Bab 3 :Roti cokelat Mang Ali

32 8 23
                                    

"Lu ngapain ikut?" Sinis Maharani melirik Chaka. Yang dilirik jadi tak enakkan apalagi Sarjana yang berada ditengah mereka.

Berusaha mencairkan suasana Sarjana menepuk punggung kedua temannya, berkata riang "Wah, padahal baru hari pertama sekolah tapi kantin udah serame ini ya, ayo cepet beli makanan yang kita mau, jangan sampe keabisan."

Masih dengan muka betenya, Maharani pergi lebih dulu menuju konter bakso. Padahal pilihan nasi goreng Bude Imah lebih tepat untuk dirinya yang sedang kelaparan.

Sajana berbalik menghadap Chaka, terkadang senyum lebarnya Sarjana membuat Chaka sedikit takut. "Lu? Lu mau jajan apa?"

"Gue...emm...rekomendasi di sini apa yang enak?"

Mata Sarjana berbinar, tidak sia-sia kulineran jajanan sekolah Bestari Jaya,"Banyak banget! Kalo mau yang pedes ada seblak Mang Asep, Mang Asep ini dari garut, jadi sama mantep deh rasanya kayak seblak garut asli. Ayam geprek pelangi juga enak, uniknya ayam ada menu-menu di mana bumbunya itu sama kayak warna pelangi, bahkan versi manisnya juga ada tau. Gue paling suka warna hijau yang pake matcha sih."

Bla.

Bla.

Bla.

Chaka mendengar dengan seksama penjelasan panjang lebar Sajana, tangannya aktif menunju tiap konter makanan. Tak lama kemudian Maharani datang dengan semangkuk bakso dan es teh manis ditangannya.

"Jadi lu mau yang mana?" penutup Sajana. Agak ngos-ngosan rasanya, seperti paman muthu yang habis menjelaskan semua menunya.

Chaka melirik apa yang dibawa Maharani lalu tersenyum tipis, "Yang kayak Maharani aja deh."

--------

"Beneran ga apa-apa Sajana kita tinggal duluan?" Khawatir Chaka. Padahal Sajana duluan yang menyuruh mereka pergi ke kelas lebih dulu, takut keburu belum katanya.

"Walaupun dia telat masuk, tuh bocah rela dihukum demi roti coklat Mang Ali, "santai Maharani.

"Oh gitu..." Sejujurnya Chaka berterima kasih pada Sajana karena memberinya kesempatan berdua dengan Maharani. "oh ya, gue belum kenalan sama lu. Salam kenal, gue Chaka Juniar, lu? " Langkah Chaka berhenti, tangannya terulur, menunggu jabat tangan.

Langkah pertama PDKT! Berteman dengan crushmu!.

"Rani," malas Maharani.

"Kenapa ga Anjani aja?" Tanya Chaka, ia berusaha mencari pembicaraan. Padahal Chaka sudah tahu nama lengkap Maharani dari name tag nya.

Maharani menghela napas kasar, "gue males dibilang gunung anjani terus."

"Adanya mah gunung Rinjani, Hahaha!" Tawa Chaka meledak.

"Ya kan, emang merekanya aja yang sinting," timpal Maharani tak kalah ngegas. Chaka membalas tertawa, sejujurnya dia tidak tahu kenapa harus tertawa.

--------

Pasti mereka kaget

Jadi geli gue kangen mereka, wkwk.

Laki-laki dengan rambutnya yang hampir sebahu itu menyenderkan kepalanya dengan kedua tangannya. Ia membayangkan segala reaksi teman-temannya melihat dirinya setelah hampir satu semeter libur.

"Eh katanya Bayu udah masuk sekolah ya?"

"Katanya sih gitu."

"Kita ga samperin nih?"

"Hahaha, lu kangen hah? Gue mah ogah, males."

Bayu memang masih di lorong, tapi sunyi nyaa lorong itu membuat semua percakapan terdengar dari jarak lima meter.

"Masa sih kalian ga ada rasa kangen sedikit pun? Gue tau kita emang manfaatin dia doang, tapi Bayu tuh temen yang ba-"

Brak.

Laki-laki dengan luka di dahinya mengeram kesal, sedangkan temannya yang biasa dipanggil Rian menunduk kepalanya dalam-dalam. Janu yang berbadan gempal diam saja menyimak sambil mengunyah keripik ubi ungunya.

"Berisik deh, gatel telinga gue dengernya." Kesal, Raya langsung mengambil rokoknya dari tas, pemantik hitam itu perlu dua kali ditekan untuk bisa membakar ujung rokoknya. Dihembusnya asap ke atas, "kalo dia bukan cucu pemilik sekolahan ini dan ga kaya raya, gue ga bakal temenan sama dia."
Bayu mengepalkan tangannya kesal, lebih tepatnya kecewa. Ia marah pada dirinya sendiri.

Lagi-lagi, ia mengira punya teman, padahal tidak.

--------

Sebenarnya Bayu sudah tidak asing lagi dengan kesendirian, malah dirinya sudah bersahabat dengan perasaan itu. Tapi...ia belum berteman juga dengan kesepian.
Setiap sendiri datang, pasti tak jarang kesepian ikutan.

Bayu benci kesepian.

Tapi air mancur pusat taman sekolah ini membuat nostalgianya melambung. Saat dirinya pertama kali melihat air mancur di taman rumah kakeknya. Ayah Ibunya.

"Ma! Showernya gede banget! Bayu boleh ya mandi di sini."

Wanita muda itu tertawa, mata sipitnya bersembunyi. Bahkan angin melambat untuk menikmati kecantikannya. "Itu bukan shower, itu namanya air mancur. Dan kamu ga bisa mandi di sini, kasian nanti ikan-ikannya."

Bayu kecil cemberut, "kan ikannya bisa main bareng Bayu."

"Mereka takut sama kamu, haha." usil Biru."

"Mama!" Kesal Bayu.
Biru hanya tertawa, ia senang sekali melihat muka kesal anak laki-lakinya.

Bayu jadi rindu masa-masa itu.

"Bayu kangen, pasti Mama juga kangen, kan?" Tanyanya menatap langit, pasti Biru menjawab iya dari atas sana.

Mungkin...sekarang ia bisa mewujudkannya keinginannya. Mandi bersama ikan-ikan di kolam air mancur.

Coloring My World!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang