Sudah 2 minggu setelah Cala mengungkapkan perasaannya pada Riasa, jawaban yang sebenarnya terdengar seperti bukan jawaban itu membuat perasaannya seolah olah digantung, antara penolakan atau harapan yang Riasa tanam pada diri Cala.
Cala sendiri saat ini berada di kedai kopi milik Rian, kedai kopi yang dibuat oleh orang tuanya dan diteruskan oleh Rian agar tidak perlu memperkerjakan orang lain untuk usaha itu.
Tak jarang juga Cala mampir kesana untuk mengerjakan tugas atau sekedar melamun.
"Masih nungguin Cal?" Tegur Rian yang membuyarkan lamunannya itu
"Menurut lu aja" jawab Cala singkat
"Mau sampe kapan Cal? ini udah 2 minggu setelah lu confess sama dia, dan dia juga keliatan gak mikirin tentang jawabannya itu"
Cala hanya diam mendengar ucapan dari temannya. Sebenarnya Rian sudah terbiasa melihat Cala melamun, namun kali ini seperti ada harapan didalam harapan yang Riasa berikan pada Cala yang membuat lamunannya sedikit berbeda.
Rian menepuk bahu Cala pelan "Lu harus nanya Cal, lu harus dapet kepastian dari dia. Lu gabisa gini terus"
"Iya nanti gua tanya" Helaan nafas yang panjang mengikutinya saat ia ingin beranjak pergi dari kedai kopi
•••
Jakarta mungkin saat ini sedang beristirahat dengan keramaian kota seperti biasanya. Hari ini tidak banyak orang yang berlalu lalang dijalan, sehingga tanpa disadari, ia membantu Cala menemukan Riasa yang sedang duduk di halte bus sendirian.
Melihat perempuan yang ia sayangi itu membuat Cala langsung menghampirinya
"Ojek mau?"
"Kok lo disini? ngapain?"
"Tadi di jalan gua gak sengaja liat bidadari lagi duduk di halte sendirian, pas gw pastiin ternyata beneran bidadari"
"Aneh"
"Mau kemana sa? bareng aja yuk?"
"Gamau kemana mana, mau disini sampe gue berubah jadi tengkorak"
Cala langsung duduk disampingnya saat Riasa berkata itu
"Jangan disini, nanti tengkorak gua sama lu ketuker tuker"
"Kok ketuker?"
"Kan gua mau nemenin lu selamanya"
Warna merah yang tidak bisa ditutupi itu kembali hadir menghiasi wajah cantik Riasa.
Cala menggenggam tangan Riasa yang membuat Riasa kaget dan membuat pipinya tambah memerah.
"Lu tau gak kalo berang berang laut itu saling berpegangan tangan kalo lagi tidur sa?"
"Ngga tau, buat apa emangnya? genit ya pasti berang berangnya kayak lo"
"Gua gak genit sa!!"
"Terus ini tangan lo? sama kayak berang berang laut lagi tidur"
"Berang berang laut tidur sambil pegangan tangan itu agar mencegah mereka biar gak hanyut sa"
"Tapi gue gak hidup di laut cal, dan gue juga gak hanyut"
"Gua pegang tangan lu biar lu gak hanyut dalam lamunan lu sa, daritadi lu ngelamun"
Lagi, lagi, dan lagi. Kata katanya berhasil membuat senyum Riasa terlihat, lekukan sabit itu kembali muncul pada wajahnya
"Gue gak tau mau kemana cal, gue lagi pengen liat orang orang yang sibuk dengan dirinya sendiri"
"Oke, gua disini nemenin lu"
"Buat apa cal? gue gatau disini sampe kapan"
"Ya gapapa, bahkan pertanyaan lu 2 minggu lalu buat nunggu lu yang gatau sampe kapan masih gua tunggu sampe sekarang sa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cala (ON GOING)
RomansaMenunggu jawaban dari ketidakpastian adalah suatu hal yang menyakitkan