Cinta yang dulu ada, kini hilang bersama dia yang telah pergi.
04. MATI RASA ITU NYATA.
“Dari awal, lo emang nggak pernah becus jagain cewek!”
Elang tiba-tiba mendapatkan tinjuan keras dari Dirga sampai-sampai kepalanya menoleh kesamping seraya meringis kesakitan, ujung bibir laki-laki itu mengeluarkan darah segar.
“Untuk kedua kalinya, lo gagal jagain cewek, El! Lo selalu saja gagal!” Amarah di dalam dada Dirga membara, napasnya memburu tak beraturan. Dirga meraih kerah jaket yang dikenakan oleh Elang. Satu bogeman mentah kembali melayang di udara, dan mendarat mengenai rahang Elang sehingga laki-laki itu jatuh tersungkur ke atas lantai. “Cowok brengsek!”
Pandangan Elang memburam ketika melihat kepergian Dirga yang menjauh meninggalkannya sendirian. “Gue emang nggak pernah becus, gue selalu gagal, gue brengsek, dan gue benci dengan diri sendiri.”
✧Dₑᵣₘₐgₐ✧
Kepalanya berisik.
Tatapan matanya kosong.
Mulutnya terkatup rapat.
Malam ini terasa begitu sunyi. Sejak lima hari terakhir setelah Senja memilih untuk pergi ketempat yang abadi, Dermaga selalu mengurung diri didalam kamar. Semesta tidak hanya merenggut Senja. Tapi, semesta juga merenggut senyuman dan keceriaan milik Dermaga. Kepergian Senja membawa dunia dan separuh jiwanya. Dermaga kacau, dia tersiksa oleh kesendirian dan kehampaan.
Ponsel Dermaga berdering, mengacaukan tenangnya malam ini. Tangan laki-laki itu terulur untuk meraih ponsel yang di simpan di atas nakas, kemudian Dermaga melemparkan benda pilih itu pada kaca lemari yang berada jauh di depannya.
Pecahan-pecahan kaca lemari itu berjatuhan ke atas lantai. Suara deringan di ponselnya pun mati.
Samudra yang hendak memasuki kamar Dermaga pun mendadak diam—menghentikan langkahnya karena merasa kaget. Tapi, Samudra tetap memaksakan diri untuk menghampiri sang Kakak meskipun seluruh tubuhnya gemetar. Anak laki-laki berusia tiga belas tahun itu menaruh mangkuk yang berisi bubur dan segelas susu putih di atas nakas yang berada di sebelah ranjang.
“Bang, makan dulu,” ucap Samudra, ia naik ke atas ranjang sembari mengaduk bubur didalam mangkuk. “Mau gue suapin?”
Tidak ada respon. Sama seperti hari-hari sebelumnya. Dermaga seolah buta, laki-laki itu seakan bisu dan tuli. Kepergian Senja benar-benar membawa efek besar bagi hidup Dermaga.
“Mama sakit, bang. Mama di rawat di rumah sakit,” cicit Samudra, pelan.
“Kalau Senja?”
“Apa?”
“Dimana?” tanya Dermaga, tanpa mengalihkan pandangannya. “Senja dimana, Sam?”
Samudra sempat merasa senang karena akhirnya Dermaga mau membuka suara setelah sekian lama ia diam membisu. Tapi sekarang, justru Samudra yang dibuat bungkam oleh pertanyaan dari Kakaknya.
Dermaga tertawa melihat mimik wajah Samudra yang tampak kebingungan. Laki-laki itu kemudian tertawa nyaring. Terdengar begitu horor ditelinga Samudra.
Samudra beranjak dari duduknya, mulutnya terkunci rapat.
Laki-laki berusia tiga belas tahun itu kembali di kagetkan oleh kaca jendela yang tiba-tiba terbuka, mengeluarkan suara keras yang terdengar nyaring. Dua gorden putih yang menjadi penutup jendela itu terbang, berirama dengan hembusan angin yang begitu menusuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERMAGA: Kekasih Dalam Ilusi
Teen Fiction"Barangkali semesta berbaik hati, untuk menghadirkanmu sekali lagi." -Dermaga Aksa Devantara Karena kehilangan yang ia alami, Dermaga menjadi sosok yang pendiam, tertutup, dan tak lagi bisa menikmati keceriaan hidupnya. Jiwa Dermaga hancur berantaka...