MERAJUT RASA KITA (LAGI)

326 19 1
                                    

•••

Malam itu setelah perdebatan terjadi antara cucu dan kakeknya, berakhir dengan Abyasa yang membawa pergi Adzana dan meninggalkan kakeknya. Kata terakhir yang Abyasa bilang adalah lelaki itu menyuruh kakeknya pulang ke jakarta dan berkata bahwa dia dan Adzana akan menikah jadi Abyasa menyuruh sang kakek untuk berhenti menjodohkan nya dengan anak kenalan rekan bisnisnya. 

Adzana hanya diam saja sepanjang jalan pulang. Abyasa mengantarnya sampai rumah dan sebelum pergi terjadi perbincangan di antara keduanya.

"Jangan ngelawan kakek kamu." Ucap Adzana sebelum turun dari mobil Abyasa. 

"Aku gak pernah melawan dia dari dulu. Aku hanya meminta hak yang aku inginkan, kebebasan." Saut Abyasa saat itu. 

"Kenapa sampai harus begini?" Tanya Adzana. 

"Apa?"

"Perjuanganmu. Andai kamu melepaskan aku dan menikahi perempuan yang kakek kamu pilih bukannya semuanya akan lebih mudah, Yasa? kenapa malah melakukan semua ini?" Tanya Adzana dan dia merasakan sesak di dadanya saat berkata. 

"Karna aku mengajar bahagiaku. Dan bahagiaku hanya dengan kamu. Gak boleh aku bahagia, Zana?" Tanya Abyasa menatap nanar wajah perempuan di sampingnya. 

Adzana tertegun menatapnya. Lelaki ini amat sangat mendabakannya dan Adzana juga. Haruskah Adzana percaya padanya dan melanjutkan hubungan mereka? dengan bersama mungkinkah kali ini mereka bisa bahagia.

"Tolong kasih kesempatan kedua dan kita bangun kembali hubungan kita. Jika bukan kamu wanitanya aku tidak akan bahagia. Bukannya kamu juga sama?" Tanya Abyasa dan Adzana menunduk, gadis itu mengangguk pelan sambil menangis.

Abyasa memeluknya erat karna akhirnya Adzana mengaku tentang perasaannya. "Aku cinta kamu. Rasanya sakit sekali waktu aku pergi ninggalin kamu. Aku kira kita gak akan ketemu lagi dan aku berusaha lupain kamu selama ini. Karna mereka bilang kita gak bisa bersama. Aku ... Aku ..." Adzana terisak dalam pelukannya hingga dia tidak bisa meneruskan kalimatnya. 

"Aku cinta kamu, Abyasa. Jangan pergi ... " Pintanya lirih. 

"Gak akan." 

Malam itu tanpa kata 'Kita balikan ya?' atau 'kita pacaran lagi' mereka sudah tahu bahwa setelah ini mereka akan kembali memulai hubungan yang sempat terhenti. Kali ini mereka harus lebih dewasa dan saling percaya. 

...

"Klarifikasi sama gue sekarang. Lo ada hubungan apa sama Pak Abyasa?!" Faras datang-datang langsung bertanya dengan penuh paksaan. Dia menghadang meja Adzana saat gadis itu sudah membereskan barangnya untuk segera pulang.

"Perlu banget gue klarifikasi ke elo?" Tanya Adzana sinis. 

"Wah mulai tinggi laga lo ya mentang-mentang di pepet sama Bagaskoro?" Sarkas Faras lalu mendengus. 

Adzana tertawa lalu mendorong pelan tubuh Faras agar tidak menghalangi jalannya. Gadis itu berdiri sambil memegangi satu lengan faras dan berkata. "Gue gak mau banyak omong. Lo doain aja yang terbaik." 

"Ambigu amat anjir." Cibirnya. 

Adzana mengangguk. "Emang masih ambigu. Makanya nanti aja lo denger pas udah jelas." Katanya. "Dah, Ras. Gue balik dulu ya, dia udah nunggu di depan." ucapnya sambil berjalan pergi dengan senyum cerah. 

"Dia? siapa? Pak Abyasa?" Namun Adzana hanya tersenyum saja sambil melenggang pergi. Senyum gadis itu cerah sekali saat kakinya melangkah keluar kantornya dan menyapa karyawan-karyawan lain.

Saat sampai depan kantor dia bisa melihat Abyasa yang sedang berdiri bersandar di mobilnya. Langkah Adzana memelan namun degup jantungnya menjadi cepat. Astaga! lihat lelaki tampan yang sedang bersandar di mobil hitam mewah miliknya itu. Lelaki itu adalah miliknya. 

Debaran pada jantungnya semakin cepat saat mata Abyasa menangkap keberadaannya. Langkahnya terhenti saat dia sampai di depan Abyasa. Lelaki itu mengernyit saat Adzana menundukkan wajah dengan malu-malu. 

"Hei, kenapa?" Tanya Abyasa tersenyum gemas, dia mengangkat dagu Adzana dengan telunjuknya. Adzana melirik kana  kiri, salah tingkah. "Kenapa gitu sih, gemes banget pengen meluk." Ucap Abyasa namun Adzana menggeleng. 

"Jangan disini nanti aku jadi bahan omongan karyawan yang lain." Katanya. Abyasa mengangguk dan menuntun Adzana untuk masuk ke dalam mobilnya. 

Di sepanjang perjalanan mereka banyak bercerita. Abyasa menceritakan tentang kakeknya yang sudah kembali ke Jakarta setelah kalah berbdebat dengannya. Lalu bercerita tentang mama, papa dan adiknya Abidzar yang sampai saat ini ingin sekali bertemu kembali dengan Adzana. Setelahnya gantian gadis itu yang bercerita soal keadaan keluarganya yang kini sudah membaik. 

"Ayahku buka restoran kecil. Rumah makan tradisional khas Jogja. Itu peninggalan nenek yang dulu ayah tinggalin karna milih bangu  perusahaan. Makanya waktu itu kita mutusin pindah ke Jogja, ya karna satu-satunya peluang yang kita punya ada disini." Ucap Adzana.

"Mamah sama adikmu apa kabar?" Tanya Abyasa. 

"Mamah baik, adikku juga udah kuliah sekarang baru jadi MABA." Saut Adzana.

"Gak nyangka waktu perpisahan kita selama itu. Udah banyak yang berubah dari keadaan tapi perasaan kita masih sama. Terima kasih karna gak pernah berubah sampai kita bertemu lagi." Ucap Abyasa tiba-tiba mellow.

Adzana hanya meliriknya lalu tersenyum. "Aku mau balik ke Jakarta." Ucap Abyasa tiba-tiba. Senyum di wajah Adzana luntur seketika dan berganti dengan wajah murung. "Ada yang harus aku bereskan disana." Lanjutnya. 

"Aku bakal kesini lagi." Ucap Abyasa saat menyadari kesedihan di wajah Adzana. Satu tangannya yang memegang kemudi terangkat untuk mengusap pipi Adzana. "Sebelum kembali aku ingin menemui keluarga kamu." 

"Buat apa?" Tanya Adzana. 

"Melamar kamu." Jawab Abyasa. 

Adzana menegakan badannya seketika. "Becanda kamu?" tanyanya.

Abyasa tersenyum. "Hubungan kita ini udah kita jalani bertahun-tahun bukan baru sebulan dua bulan. Kamu pernah pergi dariku lama sekali. Sekarang kita bisa bersama lagi dan itu anugerah. Kita balikan bukan buat pacaran lagi Adzana, udah gak pantes. Kita harus maju ke jenjang yang lebih serius biar gak ada satu orang pun yang berani ngacak-ngacak hubungan kita." 

Mobil Abyasa terhenti di depan sebuah rumah yang cukup besar dimana di sampingnya terdapat restoran tradisional yang sedang ramai pengunjung. Mereka sampai di rumah Adzana. 

"Kamu mau nikah denganku, kan?" Tanya Abyasa sebelum mengajaknya turun dari mobil. 

"Coba tanya ayahku, dia mau gak punya menantu seorang Bagaskoro." Saut Adzana membuat raut resah muncul di wajah Abyasa. Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup Abyasa merasa tidak percaya diri. 

Mereka turun dari dalam mobil lalu Adzana menuntunnya ke dalam rumah makan. Seorang pria paruh baya yang kini terlihat lebih tua bersama istrinya sedang duduk menikmati teh di depan rumah sambil mengawasi restorannya. keduanya terdiam melihat kedatangan sang putri bersama lelaki yang tidak asing bagi mereka. 

"Adzana?" Mama dan Ayah bangun dari duduknya dengan wajah heran. 

"Yah, Mah. Apa kabar? Masih ingat saya?"

Bersambung.



Falling First [TAMAT]Where stories live. Discover now