BUAH MANIS DARI KETULUSAN

495 23 1
                                    

Lima hari sudah berlalu sejak Abyasa kembali ke Jakarta. Pria itu masih belum kembali dan memberi kabar apapun bahkan hanya lewat pesan saja tidak. Adzana frustasi dan tidak bisa fokus mengerjakan pekerjaannya. 

Dia bakal kembali lagi'kan?

Gimana kalau disana dia dipaksa tunangan sama perempuan pilihan kakeknya?

Adzana menjatuhkan kepalanya di meja kerja dan membenturkannya beberapa kali hingga dia merasa ada telapak tangan yang melindungi keningnya agar tidak lagi dibenturkan ke meja. Adzana mendongak dan melihat Sankara berdiri dengan senyum hangat di sampingnya. Lelaki dengan wajah ramah itu memang memiliki kepribadian yang sangat baik. Siapapun yang melihat senyumnya pasti akan luluh dan menganggap bahwa dia pria baik. Apalagi sankara ini sangat amat mendefinisikan pria act of service. Sering memberi perlakuan kecil seperti contohnya saat ini.

"Benjol nanti kepalanya." Tegur Sankara. 

Adzana menegakkan duduknya. "Kenapa, Pak?" tanyanya sopan padahal pria ini umurnya tidak jauh beda dari Adzana. 

"Mau nanya dong." 

"Soal kerjaan?"

Sankara menggeleng. "Bukan."

"Apatuh kalo gitu?" Tanya Adzana. 

Sankara menunjukan layar ponselnya dimana terdapat gambar dua cincin dengan model yang berbeda. "Menurut kamu bagusan yang mana kalau buat ngelamar cewe?" tanyanya. 

Adzana mengernyit. "Kok nanya ke saya?" 

"Mau nanya siapa lagi emang, faras? jelek selera diamah." Cibirnya membuat Adzana tertawa. 

Gadis itu berfikir sebentar sambil melihat-lihat photo yang ada. "Yang ini, bagus, kalem gitu tapi tetep keliatan mewah." Ucapnya menunjuk salah satu gambar cincin. 

"Gitu ya?" 

Adzana mengangguk. "Bapak mau ngelamar cewe? punya cewe ternyata?" Adzana tidak percaya.

"Punya dong," Jawab Sankara dengan wajah pongah. "Dia tinggal di Jakarta." Katanya.

"LDR?" Tanya Adzana.

Sankara mengangguk. "Tapi dikit lagi enggak. Kan nanti saya juga mau balik ke Jakarta."

Adzana mengernyit bingung. "Lah. Terus kantor ini gimana?" tanyanya. 

"Yeu, kamu gak tahu ya? saya dipindah tugas. Kita punya cabang baru di daerah Bintaro Jakarta, dan saya di tugasin buat mimpin disana bulan depan." Ucap Sankara. 

"Terus nanti yang mimpin disini siapa?" Tanya Adzana. 

"Ada, orang baru. Gue kerja sama dengan Bagaskoro kan buat mempertahankan perusahaan kita yang lagi turun karna skandal anaknya Pak Adirata pemilik perusahaan kita, dan kerja sama itu berhasil ningkatin pendapatan kita selama satu bulan ini. Sedangkan kita butuh pertahanan jangka panjang. Gue dapet kabar bahwa PT. Adirata Jaya di ambil alih sama salah satu teman Pak Adirata buat di selamatkan. Nanti perusahaan ini bakal di kembangin jadi lebih besar, jadi pusat dari semua PT. Adirata Jaya di Indonesia." Ucap Sankara. 

"Siapa pak yang ngambil alih perusahaan?" tanya Adzana. 

Sankara mengecilkan volume suaranya. "Kalau gak salah dari keluarga Mahatma." Bisiknya pelan. "Tapi lo jangan lemes ya, gue ngasih bocoran baru ke elo sama Faras nih sekaligus soal kepindahan gue nanti." Katanya. 

Adzana mengangguk paham. 

...

Gadis itu pulang ke rumah pukul tujuh malam. Dengan wajah lesu dia turun dari motornya sambil menenteng tas kerja yang di bawanya. Gadis itu mengernyit saat melihat mobil mewah terparkir di halaman rumah. 

Falling First [TAMAT]Where stories live. Discover now