•••
Genggaman tangan Adzana terlepas kala berangkar yang membawa ayanya itu masuk ke ruangan operasi. Matanya menatap nanar pintu ruang operasi yang tertutup. Sementara itu di belakangnya mama sedang menangis sambil memeluk Danu adiknya.
Ayahnya langsung ditangani kala Adzana sudah menyetujui serta membayar lunas biaya operasi untuk ayah. Gadis itu diam saja saat kembali ke rumah sakit, tidak menjelaskan apapun pada mamanya darimana dia mendapat uang sebanyak itu dalam sekejap.
"Kamu pinjam uang sebanyak itu ke siapa? temanmu ada yang kaya?" Tanya Mama pada Adzana.
Adzana menghela nafas lelah. "Dikondisi kaya gini gak penting uang itu darimana, yang penting ayah di operasi dan sembuh." Ucapnya tegas.
Mama diam saja tidak menanyakan banyak hal karna dia tahu Adzana sedang lelah sekali saat ini. Mama tidak mau menambah beban Adzana dengan bertanya lebih jauh. Adzana benar, saat ini yang terpenting adalah ayah.
Beberapa jam berlalu, seorang dokter menghampiri Adzana dan Mama yang menunggu jalannya operasi sejak tadi. "Operasinya berhasil. Kemungkinan beliau akan sembuh dalam waktu 14 hari. Selama itu beliau akan di rawat inap dulu di rumah sakit ini." Dokter itu memberi kabar.
Mama langsung memeluk Danu, bersyukur atas keberhasilan operasi. Adzana hanya bisa menangis bahagia dan mengucapkan banyak terima kasih kepada sang dokter. Ayah di pindahkan ke ruang rawat inap. Dia masih tidak sadarkan diri saat Adzana sedang menggenggam erat tangannya sambil terus memandangi wajah tenang ayahnya.
"Aku harus pulang, Mah." Ucap Adzana.
Mama yang sedang sibuk membereskan keperluan mereka berhenti dan menoleh. "Mau ngapain pulang? bantuin mama disini ngurus ayah." Katanya.
"Gak bisa. Aku ada perlu." Adzana berdiri mengambil tasnya, gadis itu hendak pergi. " Nanti kalau butuh sesuatu atau ada apa-apa langsung kabarin aku." Ucapnya.
"Kamu mau kemana, Zana?" Tanya Mama kesal karna Adzana tidak terus terang.
Adzana menoleh. "Mau kerja buat ngehidupin keluarga kita." Itu jawaban yang diberikan oleh Adzana. Lalu gadis itu pergi meninggalkan ruang rawat ayahnya.
...
Pukul sembilan malam, Abyasa berada disebuah restoran mewah. Wajahnya datar sesekali melihat pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Iris mata tajamnya terangkat kala seorang wanita berjalan tergesa-gesa ke arah mejanya. Dengan pakaian seadanya dan rambut yang di ikat longgar gadis itu berdiri di depan Abyasa.
"Sorry. Jalannya macet tadi." Ucap Adzana terengah-engah.
Abyasa tidak menjawab, dagunya menunjuk kursi di depannya guna memberi interuksi pada Adzana agar duduk disana. Gadis itu menurut meski dia terus menerus menghela nafas lelah.
"Operasi ayah berhasil.Makasih ya Abyasa. Kalo bukan karna lo--
"Bicara yang sopan." Abyasa memotong ucapan Adzana. "Biasakan untuk bicara yang sopan. Kamu ingat perjanjian kita bahwa saya akan menjadikanmu apa?" Tanyanya.
Adzana menatap Abyasa takut, dia mengangguk. "Maaf. Maksud aku, makasih untuk bantuannya." Adzana mengulang ucapan terima kasihnya.
"Besok adalah hari pernikahan Ayline. Pekerjaan kamu dimulai dari sana. Besok saya akan bawa kamu ke pesta pernikahan Ayline dan memperkenalkan kamu sebagai pacar saya." Ucap Abyasa memulai topik pembicaraan inti mereka.
Adzana mengangguk dan Abyasa kembali bicara. "Selama disana jangan biarkan orang-orang mengenalmu terlalu dalam. Cukup bilang kalau kamu adalah pacar saya dan kita kenal sejak SMA." Abyasa menegaskan.
YOU ARE READING
Falling First [TAMAT]
ChickLitKamu pasti punya cinta pertama. Masih ingat apa alasan kamu jatuh cinta untuk pertama kali? Masih suka bertemu dengan cinta pertamamu? Atau kamu sudah gak tahu kabarnya, bahkan mungkin sudah lupa gimana wajah cinta pertamamu? Itulah yang dialami ole...