Bab 3: Permen Lolipop

808 125 9
                                    

Saga dan Indra berlari melewati lorong-lorong rumah sakit, kebut-kebutan pada tragedi yang tidak pernah diduga. Semua perawat atau keluarga pasien tentu terkejut pada tindakan dua pemuda yang membuat keributan di tempat yang seharusnya tenang. Tapi tidak ada waktu yang tepat untuk bersikap peduli, datang dengan cepat adalah kebutuhan saat ini.

Seorang perempuan muda berdiri tegang di depan ruang operasi yang tertutup rapat, menatap penuh takut tanpa berani menggerakkan badannya. Di lomba lari tersebut Indra lah pemenangnya, menghampiri si perempuan dan mencengkeram bahunya untuk melihat wajah pucat pasi mereka berdua. "Gimana keadaan mama sama papa? Intan? Intan jawab gue!"

Nada tinggi yang dilepas oleh Indra memancing tangis yang sedari tadi ditahan perempuan yang merupakan adik kandungnya. Intan memeluk Indra erat-erat, kakak yang ditunggu akhirnya tiba dan memberi rasa aman untuk menangis sangat keras. "Abang... Takut... Intan takut..."

Dada Indra memberat mendengar adiknya memakai kata ganti nama sendiri yang sudah lama tidak digunakan. Intan amat terguncang pada berita kecelakaan mobil orang tua mereka, ditabrak sebuah truk yang menghancurkan setiap sisi mobil. Kedua tangannya mengepal sangat erat, menahan amarah yang berusaha dikontrol.

Saga sendiri tidak berani mendekat, berjarak tujuh langka dari dua bersaudara yang sedang di timpa kesedihan. Ia hanya bisa mendengar dari jauh dan membiarkan Indra menguatkan Intan, karena bukan tugasnya melakukan hal tersebut. Ia menoleh ke salah satu anak buah yang memang menjaga Intan. "Ceritain ke gue kronologinya."

Lelaki itu mendekat pada Saga, menceritakan segala hal yang ia tahu. Mulai dari lokasi tempat kecelakaan, tewasnya supir mobil di tempat, media yang telah menaikkan berita, sampai indikasi ada intervensi dalam kecelakaan pada bos besar dan istrinya. Semua konspirasi muncul di kepala, membawa banyak kemungkinan sebagai asumsi awal tragedi ini terjadi.

Dirogohnya kantung celana, menemukan sekotak rokok yang tidak tertinggal di mobil. Kepalanya mendadak sakit atas apa yang terjadi hari ini, mungkin dua atau tiga batang rokok bisa menenangkan Saga. "Panggil yang lain buat jaga mereka berdua, gue mau ngerokok."

Ia pergi tanpa melihat anggukan yang diberikan para anak buahnya, berjalan normal menuju lift yang berbeda jauh dengan kedatangan mereka berdua tadi. Lift tertutup otomatis setelah Saga masuk, terkurung sempurna di kotak yang membawanya turun ke bawah. Saat itu lah ia menjatuhkan diri, terduduk di lantai dengan dada yang penuh sesak. Perasaan asing ini sungguh menyiksa membuat Saga ingin muntah.

Ah, jadi ini yang disebut oleh mereka emosi kesedihan.

///

Sudah pukul sebelas malam untuk dirinya berkeliaran sendiri di taman rumah sakit, satu-satunya tempat yang mengizinkan Saga merokok. Berhubung sudah jam malam, taman ini sepi dan mungkin hanya Saga yang duduk di bangku taman tanpa merasa takut. Tidak peduli berapa banyak cerita horor mengenai rumah sakit yang ia dengar, Saga tetap memilih tempat ini untuk menenangkan diri.

Diambilnya kotak rokok Sampoerna yang sudah tidak berbentuk sempurna dan beruntung isinya aman untuk dihisap. Saga ambil satu batang yang dijepit diantara bibir sambil mencari korek di saku lain, baru lah ia sadar malah kehadiran korek gas tersebut yang tidak ditemukan di mana pun. Hanya ada dua kemungkinan, antara tertinggal atau terjatuh saat berlari tadi. Sungguh menyebalkan, Saga merasa seperti mendapat kutukan khusus hari ini.

"Di sini emang ruang terbuka, tapi tetep nggak boleh ngerokok di area rumah sakit."

Masih menjepit rokok di bibirnya, kehadiran sosok lain di tengah-tengah kekisruhan malam Saga. Ia mendongak demi melihat wajah yang berani menegurnya dengan nada datar tanpa emosi. Cahaya dari lampu taman menyorot amat jelas kehadiran manusia yang berdiri di depan Saga, seorang laki-laki berbadan kurus dan tidak terlalu tinggi, yang menakjubkan adalah wajahnya manis sekali walau mata sayunya menutupi semua itu. Saga tidak menemukan emosi apapun dari sosok yang sepertinya amat sangat muda.

Crescent Moon - HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang