29

5.1K 496 23
                                    

Tandai jika typo.
Vote n komen yaa^^
Happy Reading (◍•ᴗ•◍).

"Dad, apa aku akan ke kantor menggunakan piyama?"

Jeno bertanya saat mobil yang dinaiki oleh keduanya mengarah menuju ke kantor. Jaehyun yang sedari tadi hanya diam membisu segera menolehkan kepalanya pada Jeno, melihat tampilan anaknya dari bawah ke atas. Lalu pandangannya kembali fokus pada jalanan.

Jaehyun hampir lupa jika Jeno masih mengenakan piyama, astaga kendalikan pikiran mu Jung!

Jeno tidak mengerti kenapa ayahnya terlihat berbeda dari biasanya. Jika diamnya sang ayah itu sudah biasa menurut Jeno, tetapi semenjak sarapan tadi ayahnya hanya diam bak patung. Tidak menyapa kakaknya begitu juga sebaliknya. Ada apa dengan keduanya?

"Bersihkan badan mu nanti di kantor, disana juga ada tuksedo cadangan milik daddy."

"Tapi dad—"

"Jangan seperti anak kecil."

Jeno berdecak. Lebih baik dia diam daripada terkena amarah dari ayahnya. Netra hitamnya memandang jalanan yang dipenuhi oleh lalu lalang kendaraan juga bangunan pencakar langit. Masih terbayang akan kejadian tadi pagi, dimana orang-orang yang dia sayangi berkumpul untuk sarapan bersama. Jeno yang selalu berhalusinasi tentang itu akhirnya terwujud.

Tidak peduli dengan ada atau tidak adanya hubungan antara sang ayah dan ibu, bagi dirinya mereka adalah tetap orang tua Jeno dan kakaknya. Tetap menjadi seseorang yang berharga dalam hidupnya.

Tetapi, Satu hal yang masih mengganjal dalam hatinya, mengapa ayahnya dan kakaknya tidak terlihat baik?

Mereka hanya diam dengan tatapan tajam Minhyung yang menghunus netra milik ayahnya. Seakan titik kebencian disana muncul. Sedangkan sang ayah hanya menatap netra itu dengan redup. Seakan titik penyesalan muncul. Kesalahan besar apa yang telah dilakukan oleh ayahnya dahulu? Jika tentang perselingkuhan itu Jeno sudah mengetahuinya, tapi kesalahan apa lagi sehingga kakaknya terlihat belum menerima sang ayah.

Jeno sedikit kecewa, ternyata semua tak harus sesuai ekspetasi. Berharap lebih hanya membuat relung hatinya sakit. Matanya berkaca-kaca memikirkan hal itu. Namun dengan segera ia tahan rasa emosinya.

Kata siapa jika seorang laki-laki tidak bisa menangis?

Nyatanya Jeno sering menangis dalam diamnya, mengurung diri dalam ruang hampa tanpa kehidupan didalamnya.

Nyatanya Jeno tak sekuat itu untuk menahan rasa rindu yang sudah ia bungkam selama bertahun-tahun ini.

Jeno merindukan rumahnya yang hanya ada ayah ibu dan kakaknya bukan orang lain. Ibunya tetaplah Taeyong, bukan Naeun.

Mengingat ibunya, baru saja beberapa menit dia meninggalkan Taeyong, tapi rasa ingin bertemu dengan ibunya kini semakin tak menentu. Padahal semalaman ia bersamanya dan Minhyung. Jeno harap waktu segera berlalu, ia hanya ingin menghabiskan semua hari-harinya untuk keluarganya.

Kemudian Jeno memutuskan untuk mengambil paper bag berwarna coklat pemberian dari ibunya itu, apa yang Jeno lakukan tak luput dari perhatian Jaehyun. Terlihat jika Jeno menaruhnya diatas pahanya, kemudian membuka isi dalam paper bag itu.

"Woah, baunya terlihat enak." Gumam Jeno.

Didalam paper bag itu terdapat tiga isi sebuah kotak bekal. Ayolah! bau makanan itu menyeruak penuh didalam mobil. Bahkan perut Jeno sudah ingin mengeluarkan bunyinya, padahal tadi ketika sarapan dia makan banyak sekali.

"Dad, Eomma mengatakan jika ini dibuat khusus untukmu."

Pernyataan dari Jeno membuat Jaehyun langsung tersedak. Jeno tertawa dalam hatinya ketika melihat telinga ayahnya memerah.

Mommy [Jung Family]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang