5. SPIDERWOMAN

53 14 0
                                    

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
5. SPIDERWOMAN

.

.

.

"BERHENTI-berhenti-berhenti." Angel melongokkan kepalanya ke jendela mobil. "Turunin gue di sini aja, Riel," pintanya, memasukkan kepala, meraih tasnya yang tergeletak di jok belakang, ia siap-siap untuk turun. Sebelum itu, ia memakai liptink, memastikan wajahnya cantik seperti biasa.

"Lo nggak gila, kan?" Ariel was-was sendiri. "Sekolah masih jauh, jalanan ini sepi banget, Lo ..., serius?"

Angel mengangguk. "Tadi gue liat Langit di bengkel, paling bentar lagi lewat gue bisa nebeng. Kali aja dia kasihan sama gue."

"Udah nggak waras Lo." Ariel menggeleng miris tak habis pikir. "Kalo dia mau numpangin Lo, kalo enggak?" Sudah ingin menyalakan mesin mobil, Angel memberengut kesal ingin membuka pintu mobil yang dikuncinya.

"Ariel, kali ini aja. Gue bisa akting pura-pura ketabrak, pingsan, atau apalah itu." Angel masih membujuk Ariel yang keras kepala, "Please, gue ini pinter. Lagian Lo ngapain sok peduli gitu, Njir!" Angel kesal sendiri.

"Okey! Turun Lo sekarang, jangan telfon gue buat jemput Lo lagi karena itu nggak bakal gue lakuin!" Ariel dengan kalimat mutlaknya mempan membuat Angel meneguk saliva sebelum mengangguk.

Ariel membuka kunci pintu mobil. "Semoga Lo ketabrak beneran, biar tau rasa!"

"Idih," cecar Angel sebelum turun, lagi-lagi ia menutup keras pintu mobil Ariel hingga teriakan terdengar. Ariel dengan mobil sport kuning-nya ini sudah terikat batin, punya masalah dengan Ariel, incar saja mobilnya. "Siapa suruh nyebelin."

Tak sampai beberapa detik, mobil Ariel melaju dengan kecepatan sangat tinggi. Angel melongo, sahabatnya ini spesies apa? Tadi sangat mengkhawatirkan, sekarang meninggalkan tanpa beban sedikitpun. Angel ragu kalau Ariel benar-benar tulus jadi sahabatnya, mengingat keinginan Ariel yang tak pernah sejalan dengannya.

Tetapi ....

Cuman Ariel yang begitu setia menemani Angel saat duduk di bangku TK sampai sekarang ini.

Cuman Ariel ..., yang cukup sabar dengan sikap semena-menanya selama ini.

Dan, cuman Ariel juga yang walau kesal setengah mati dengan keputusan tiba-tiba yang ia ambil, Ariel tetap mendukung walau setengah hati. Setidaknya Ariel tidak pernah benar-benar meninggalkannya.

Memikirkan Ariel, nyaris saja Angel kecolongan lagi. Dilihatnya sebuah motor trail hitam yang baru saja berbelok di tikungan. Di balik helm full face yang pengendara itu kenakan, Angel bisa membayangkan wajah tampan Langit yang tak bisa ditoleransi.

Membayangkan wajah Langit. Angel jadi bersemangat ingin mengenal kedua orang tua laki-laki itu. Tanpa sadar Angel terkikik, dengan senyum sumringah ia melambaikan tangan meminta Langit berhenti walau motor itu masih terlihat sangat jauh.

Lompat-lompat agar terlihat. Angel nyaris berlari ke tengah jalan, memilih mundur karena ada motor lain yang menyalip motor Langit. Yang membuatnya khawatir, motor sport putih itu menendang motor Langit keras hingga sempat terlihat oleng.

Langit balas menendang. Irisnya memicing kesal, motornya oleng kembali saat berhasil ditendang. Nyaris saja Langit ambruk, lawannya ingin kembali menendang, namun, sebuah batu entah dari mana menghantam helm lawannya hingga retak.

"MATI LO! PENGENDARA NGGGAK TAU ATURAN!"

Teriakan seorang gadis di depan sana menculik atensi Langit. Lagi-lagi terlihat gadis yang nama saja Langit tidak ingat melempar batu ke arah lawan. Lawannya terlihat marah, suara derum knalpotnya dan laju yang dipercepat membuat iris Langit membola. Melihat gadis itu yang masih sibuk melempar batu mulai terlihat takut dan mundur perlahan.

ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang