6. DYAREL CAFE

47 12 1
                                    

Back to Angel story.

Siap, baca?

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
6. DYAREL CAFE

.

.

.

"GUE rela deh nggak kedip berminggu-minggu kalo pemandangan di depan gue muka Langit beneran."

Angel terkekeh. Mengira ia salah melihat. "Nih, kepala gue udah koslet atau gimana?" Angel sedikit memukul pelan kepalanya.

"Ini beneran gue."

Langit bersuara. Angel menganga karena terkejut. Jadi, semua ini nyata, ia tak salah melihat dan isi kepalanya masih normal?

Memperbaiki posisi duduknya yang miring. Angel berdehem, entah kenapa tiba-tiba gugup didatangi seperti ini. Kan, biasanya ia yang grasak-grusuk mendekati Langit, bukan sebaliknya walau terlihat laki-laki itu begitu santai, sangat berbeda dengan dirinya yang mulai panas dingin.

"Ariel nyariin Lo."

Nama Ariel disebut. Angel mengecek ponselnya dan benar saja ada begitu banyak notif dari Ariel yang tak sempat ia cek karena ponselnya mode silent. Merasa ada sedikit keanehan, Angel menelisik wajah Langit dengan iris memicing.

"Ariel beneran nyamperin dan nanyain keadaan gue ke Lo?" tanyanya.

Langit mengangguk.

"Lo jawab apa?" tanyanya was-was. Takut jika Langit berkata jujur yang berakhir petaka. Mukanya mau ditaruh dimana lagi. Pasalnya, kecelakaan ini terjadi karena sumpah serapah dari Ariel juga. "Ariel itu nggak bener-bener khawatir, pasti cuman pengen tau dan ujung-ujungnya ngetawain gue."

"Atas dasar apa Lo senegatif itu?"

Tanpa melihat lawan bicaranya Langit angkat bicara.

"Nggak tau." Angel menggeleng. "Langit sebenarnya kesini mau ngapain?" Melihat gelagat laki-laki itu yang begitu terjaga, menghindari bertemu tatap juga duduk beberapa meter dari sampingnya membuat Angel begitu gemas.

Kenapa tingkah Langit semenggemaskan ini?

Jika saja diberi waktu lima detik tiba-tiba di dalam kamar sendirian, Angel akan berteriak heboh dan melompat girang di atas ranjang. Kecelakaannya hari ini tidak betul-betul buruk. Langit jadi perhatian seperti ini.

"Makasih udah bantuin gue hari ini," ujar Langit tanpa riak di wajahnya. "Dan ..., gue harap setelah ini Lo nggak terlibat apapun dengan gue lagi."

Begitu panjang kalimat yang Langit lontarkan, namun, sayang yang terucap malah kalimat yang tak ingin Angel dengar.

Hening tercipta beberapa saat. Angel nyaris menangis, ia di tolak? Atau bagaimana? Seharusnya memang dari dulu ia sadar dan tidak bertindak lebih. Tetapi, hatinya begitu menginginkan sosok Langit, melihat wajahnya saja hati Angel mendesir hangat, otaknya tak bisa dikontrol akan bayang laki-laki itu.

Bagaimana ini?

Apa yang harus Angel katakan?

Jika dalam mode normal mungkin saja ia tertawa dan memukul punggung Langit berusaha 'sok akrab'.

"Lo suka cewek kayak Ayla, ya?" Suara Angel pelan, terdengar ragu-ragu. Langit sempat menoleh hanya untuk mendengus, Angel kembali menambahkan, "Gue emang nggak bisa kayak Ayla, tapi gue bisa jadi cewek apapun, gimanapun yang Lo mau kecuali Ayla."

ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang