Ciee.. People come and go..Sinar matahari masuk lewat sela-sela tirai jendela yang terbuka karena tertiup angin. Lumayan juga untuk bisa mengusik tidurnya seorang Min Yoongi. Sudah pukul sepuluh pagi, tapi pria ini baru saja mengucek matanya yang sedikit membengkak akibat galau semalaman. Bisa tertidur ketika waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi.
Yoongi terduduk di atas ranjang kesayangannya dengan kondisi tubuh tanpa memakai baju, hanya memakai celana pendek untuk menutupi daerah privasinya. Ia mencoba meregangkan otot-otot dengan cara menaikkan kedua tangannya ke atas lalu kesamping kanan dan kiri. Mengambil botol minum yang tersedia diatas nakas untuk ditenggaknya. Tidak lupa mengecek ponsel untuk melihat ada notifikasi apa saja yang masuk. Ada dua panggilan tidak terjawab dari kekasih hati, sisanya grub chat karyawan dikantor dan grub chat karyawan pabrik.
Sembari Yoongi mengikat setengah rambutnya ke atas, dia mengingat-ingat kejadian tadi malam. Ada banyak hal yang ia pikirkan dan ia tangkap mengenai kejadian yang tidak seberapa itu. Terlihat sepele, tapi mampu membuat hubungan keduanya rusak jika dibiarkan begitu saja. Yang pertama, Yoongi memikirkan bagaimana bisa dia bersikap seperti anak kecil hanya karena Jiya lupa menghubunginya semalam?
Toh, Yoongi itu usianya jauh diatas Jiya. Seharusnya Yoongi bisa lebih mengerti bahwa dunia Jiya bukan hanya dia saja.
Yang kedua, Yoongi itu cinta mati pada Shin Jiya. Tidak dapat dipungkiri, setelah menjalin hubungan, ia ingin mendapat kabar dari kekasihnya minimal satu atau dua kali dalam sehari. Jadi, apa salah kalau Yoongi marah karena mendapatkan janji yang tidak ditepati?
Yang ketiga, apa karena mereka mau menikah, jadi akan ada banyak ujian yang harus mereka hadapi kedepannya. Bahkan ini masih permulaan. Ah tidak-tidak, dari dulu mereka juga sudah di uji sampai bertahun-tahun tidak bertemu.
Yoongi menggelengkan kepala kasar. Hari ini hari sabtu, mau izin ke Ayah untuk berangkat ke Seoul saja selama seminggu. Heran, dulu dia sanggup tidak berkomunikasi dengan Jiya sampai bertahun lamanya. Tapi, kenapa semuanya terasa sangat beda? Pakai pelet apa Min Jiya itu? Yoongi mau minta rekomendasinya, ingin memelet Jiya balik. Agar Jiya tau rasanya kepikiran pacar itu bagaimana.
"Aku harus ke Seoul sekarang."
Belum ada konfirmasi dari Ayah, tapi Yoongi sudah terlihat bersiap-siap menyusun barang yang akan dibawanya ke Seoul. Urusan Ayah belakangan saja, kalau marah tinggal adukan Ibu . Bisa Yoongi pastikan Ayah akan menerima imbalannya.
****
Hari Minggu ini Jiya menerima tawaran dari beberapa teman kampusnya untuk berkumpul dikafe untuk membahas tugas kelompok yang akan mereka kerjakan. Hanya membahas saja, tidak sampai mengerjakan karena hari ini adalah harinya para mahasiswa dan mahasiswi libur.
Yah sekalian berkumpul untuk melepas penat, refreshing sambil bercanda bersama teman.
Beberapa kali mengecek ponsel, tidak ada notifikasi apapun dari Yoongi. Ia sama sekali tidak merasa ada hal yang mengganjal.Hingga membuat Jiya tidak sengaja melupakan untuk menghubungi Yoongi terlebih dahulu.
Candaan demi candaan, tidak terasa matahari sebentar lagi juga akan menutup diri. Jiya dan teman-teman bergegas untuk pulang. Karena pergi bersama Matt, pulang juga harus bersama Matt, biar hemat pengeluaran. Ingatkan, Jiya ini pengangguran, tidak boleh banyak mengeluarkan uang. Namun, sebelumnya Matt meminta untuk ditemani untuk membeli speaker ditoko elektronik didekat sana.
"Memangnya kau mau model speaker yang bagaimana?" Tanya Jiya pada Matt ketika mereka sudah sampai toko.
"Apa saja juga boleh, asal jangan yang modelan sepertimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry You, Marry Me
FanfictionSELESAI 20 AGUSTUS 2023 Bagi Yoongi sekeluarga, Shin Jiya itu adalah investasi masa depan. Biar tidak susah-susah memikirkan masa depan Yoongi akan bersama siapa.