7. BERTEMU BUNDA ZAHRA

49 9 6
                                    

Back to Angel story.

Siap, baca?

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
7. BERTEMU BUNDA ZAHRA

.

.

.

"AL-FALAQ."

Kedua matanya enggan untuk terbuka. Dia sangat mengantuk, tetapi bibirnya tak berhenti menggumamkan nama surah kedua yang jadi tugas wajibnya. Surah itu Langit sebutkan tadi malam sewaktu Angel tak sengaja bertemu Bunda Zahra, berusaha menarik perhatian wanita cantik itu, membuat Langit kesal dan mengusirnya, menyuruhnya pulang untuk menghafal surah kedua.

"Yang pertama aja gue udah lupa." Angel berguling ke sisi lain kasur. "Nggak ada cara lain apa biar bisa deket sama Lo selain ngehafal?" racaunya kian menjadi dengan mata yang tertutup. "Gue capek ..., nggak ngerti juga maksudnya apa."

Kejadiannya seperti ini.

"Pergi Lo sekarang!"

"Gue tamu di sini, loh, Langit, yakin mau usir gue." Tersenyum manis pada wanita yang bersembunyi di balik punggung Langit.

Bagaimana tidak bersembunyi. Angel terus meracau, meminta tips mendekati Langit, bahkan, sampai ingin melihat foto masa kecil Langit. Bunda yang sudah menolak dengan halus terus dikejar-kejar hingga memutuskan menelfon sang putra menyelamatkannya.

"Dia temen kamu?" tanya Bunda Zahra dengan suaranya yang begitu halus. Sekilas melihat tampilan Angel yang begitu terbuka, memamerkan paha putih dan leher jenjang karena rambut gadis itu yang tercepol asal. "Beneran?"

Langit menggeleng. Jujur, namanya saja sampai sekarang Langit tak ingat. Dia tak mau berurusan lebih dengan gadis ini.

"Aku ...." Angel mengubah gaya bicaranya sedikit halus, berusaha membujuk. "Aku .... calon pacarnya Langit, Bunda."

Memanggil dengan sebutan Bunda. Zahra melihat wajah sang Putra sekali lagi ingin memastikan.

"Bun, Langit bisa digoreng papa kalo ketahuan pacaran," jelas Langit. Memeluk Bundanya sekilas untuk menenangkan sebelum memanggil waiters untuk membawa Bundanya istirahat. "Bunda istirahat dulu, nanti Langit samperin."

Zahra mengangguk.

"Lo kok gitu, sih." Angel cemberut. Hendak mengikuti langkah kedua wanita tadi namun urung saat rambutnya ditarik hingga cepolan asal itu terlepas. "Gerah Langit, gue nggak suka kepanasan," ngeluhnya.

Lagi-lagi Langit mengalihkan pandang. Tampilan Angel cukup mampu menggoyahkan iman, ditambah wajahnya yang begitu cantik tanpa polesan apapun. Natural. Terkesan mahal.

"Al-Falaq."

"Apaaa?" Angel yang kepanasan mulai sewot. Bagaimana tidak, Langit beneran mengusirnya hingga kini mereka berdiri di parkiran. "Nggak ada tugas lain apa Langit, otak gue kapasitasnya rendah."

"Nggak usah mun---"

"Oke-oke." Angel mengalah, tahu kalimat apa yang akan keluar dari mulut Laki-laki minim ekspresi ini. "Gue hapal, entar gue setor tapi Lo harus muji gue."

"Sekarang Lo pulang," usir Langit.

Angel mengangguk. Dia berjalan ke arah motornya yang kebetulan tak jauh, sesekali melirik laki-laki yang meliriknya walau sekilas. Naik ke atas motor, Angel memberi kiss bye sebelum melaju dengan kecepatan tinggi.

ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang