Bab 7: Pria Sekeras Batu

604 122 6
                                    

Saga terbangun secara tiba-tiba setelah mengalami tidur yang panjang, nalurinya terpancing saat merasakan seseorang menyentuh pipinya dan memasang posisi waspada. Tentu refleks tersebut mengejutkan Lembayung, seseorang yang hanya ingin memeriksa jika lebam itu membaik atau tidak. Ia langsung menarik tangannya yang juga sebagai bentuk pertahanan. Dua orang yang sama-sama kaget tersebut saling pandang, baru lah menyadari jika tingkah mereka konyol sekali.

Bayung tertawa canggung, agaknya merasa malu karena ketahuan menyentuh wajah Saga tanpa izin. Ditambah menemukan ekspresi waspada siap bertarung walau badan nyaris hancur membuatnya makin takut. Apakah Saga memang tidak boleh dibangunkan mendadak hingga memasang kuda-kuda seakan tengah terancam?

Diusapnya wajah demi menarik kesadaran yang sempat hilang, mengingatkan jika yang di depannya adalah Lembayung. "Maaf, gue tadi kaget."

"Eh... Nggak apa-apa! Harusnya saya yang minta maaf." Bayung menyembunyikan kedua tangan di belakang tubuh, sebuah reaksi atas penolakan yang refleks dilakukan Saga. Ia pun mengambil langkah mundur tanpa disadari oleh dirinya.

Melihat sikap defensif yang dilakukan Bayung agaknya memberi perasaan tidak nyaman bagi Saga. Sejak dulu ia dilatih untuk selalu waspada bahkan dalam tidur, membuatnya tidak suka dibangunkan tiba-tiba. Dan sosok yang diharapkan tidak melihat segala sisi negatifnya malah pelan-pelan ia buka sendiri. Semua tentang Bayung selalu memberi ketakutan Saga dalam mengambil langkah.

"Mana tangan lo?"

Yang lebih muda sempat memberi tatapan bingung tapi tetap menyerahkan tangannya tanpa ekspektasi apapun. Bayung tentu salah tidak menaruh perkiraan apapun, karena dirinya kembali dikagetkan oleh tingkah tak terduga Saga. Rupanya niat lelaki itu meminta tangannya untuk digenggam dan ditempelkan ke pipi yang masih meninggalkan lebam. Dan ini adalah kali pertama Lembayung menemukan betapa teduhnya mata yang selalu bersorot tajam nan menakutkan. "I'm fine."

Luluh lantak hatinya menemukan sisi lembut dari seorang lelaki yang selalu dianggapnya sekeras batu karang. Kokoh walau dihantam gelombang air berulang kali, tidak akan terpecah mau dihantam sekuat apapun. Saga menjadi manusiawi yang juga memiliki sisi lemahnya.

"Tapi tetep aja butuh perawatan dokter." Bayung tidak ada niat untuk menarik tangannya di pipi lelaki itu, membiarkan berada di sana yang berusaha semaksimal mungkin tidak menekan lebamnya. "Di bawah ada dokter Syifa sama Indra. Makanya saya ke kamar mau bangunin."

Wajah itu berubah malas dan tidak tertarik yang membuatnya menjatuhkan tangan Bayung dari pipinya tapi tidak melepas genggaman mereka. "Siapa yang nyuruh mereka dateng?"

"Nggak tahu. Soalnya yang ngobrol sama mereka tadi cuma Mbok Ani." Karena memang benar adanya ia tidak tahu kedatangan tiba-tiba dua tamu itu. Saat tadi mencicipi sup yang dibuat Mbok Ani untuk Saga, si pengurus rumah menyadari duluan pintu terbuka. Dari beliau juga Bayung tahu nama perempuan cantik yang berada di samping Indra, seorang dokter pribadi keluarga Putera. Bahkan di tengah-tengah sekembalinya Mbok Ani ke dapur, mereka sempat bergosip singkat.

"Dokter Syifa itu mantan tunangannya Den Indra. Sayang banget, ya, cantik begitu malah gak jadi nikah." Tipikal ibu-ibu dalam menjawab pertanyaan sesederhana 'siapa itu?' menjadi amat lengkap yang sebenarnya tidak begitu dibutuhkan. Hanya saja bergosip memang selalu menyenangkan untuk disimak.

"Usir aja!" Saga mendadak merajuk. Ia melepaskan pegangan tangannya dan menarik selimut untuk kembali tidur.

Diberi perintah begitu tentu membuat Bayung panik sambil mempertanyakan keseriusan yang lebih tua. "Eh? Saga? Kok tidur lagi?" Ia berusaha kembali membangunkan Saga dengan mengguncangkan badannya yang tertutup selimut.

Tapi belum juga berhasil memaksa Saga bangun dari tidur pura-puranya, pintu kamar dibuka kasar yang menarik perhatian Lembayung. Indra dengan ekspresi menahan kesal menendang pintu yang memang tidak tertutup sempurna, efek dari terlalu lama menunggu dipersilahkan masuk. "Lo jangan pura-pura tidur!"

Crescent Moon - HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang