Back Story: Their Story Back Then (Pt. I)

154 9 0
                                    

📌 FOR YOUR INFORMATION, tulisan bergaris miring berarti flashback.

📌 chapter panjang, 1800 kata.

Enjoy your read.

_________________________

3rd PERSON POV

"[Name]! Aku diundang untuk mengikuti pelatihan khusus di tokyo!"

Yukimiya Kenyu—lelaki 17 tahun itu berlari dengan semangat menuju kekasihnya. Ia menunjukkan kertas berisi undangan dari Blue Lock itu kepada [Name] dengan rasa bangga.

"Wah! Kenyu, kau hebat!" Ungkap [Name] bangga ketika membaca surat undangan tersebut.

Yukimiya tersipu dan terkekeh kecil, "bukankah jalan menuju mimpiku sebentar lagi akan terwujud?" ucapnya dengan binar di mata yang terbingkai kacamata.

"Tentu, Kenyu." [Name] membalasnya dengan senyuman. Ah, Yukimiya suka ini, di mana sang gadis pujaan hatinya itu selalu tersenyum ketika berbicara dengannya.

"Kapan ke dokter? Mau kutemani?" Tanya [Name] beruntun.

"Hm ... sepertinya tidak usah,"

"Kenapa? Kau takut aku melihatmu menangis seperti dulu?"

"Tentu tidak! Untuk apa aku menangis lagi?" Sanggah Yukimiya sembari membenarkan letak kacamatanya.

[Name] tersenyum lembut ke arah Yukimiya. Lalu, [Name] mengapit lengan kanan Yukimiya, "Ayo pulang! Mari kita selebrasi kabar gembira ini, Kenyu!"

"Tentu!"

. . .

"Jaga dirimu baik-baik, Ken," ujar lembut nyonya Yukimiya kepada anaknya.

"Tentu, Ibu. Jangan khawatir, Ibu juga, jaga diri Ibu,"

"Jangan sungkan untuk menghajar orang, Kenyu," ucap jenaka sang Ayah.

Yukimiya Kenyu kemudian terkekeh, "tentu!" Balasnya jenaka pula.

Ayah dan Ibunya kemudian mundur beberapa langkah, dan berdiri sejajar dengan si gadis pujaan hati si Yukimiya Kenyu.

Nyonya Yukimiya kemudian mendorong punggung [Name] pelan, "apa tidak ada pesan untuk Kenyu, [Name]?" Tanya nyonya Yukimiya dengan lembut dan disertai senyuman.

[Name] membalas senyuman itu dan memgangguk pada ibu dari sang kekasih, lalu iapun berjalan menuju lelaki jangkung berkacamata di hadapannya.

[Name] menatap mata Yukimiya, "ah, ini yang akan kurindukan." Batinnya.

Model berkacamata itu menatap [Name] dengan lembut, "[Name]," panggilnya.

[Name] kemudian menunduk dalam, membuat Yukimiya terkejut dan heran.

"[Name]? Ada apa? Kenapa?" Tanya Yukimiya beruntun.

Yukimiya kemudian berlutut, kini ia dapat melihat dengan jelas, bahwa gadis itu tengah menangis. Iapun mengambil tangan kanan sang gadis, dan menangkup telapak tangan kecil itu dengan dua tangan besarnya.

Yukimiya tersenyum, "menangisiku, ya?"

[Name] pun menendang pelan lutut Yukimiya yang menyentuh lantai bandara, "menurutmu?" tanyanya ketus dengan suara bergetar.

Untukmu nan Jauh Di SanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang