(+20) Chaos

2K 212 2
                                    

Well... Aku tau kalian pasti bakal lewatin ini gitu aja, tapi aku bakal sangat berterima kasih kalau kalian baca ini lebih dulu.

Karena aku mah fokus ke cerita aku yang baru, jadi aku nyelesaiin book ini lebih cepat.

Aku berterima kasih banget buat kalian yang udah dukung cerita aku ini dari awal dan selalu ngedukung dan semangatin aku.

Aku minta maaf kalau semisal cerita aku ngebosenin dan endingnya nggak sesuai harapan kalian.

Oke gitu aja, sekali lagi terima kasih. Sehat sehat terus kalian di dunia yang keras ini.

Love se-kwangya❤️🧡💛💚💙💜

Salam hangat dari Win untuk para Readers tercinta

Jangan lupa makan hari ini

Jangan lupa like dan komen, dan juga jangan lupa rekomendasikan cerita ini pada teman-teman kalian

'Selamat Membaca'

Suara ketukan sepatu pantofel menggema di seluruh lorong mengikuti langkah cepat yang dilakukan oleh Wiz

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara ketukan sepatu pantofel menggema di seluruh lorong mengikuti langkah cepat yang dilakukan oleh Wiz. Sangking cepatnya langkah itu, sampai jubah hitam bercampur merah miliknya berkibar mengikuti arah tubuhnya. Wajahnya tersirat kekhawatiran bercampur rasa takut.

Petir yang menyambar di luar sana membuat langkahnya semakin dipercepat. Tangan lentiknya dengan tergesa membuka pintu kayu besar hingga suara decitan pintu terbuka terdengar.

"Profesor!! profesor!!" Teriaknya setelah tubuhnya ia bawa masuk ke dalam ruangan.

"Apa sudah saatnya?" Oustino menatap Wiz dengan raut datar.

"Ya profesor. Melchior bersaudara memberitahu saya bahwa dua permata merah menghilang dari kamar mereka. Dan saya rasa anda bisa melihat dari apa yang terjadi dari langit."

"Kirimkan surat pada seluruh kepala desa di negeri Silas. Katakan pada mereka Lord of the red moon sudah bangkit. Suruh mereka persiapkan diri."

"Baik profesor."

"Dan persiapkan anak-anak juga."

Wiz lantas bergegas membunyikan lonceng. Suara lonceng menggema di seluruh Graviolta menjadikan suasana yang seharusnya tenang untuk tidur dan menikmati mimpi.

Seluruh siswa bergegas dan berkumpul di lapangan ketika mata mereka melihat tiga guru mereka menunggu dengan obor di tangan masing-masing.

Darius berlari cepat diikuti oleh Horace dan Rusius. Di pertigaan lorong asrama mereka bertemu dengan Damon dan Marxen lalu bertemu Zane dan Claden saat hendak sampai di lapangan.

Vampire' Agency | NCT Dream (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang