9. Long Distance Relationship

437 54 25
                                    

"Kak, malam ini tidur dikamar saja ya. Jangan di sofa lagi."

Jiya sudah jauh lebih membaik hari ini, semoga sakitnya tidak datang lagi seperti kemarin. Ditambah yang merawat adalah Yoongi, hati Jiya meleleh dan berbunga-bunga, melihat betapa sabar Yoongi merawat Jiya yang rewel serta banyak maunya.

Sedangkan Yoongi, bingung harus menjawab apa ketika kekasihnya meminta ia tidur dikamar malam ini. Kalian tahu sendiri kan, Yoongi itu lelaki normal. Akan sangat susah untuk menahan nafsu kalau sudah berdua dengan si pujaan hati. Dia diam sambil mengulum bibirnya sendiri, memutar otak mencari cara bagaimana bisa menolak ajakan Jiya tanpa membuat gadis itu tersinggung.

"Sebaiknya jangan dulu ya sayang. Kakak takut."

"Kenapa takut? Jiya tidak apa-apakan kakak kok."

Helaan nafas pelan Yoongi keluarkan. Sudah lah, pusing kepala Yoongi melihat Jiya yang loadingnya keterlaluan. Gadis satu ini bagaimana sih, masalahnya bukan Yoongi takut di apa-apakan olehnya. Tapi, dia takut dengan dirinya sendiri. Takut belum apa-apa sudah mencoblos Jiya lebih dulu. Ya kalau Yoongi sih mau-mau saja, sangat bersyukur malah. Bagaimana kalau Jiya tidak terima, atau malah mengalami trauma terhadapnya? Amit-amit. Mending menahan nafsu sebentar daripada nanti Jiya tidak mau menikah dengannya.

"Kak Yoon.." Panggil Jiya sekali lagi. Karena Yoongi sedari tadi diam saja, ia menarik-narik kecil apron yang dipakai Yoongi sejak ia memotong buah untuk Jiya.

Posisi mereka saat ini sedang didapur, Jiya duduk di pantry sementara Yoongi berdiri memotong buah tepat disamping gadisnya.

"Iya iya Jiya terserah padamu saja."

"Ya ampun malaikat satu ini baik sekali." Rayu Jiya sambil mencolek dagu Yoongi, sampai membuat si pria kesulitan menahan senyum karena salah tingkah.

"Apa sih Ji? Malam ini aku memang tidur di kamar, tapi sebagai gantinya kau yang tidur di sofa."

Mendengar hal itu Jiya langsung mencubit perut Yoongi, tega sekali menyuruh anak gadis orang tidur disofa."Ihhh!! Jangan begitu kak!! Jahat sekali!!"

Yoongi sampai kewalahan menghentikan tawa. Sungguh, mengganggu Jiya itu sangat seru sekali. Karena sudah mendapat tatapan sinis, Yoongi menyudahi acara terbahak-bahaknya. Sekarang ia lebih memilih mencoba menenangkan Jiya dengan cara memeluknya, mengecupi bibir mungil itu, dan benar-benar tersenyum manis dihadapan wajah Jiya. Biar saja, biarkan Jiya meleleh.

"Cepat habiskan buahnya." Ucap Yoongi.

"Baik calon suamiku."

"Apa sih, tidak jelas sekali si Jiya ini."


****


Sebelum mereka akan benar-benar tertidur, Yoongi memang selalu menyempatkan waktu untuk berdua dikamar bersama Jiya. Biasanya Yoongi akan pindah ke ruang tamu begitu melihat Jiya sudah mulai mengantuk, namun kali ini sepertinya tidak bisa. Tiap kali Yoongi ingin bangkit, Jiya selalu menahannya. Mau menunggu Jiya tertidur, tapi tidak juga kunjung tertidur. Jujur saja, Yoongi takut kejadian kemarin terulang lagi.

"Biarkan kakak tidur diluar Ji.. Kakak takut kau marah seperti kemarin."

Perasaan bersalah pada diri Jiya kembali muncul. Ia mendongak untuk melihat wajah tenang prianya ketika berada didalam pelukan. Kembali menunduk, jemarinya memainkan ujung kaus yang Yoongi kenakan.

"Maafkan Jiya. Jiya sudah tidak marah lagi."

Sebenarnya Jiya hanya ingin mengambil banyak momen berdua sebelum ia benar-benar pulang ke Seoul. Ini malam terakhirnya disini. Jiya percaya kok, Yoongi tidak akan menyentuh sampai melebihi batas. Toh, Jiya sedang kedatangan tamu bulanan. Kalau hanya menyentuh layaknya orang pacaran, jujur Jiya juga mau, malah sesungguhnya ia sedang ingin disentuh. Tapi tidak mungkin ia ungkapkan, mau ditaruh mana wajah Jiya yang cantik nan menggemaskan ini.

Marry You, Marry MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang