The Happiness

46 5 0
                                    

Zaman berubah. Beberapa dekade terlewatkan dengan begitu banyak kisah yang terkadang tidak bisa dijadikan sebuah tolok ukur untuk hidup di masa sekarang. Menikah , misal. Zaman dulu, beberapa orang menganggap bahwa pernikahan adalah sesuatu yang harus dilakukan dan wajib dalam tanda kutip, tanpa pengecualian.

Namun di zaman sekarang yang katanya menjadi sebuah era keemasan dengan teknologi yang semakin canggih dan maju, menikah berubah menjadi sebuah ketakutan. Kewajiban untuk mengikat diri dalam sebuah perjanjian pernikahan, meneruskan keturunan, dan menua bersama pasangan tidak lagi menjadi prioritas bagi mayoritas orang-orang. Hal ini menjadi momok menakutkan bagi pemerintah, sebab hal itu dapat mengakibatkan resesi penduduk.

Namun sayang, pemerintah tak begitu paham bahwa anak-anak zaman sekarang memiliki trauma dan ketakutan yang teramat besar, yang diakibatkan oleh orang-orang tua di zaman dulu.
Hidup dan besar di panti asuhan tanpa mengenal orangtua menjadi alasan yang terbantahkan bagi Jihyo untuk maju paling depan dan meneriakkan penolakannya tentang konsep menikah.

Perempuan dari zaman dulu hanya dijadikan sebagai makhluk mamalia yang melahirkan, membesarkan, dan menyusui anak-anak mereka. Song Jihyo juga tidak begitu paham dengan yang namanya konsep keluarga bahagia, membuat nyaman, dan sesuatu yang dijadikan sebagai tempat terakhir pulang. Hidupnya sudah berantakan dan dia sudah dipaksa untuk menjadi sekuat batu karang di tepi pantai sejak menghembuskan napas pertamanya.

Baginya, menikah hanyalah sebuah penjara untuk mengurung kebebasan seorang perempuan untuk menjadi manusia.

Lantas Myungeun hadir dalam hidupnya. Seorang gadis urakan yang dia temui sewaktu SMP, duduk paling belakang, tak suka belajar, dan terus menganggu teman-teman yang lain. Jihyo yang tak begitu suka bersosialisasi awalnya hanya mengabaikan, sampai suatu ketika dia menemukan sosok itu menangis di sebuah minimarket di dekat panti asuhan dengan tubuhnya yang penuh dengan memar.

Semenjak hari itu, mereka menjadi dua manusia yang tidak pernah terpisahkan. Keduanya menjadi manusia dengan nasib buruk yang mencoba bertahan hidup—satunya tumbuh di panti asuhan tanpa mengenal orangtua dan satunya hidup bersama ayah pemabuk yang ditinggalkan istrinya bersama selingkuhannya.

Selama berteman, mereka tak pernah membayangkan akan menjadi seorang istri atau bahkan seorang ibu. Mereka menjadi perempuan yang hidup bebas dan melakukan apa pun yang mereka inginkan. Sampai suatu ketika, Jihyo mendadak hancur. Lelaki bernama Geum Jungkook pergi meninggalkannya setelah sebuah pertengkaran konyol yang terlihat seperti disengaja.

Lalu kemudian waktu berlalu. Jihyo sudah mulai terbiasa dengan kesendiriannya dan Myungeun yang sebisa mungkin mengimbangi hingga melupakan bahwa dirinya mempunyai pacar. Namun semua itu tak berjalan lama, sebab Jihyo mendadak pulang dengan wajah sumringah dan mengatakan bahwa dia bertemu dengan seorang lelaki baik.

Myungeun khawatir setengah mati. Sebab dia paham, bahwa mereka yang sakit hati senang sekali mencari cara untuk membuat hatinya semakin sakit dengan asal melabuhkan cintanya pada orang asing.

Myungeun ingat bahwa saat itu adalah musim panas. Mereka duduk sembari menikmati angin malam di tepi sungai han bersama tteokboki dan juga beberapa kaleng bir. Perempuan itu tak pernah membayangkan bahwa sebuah perubahan kelewat besar mendadak terjadi pada sahabatnya.

"Aku akan menikah," kata Jihyo yang nyaris membuat bir yang Myungeun tenggak keluar lewat lubang hidung.

Myungeun tertawa getir, kemudian mengalihkan tatapannya dari sosok itu—sebab wajah Jihyo terlihat serius. "Kali ini berkhayal akan menikah dengan siapa lagi? Kemarin sudah berkhayal dengan RM BTS," tanyanya masih berusaha untuk bercanda.

SubmariningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang