Musim panas sudah berlalu. Pepohonan dengan daun hijau sudah berganti menjadi dedaunan yang di dominasi warna oranye dan merah. Liburan menyenangkan di tepi pantai sembari menikmati secangkir lemonade, kini telah hilang dan berubah menjadi rutinitas yang biasa dilalui.
Dulu, Jihyo ingat sekali betapa dia menyukai musim panas. Saat musim semi, dia dan Myungeun akan menghabiskan hari-hari dengan berdiet. Bukan untuk mendapatkan bentuk tubuh yang bagus bak mannequin di etalase toko, melainkan untuk menyimpan uang agar bisa berlibur ke Pulau Jeju atau setidaknya datang ke festival Water Bom yang selalu diadakan dengan mengundang banyak sekali penyanyi terkenal.
Namun setelah memutuskan untuk menikah, hal seperti itu tidak pernah dia lakukan lagi. Hal yang pasti adalah dia tidak akan mendapatkan izin dari sang ibu mertua. Perempuan itu tidak akan pernah membiarkan dirinya keluar dari rumah dan menjelma kembali menjadi gadis perawan kegirangan dengan bikini di tengah-tengah banyak orang.
Lantas sekarang, Jihyo berakhir membenci musim panas setelah masalah yang datang dalam hidupnya ini. Beragam seharusnya bermunculan di dalam kepala. Seharusnya dia berhenti, bukannya malah menikmati. Seharusnya dia menjauhi, bukannya malah mendekati. Seharusnya dia mengatakan semuanya pada Namjoon dan meminta perlindungan, bukannya malah tertarik dengan semua hal yang lelaki itu tawarkan.
Kebahagiaan sementara yang membawanya pada surga dunia, kini menariknya pada sebuah penderitaan bak neraka yang telah mengakhiri hidupnya sendiri. Jihyo berakhir kembali menangis tersedu-sedu—mengabaikan bagaimana orang-orang menatap ke arahnya yang terlihat begitu berantakan.
Jihyo terus menyeret kakinya yang gontai dan sudah tidak sanggup lagi berdiri ditengah-tengah hujan, akan tetapi dia meyakinkan dirinya bahwa dia harus bisa sampai ke tempat itu. Dia harus menyelesaikan masalahnya dengan segera. Air hujan telah menyatu dengan air matanya. Tubuhnya basah dan tentu saja suhu dingin membuat bibirnya biru serta bergetar menggigil.
Setelah menaiki lift dan menekan angka lantai yang dia tuju, perempuan itu lantas menekan bel dengan ekspresi hancur yang coba dia sembunyikan. Sebuah senyum dia perlihatkan dan sesekali merapikan rambutnya yang basah. Jemarinya kemudian terangkat untuk menekan bel. Pun setelah beberapa menit berdiri dan membuat lantai basah karena air yang menetes pada pakaiannya, pintu terbuka menampilkan sosok yang ingin dia temui.
"Kenapa datang ke sini tanpa memberitahu?" tanyanya dengan kening berkerut.
Yang ditanya tidak menjawab, malahan mendekat dan langsung menangkup pipi itu sembari berjinjit. Bibir mereka kemudian bertemu. Jihyo melumatnya kencang. Tubuh sosok itu terjatuh ke atas sofa yang berada di tengah-tengah ruangan, yang memudahkan Jihyo untuk duduk di atas tubuhnya dan melanjutkan ciuman panas mereka. Suara TV terdengar di antara protes yang dia lontarkan.
Jungkook, sosok itu, seketika mendorong tubuh Jihyo yang mencoba membuat tanda pada lehernya. "Wowow, Jihyo. Ada apa denganmu?"
Jihyo yang tadi duduk di atas tubuh lelaki itu kemudian turun dengan tangan yang berusaha menarik turun celananya, "Bukankah kau suka kalau aku menjadi jalangmu yang binal, Jung?"
"Sial!" pekik Jungkook dengan kedua manik terpejam. Pertanyaan yang tadi bermunculan di dalam kepala tergantikan dengan kenikmatan yang membuatnya seketika menggigit bibir bawahnya sendiri, "Di sana, Ji! Sial, aku suka sekali dengan kau yang begini. Kenapa tidak dari dulu saja seperti ini, huh?" racaunya, sedangkan Jihyo terus mempermainkan benda itu di dalam mulutnya.
Waktu berlalu. Suara TV yang menampilkan kartun favorit Jungkook sudah menyatu dengan desahan dan racauan nakal dari mulut Jungkook. Kedua matanya terpejam, sesekali melhat ke bawah dan menatap kedua manik Jihyo dengan mulut yang penuh. Saliva mengalir keluar membasahi dagunya. Jungkook suka. Sangat suka. Sampai rasanya ingin mengurung sosok ini dan menjadikan miliknya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Submarining
Fanfiction[M] Selama tujuh tahun menikah dengan Lee Namjoon, Song Jihyo tidak pernah merasakan yang namanya menderita seperti yang teman-temannya alami. Lee Namjoon benar-benar suami idaman. Dia pekerja keras, teramat menyayangi sang istri dan anak mereka, se...