TEMAN LAMA

1.1K 39 2
                                    

" Takdir itu unik. Dia bisa jatuh kapan saja, dimana saja, dan pada siapa saja."

Lorong itu penuh dengan orang-orang dengan stelan hitam putih. Mereka bersandar di dinding lorong itu sambil memegang amplop besar berwarna coklat. Wajah mereka cemas dan penuh harapan, tak terkecuali gadis dengan rambut hitam legang di ikat satu itu. 

Mama : Semangat kak ! semoga lamaran kerjanya kali ini diterima

Gadis itu berulang kali membaca pesan dari mamanya, hingga seorang wanita keluar dari ruangan dan memanggil namanya," Adzana Shafa " gadis itu mendongak dan mengangkat tangannya. 

"Silahkan masuk. Anda sudah di tunggu di dalam." Ucap wanita dengan pakaian rapi dan cantik itu. 

Adzana mengangguk dan berjalan melewati wanita itu,"Permisi, Mbak." katanya sambil lewat. 

Adzana di tuntun melewati lorong kecil lalu berhenti saat di depannya terdapat sebuah pintu besar. Penjaga membukakan pintu untuknya dan Adzana sekali lagi mengucapkan terimaksih sambil mengangguk pada penjaga pintu. Ketika masuk, matanya di suguhkan oleh ruang kerja yang luas dan mewah sekali. Gadis itu terpesona dengan arsitektur ruangan itu sampai tidak sadar ada mata tajam yang sedang memperhatikannya saat ini. 

Adzana tersadar dan buru-buru mengubah raut wajahnya kala menyadari atasannya berada di ruangan itu, menatapnya sambil duduk santai di kursi kerjanya. 

"Duduk." Suruh laki-laki itu dengan suara baritonya. 

Adzana lalu duduk di depannya, dia mencuri pandang sedikit-sedikit karna merasa wajah laki-laki di depannya itu tidak asing. Adzana terus mengingat-ingatnya sementara laki-laki itu membaca berkas-berkas data diri Adzana. 

"Oke saya mulai interview."

"Kamu... Asa ya?" Laki-laki itu mendongak kala gadis didepannya malah menyebut namanya dan mengabaikannya. "Iya benar, kamu Asa. Abyasa bagaskoro kan?" Ucap Adzana lagi  dia menyebut nama lengkap laki-laki itu. 

Laki-laki didepannya itu mengernyit lalu raut wajahnya berubah sedikit melonggar, kelihatannya dia juga mengenali gadis di depannya ini. 

"Aku Adzana Shafa. Kita satu SMA dulu, kamu pasti gak kenal aku soalnya aku bukan murid populer kaya kamu dulu, tapi aku kenal kamu. Kamu Abyasa, kan ? murid pintar dikelas IPA 2 yang sering menang olimiade itu?" Tanya Adzana exited sekali saat bertemu teman satu sekolahnya.

Wajah laki-laki itu berubah serius lagi,"Kamu kesini mau wawancara atau mau reuni sama saya?" ucapnya sarkas. Wajah Adzana langsung salah tingkah, dia menegakan duduknya dan tersenyum kaku. 

"Wawancara, Pak" Jawabnya berusaha profesional lagi. 

Interview berjalan seiring waktu, Abyasa menanyakan seputar pengalaman kerja dan pendidikan Adzana. Gadis itu menjawabnyak sedikit gugup dan terbata, namun tetap berusaha percaya diri pada kemampuannya. 

"Oke, saya udah denger semua penuturan kamu. Bagus, kamu percaya diri dan cukup bertekad kuat. Tapi pengalaman kamu kurang memenuhi standar perusahaan saya. Jadi mohon maaf saya gak bisa nerima kamu bekerja disini" Ucap Abyasa. 

Seketika Adzana menghela nafas, dia hanya menunduk lesu. Abyasa memperhatikannya dan sedikit terganggu dengan wajah putus asa itu. 

"Oke, gak apa-apa, makasih banyak sudah mengiznkan saya interview disini" Ucap Adzana.

Gadis itu bangkit mengambil berkas yang dia bawa, meberi salam untuk pergi. Dia berbalik badan dan berjalan keluar ruangan. Di sepanjang lorong sepi itu Adzana menghela nafas berkali-kali memikirkan apa yang harus dia bilang pada keluarganya nanti ? dia sudah gagal berkali-kali, Adzana tidak tega membuat mereka kecewa lagi. 

Falling First [TAMAT]Where stories live. Discover now