang telalu percaya diri.

Tapi Matteo beberapa hari ini benar-benar menghilang. Haizel tidak pernah melihat lelaki itu membuka pintu gerbang rumah, memainkan gitar atau menghidupkan lampu kamarnya setelah berita itu mengambang disekitar lingkungan sekolah. Haizel pernah menanyainya pada Jeremy yang hanya diberi helaan napas dan senyuman tipis, lantas menyuruhnya pulang untuk tetap menunggu Matteo.

"Lo kenapa?" tanya Narvan.

Haizel menggeleng, tak mungkinkan menjabarkan seluruh pemikirannya pada Narvan. Taku dikira gila karena sekarang semua topik dikepalanya hanya tentang Matteo saat ini.

Narvan menghela napas kesal, "jangan bilang lo kepikiran tentang rumor Matteo yang katanya memalsukan identitas karena anak konglomerat itu, lagipula apa urusannya sih dia konglomerat apa gak, manusia memang ya!"

Haizel mengerjap kembali menggeleng lebih keras, "gak kok, gue ga mikirin apapun tentang dia, tapi kan dia memang anak konglomerat."

Haizel mengecilkan suaranya pada ujung akhir percakapan, Narvan yang mendengar hal itu semakin butuh diyakinkan, "hah yang terakhir apa—"

Belum habis Narvan menyelesaikan kalimatnya. Ruang kelas yang berisi dua manusia itu diketuk dengan keras. Cheriel dan Rayen menarik keduanya dengan napas tersenggal-senggal. Tak mengatakan apapun hingga membelah kerumunan pada mading dengan cepat. Sontak beberapa orang melihat kedatangan keempatnya berbisik, diantaranya hanya meminggirkan diri.

Haizel membulatkan matanya, tangannya bergerak mencabut sekitar lima lembar foto  yang berisi dirinya dan Matteo. Tiga foto di pesta bisnis kemarin dan dua foto lelaki itu terlihat menghadiri acara bisinis tertutup. Bukan, ini bukan tentang wajahnya yang disana. Pemuda itu hanya mencoba melindungi Matteo yang tidak menginginkan identitasnya terkuak. Apalagi pembicaraan yang menyuarakan tindakan nepotisme yang dilakukan Matteo. Beberapa siswa dan siswi memilih bubar meninggalkan kejadian tersebut. Menyisakan Haizel dan ketiga temannya yang sedang menatap kearahnya.

"Zel, ayo balik," ucap Rayen dengan lembut.

Pemuda itu mengangkat kepalanya perlahan ingin berbalik hingga menyadari seseorang dengan pakaian serba hitam beserta masker sedang menatap kearahnya. Haizel kenal lelaki itu.

Tangannya meremuk kertas foto tersebut. Lengan lelaki dihadapannya terangkat membuat air matanya tak terelakkan lagi bersamaan dengan lonceng pertama yang berbunyi.

[MH DWILOGI] : INSOMNIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang