Tubuhnya gemetaran hebat. Kepalanya nyaris meledak. Perutnya mengalami mual luar biasa. Suara desahan yang terdengar jelas lewat pengeras suara pada ponsel membuatnya linglung dan benda persegi itu terlepas dalam genggaman. Air matanya mengalir dengan cepat, isak tangis menyedihkan tak mampu dia sembunyikan.
Namjoon ingat bahwa pertemuan pertama dengan perempuan itu adalah waktu di mana dia jatuh cinta dan membiarkan sosok itu mengisi relung hatinya yang telah lama kosong. Dia tak pernah bertemu dengan perempuan seperti itu—perempuan yang cantik, tetapi terkesan berwibawa dan juga cerdas. Sosok yang terlihat berbeda dari semua perempuan yang pernah dia temui atau bahkan dikenalkan oleh teman-temannya.
Sebelum memutuskan untuk menikah dengan Jihyo, lelaki itu sudah menekankan pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan mencari tahu tentang masa lalunya—kecuali kalau dia menceritakannya langsung. Menurut Namjoon, hal itu hanyalah sebuah permasalahan baru yang akan datang untuk masa depannya bersama dengan Jihyo.
Namun agaknya, mencaritahu adalah salah satu syarat untuk bahagia. Sebab sekarang, Namjoon malah mendapati pesan dari keponakan tirinya itu. Masa lalu antara Jihyo dan Jungkook yang dia ketahui dari Myungeun membuat semuanya menjadi semakin rumit. Perihal dirinya yang memilih untuk membutakan mata dan menulikan telinganya, ditambah dengan pertemuan keluarga yang sama sekali tak pernah dia wanti-wanti akan menjadi seburuk sekarang.
Rasa sakit yang dia rasakan sekarang benar-benar tak terhingga. Istrinya terlihat memejamkan mata menikmati bagaimana lelaki itu menggerakan pinggul dan menggerayangi seluruh lekuk tubuh sang istri. Namjoon bahkan lupa kapan terakhir kali mereka tidur bersama dan sekarang perempuan itu malah mendesahkan nama lelaki lain dengan suara yang terdengar begitu sensasional.
Namjoon marah dan kecewa. Kepercayaan dan juga kesabarannya menunggu sang terkasih untuk kembali mau disentuh hancur begitu saja. Dadanya seperti dihantam batu berukuran besar. Napasnya tersengal, seperti baru saja menyelesaikan lari marathon ribuan kilometer. Jantungnya seperti akan meledak.
Maka dengan isi kepala yang nyaris meledak, Namjoon keluar dari toilet setelah meraih ponselnya di atas lantai. Air mata masih mengalir pada pipi, tetapi kakinya terus berjalan tergesa-gesa untuk keluar dari hotel. Klien serta rekan kerja yang dia ada di restaurant sedang makan siang, dia tinggalkan tanpa pemberitahuan. Persetan dengan meeting yang belum selesai, sebab prioritasnya sekarang adalah menghancurkan Jungkook.
Maka dengan kewarasan yang nyaris hilang, Namjoon memesan tiket pesawat dan menelpon Yoongi—teman yang tentu saja tahu di mana Jungkook berada sekarang. Air mata masih mengaliri kedua pipi. Adegan di mana sang istri mendesahkan nama bajingan itu terus muncul bagai kaset kusut. Lelaki itu keluar dari lobi hotel dan memberhentikan sebuah taksi. Selama di dalam taksi dia tidak mengatakan apa-apa selain tujuannya sesaat setelah menjejalkan pantatnya di atas kursi penumpang.
Bahkan supir taksi tahu bahwa lelaki asing yang menjadi penumpangnya ini sedang marah dan bisa saja membunuh siapa saja yang mengganggunya.
Singkat cerita, Namjoon sudah berada di depan gedung rekaman di mana Jungkook berada. Yoongi memberitahu tanpa bertanya dan Namjoon sama sekali tidak menaruh curiga, sebab kepalanya sudah dipenuhi dengan sosok Jungkook. Bahkan lelaki itu sudah menyiapkan semua makian di dalam kepala dan membayangkan apa-apa saja yang akan dia lakukan pada cucu dari istri kedua papanya itu.
Lantas, dengan semua amarah yang membludak Namjoon berteriak begitu keras memanggil nama Jungkook. Semua orang yang berada di sana tentu saja merasa kebingungnan dengan kehadiran seorang lelaki asing yang tiba-tiba saja mengamuk di dalam perusahaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Submarining
Fanfiction[M] Selama tujuh tahun menikah dengan Lee Namjoon, Song Jihyo tidak pernah merasakan yang namanya menderita seperti yang teman-temannya alami. Lee Namjoon benar-benar suami idaman. Dia pekerja keras, teramat menyayangi sang istri dan anak mereka, se...