*drrrtt drrrtt
Ponsel haruto berbunyi, hanya nomor yang tertera disana. Pikiran haruto mulai tak enak, kenapa ada yang menelpon nya di saat pas dengan berita kecelakaan ini, bahkan hanya nomor saja.
"Ada yang nelpon" kata haruto melihat ke arah teman teman nya yang sudah lemas semua.
"Siapa?" Tanya junkyu berusaha kuat.
"Nomor aja" jawab haruto. Ah, mereka semua mulai mengurut hidung mereka, tak siap mereka bener bener ga siapppp.
"Angkat ga?" Tanya haruto.
"Angkat lah, biar tau dari siapa dan kenapa" kata jaehyuk.
"Feeling gue bener bener ga enak banget" kata doyoung yang berjalan ke arah haruto yang terduduk di karpet lembut.
"Halo?" Kata haruto saat panggilan sudah di angkat oleh haruto.
"Dengan keluarga choi hyunsuk dan park Jihoon?" Tanya seorang wanita dari sana. Haruto menunduk, menahan tangis nya, ia sudah bisa menebak apa yang akan di katakan.
"I-iya" balas haruto seadaanya.
"Park jihoon dan juga choi hyunsuk telah mengalami kecelakaan, sekarang kondisi park jihoon tidak terlalu parah, tapi kondisi choi hyunsuk bisa di lihat sendiri di rumah sakit **** " sambung seseorang dari sana. Tangis haruto pecah.
"Baik, saya kesana" balas haruto lalu menutup panggilan itu, segera ia ambil jaket nya lalu berkata,
"Cabut, kita ke RS" kata haruto tanpa melihat kebelakang, ia langsung jalan meninggal kan mereka. Terserah mereka mau ikut atau tidak, jujur juga haruto tidak akan kuat. Punggung haruto mulai tak terlihat, anak anak yang lain masih duduk lemes.
"Yang mau ikut, ayo cabut, yang ga mau tunggu disini aja" kata junkyu yang juga berjalan mengambil jaket yang tergantung, lalu ikut keluar.
Satu persatu dari mereka keluar, hanya beberapa, seperti mashiho, jaehyuk, dan jeongwoo. Yang lain akan menunggu di gedung TW, menunggu kabar yang terbaik.
• • •
Haruto, junkyu, dan yang lain sudah sampai di rumah sakit. Mereka terdiam dulu di depan pintu masuk rumah sakit, mereka masih mengatur nafas.
Lalu mereka berlima berjalan serempak ke arah suster yang ada di depan sana.
"Pasien park Jihoon dengan Choi hyunsuk" kata haruto.
"Oh, di kamar nomor 412 kak" kata pelayan. Mereka hanya meng-iya kan saja lalu kembali berjalan.
"Ganteng bangettt" kata suster yang menatap mereka berlima lekat.
"Kami udah ada pacar semua" balas jaehyuk yang masih sempat bercanda, haruto menyenggol tangan jaehyuk sedikit keras sampai jaehyuk mengaduh.
KAMAR NOMOR 412
Kamar ini, mereka sudah sampai.
"J-ji?" Panggil junkyu, mereka melihat seorang laki laki yang terbaring disana, tak banyak alat di badan nya seperti dulu dulu, hanya infus saja di tangannya. Laki laki itu duduk lalu berusaha untuk berdiri dengan sisa tenaga nya, sambil memegang tiang infus itu.
"Gue baik baik aja, ga osah khawatir, sekarang ayo ke ICU, kita liat hyunsuk, AYO!!" Teriak jihoon saat melihat teman temannya yang hanya diam saja.
"Iya, ayo" balas haruto.
• • •
Jihoon menatap ruangan itu dengan sendu, melihat hyunsuk masih belum sadar. Dokter keluar, mereka langsung berdiri.
"Dok, apa dokter tau siapa yang meninggal??" Tanya jaehyuk buru buru.
"Iya, yang meninggal adalah penumpang dari mobil pelaku, sedangkan saudara hyunsuk ini.... Dia benar benar kritis" balas dokter dengan tatapan yang serius melihat mereka berlima. Jihoon....ingin pingsan rasanya.
"Permisi, apa saudara hyunsuk ini sedang hamil?" Tanya dokter melihat ke arah Jihoon. Soalnya hanya Jihoon yang terlihat memakai infus, berarti hyunsuk dengan Jihoon.
"I-iya dok" balas Jihoon. Dokter melihat mereka dengan tatapan sendu.
"Maaf, bapak hanya mempunyai dua pilihan, bayi atau hyunsuk" kata dokter tiba tiba. Jihoon kaget bukan main, mereka semua juga kaget banget.
"M-ma-maksudnya dok?" Tanya jihoon, air mata nya seketika pecah.
"bapak berhak memilih untuk menyelamatkan saudara hyunsuk atau bayi nya, jika memilih hyunsuk, maka bapak harus mengikhlaskan calo bayi bapak, begitupun sebaliknya. Hanya itu pilihan nya, jika bapak pilih bayi maka bayi akan lahir secara prematur, karena usia kandungan masih 7 bulan" kata dokter menjelaskan. Jihoon benar benar tak bisa berkata apa apa lagi, dia ga bisa ngomong, bibirnya kelu.
"Kalo ada apa apa dengan aku dan baby, selamatin baby nya aja ya, kalo emang terpaksa"
Hanya itu yang jihoon ingat, jadi semua yang hyunsuk katakan tadi itu pertanda? Kenapa jihoon sangat bodoh? Seharusnya ia membatalkan pulang hari ini jika ia paham dengan kata kata hyunsuk kalo itu adalah pertanda.
Jihoon berusaha untuk berbicara, namun bibir nya seakan enggan untuk terbuka.
"Selamatin..." Jihoon menjeda ucapan nya. Yang lain benar benar bingung juga.
"B-bayi nya, dok" kata Jihoon yang tak mau menatap sang dokter. Mereka berlima kaget, apa pilihan jihoon akan menjadi pilihan yang tepat?.
"Hoon..." Panggil haruto lesu. Jihoon menatap haruto, lalu tersenyum, mereka berlima bisa melihat kalo senyuman itu, senyuman sakit. Sangat sangat sakit.
Jihoon juga tidak ingin memilih jawaban ini, tapi... Hyunsuk yang meminta.
"Bapak yakin?" Tanya dokter lagi. Jihoon diam bentar lalu mengangguk kan kepala nya.
Maaf
-pjhDokter kembali masuk kedalam ruangan, lalu menutup pintu rapat. Dan detik itu juga Jihoon pingsan.
TBC
Maaf ya manteman chap ini singkat, karena.... Ya gapapa sih hehe.
Huhuuu hyunsuk bakal ilang di chap ini:((((
Jangan nangiss ya temann.
-salam key cool-
KAMU SEDANG MEMBACA
nyaman || Hoonsuk √
De Todo#go2rbvote "Jika kita adalah air dan minyak, maka takdir adalah sabun nya" - Park Jihoon CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AKU SENDIRI, JIKA ADA KESAMAAN DALAM CERITA MAAF. Jangan salpak‼️ Jihoon: dom Hyunsuk: sub Start: 17 Nov 2022 End: 11 mei 2023 ...