16. Misapprehend

377 47 26
                                    

Jangan lupa vote untuk yang sudah baca.
Gratis kok, ga bayar 💜


****


Tiga bulan berlalu..

Waktu berputar begitu cepat, dan semua hal berjalan seperti biasa. Tidak ada yang terlalu dipusingkan oleh sejoli ini, sampai kadang mereka lupa akan status suami istri. Namun itu tidak akan menjadi masalah. Sejauh mereka saling mengenal, hal yang paling sulit untuk diselesaikan adalah rasa cemburu. Itupun hanya terjadi diawal mereka resmi menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, meski belum tahu bagaimana jadinya dimasa mendatang. Ingat, tidak ada yang bisa menjanjikan mereka akan terus tentram.

Kuncinya, mereka hanya perlu saling berpegangan saja.

Akan tetapi, dihari yang lumayan mendung ini, Yoongi tengah berpikir keras apa yang telah salah dari dirinya. Awan abu yang mungkin sebentar lagi akan berubah menjadi hitam, sudah sangat mendukung gundahnya hati Yoongi. Sudah ada semingguan, pria beristri itu stress sampai tidak bisa tidur nyenyak karena suatu hal yang mengganjal.

Sebab istrinya, Min Jiya. Belakangan ini kelihatan murung, senyum hangat yang biasa menyapa Yoongi ketika pulang dan pergi bekerja seakan pudar. Yoongi lebih sering menemukan Jiya dengan tatapan kosongnya. Sebagai suami, Yoongi jadi sedikit takut dan merasa cemas.

Terlebih lagi ketika Yoongi sedang menginginkan istrinya, baru sampai tahap cium-mencium tapi Jiya dengan mudah menggagalkan aksi panas tersebut dengan alasan, suasana hatinya sedang tidak bagus. Sudah ada beberapa kali Yoongi mendapati kejadian yang serupa.

Apa Jiya sudah tidak cinta lagi padanya?

Yoongi tidak bisa terima ya kalau-kalau suatu saat Jiya minta pisah. Bukan kah itu terlalu kejam? Kurang manis apa Yoongi sebagai seorang suami? Tampan sudah, matang sudah. Mapan? Jangan ditanya! Bonusnya, Yoongi termasuk pria keren di berbagai kalangannya.

Bahkan, Yoongi yang notabene memiliki sifat datar menurut teman-teman dan keluarganya, akan sangat jauh berbeda ketika dia sedang berhadapan dengan Jiya.

Jadi, Jiya jangan sampai macam-macam. Nanti Yoongi hukum baru tahu rasa.

Rambut yang kini semakin memanjang ia kibas kebelakang. Karena merasa risih, ia mengumpulkan helaian rambutnya menjadi satu. Lalu, mengambil ikat rambut mungil milik Jiya yang sempat ia pakai tadi pagi. Kemudian, rambut panjangnya ia ikat asal.

Sudah, ah. Yoongi tidak mau lagi memikirkan hal yang tidak perlu dipikirkan. Sebaiknya dia bergegas pulang sebelum hari benar-benar menggelap. Malam ini Yoongi berencana mengajak istrinya untuk berbicara serius dari hati ke hati, tidak pakai emosi. Semoga saja.

Sampai dilobi, Yoongi dikejutkan dengan suatu hal yang suka membuat hatinya berdebar. Ada apa? Kenapa Jiya tiba-tiba datang ke pabrik?
Dari kejauhan, Jiya tampak akrab berbincang pada karyawan dan beberapa karyawati. Berhari-hari memikirkan dirinya, membuat Yoongi sedikit canggung untuk menyapa.

"Hai.." Sapa Yoongi, sekarang mereka hanya berjarak tiga langkah saja.

Sapaan itu membuat Jiya dan yang lain mengalihkan pandangan. Sekitar delapan pasang mata langsung menatap Yoongi, tiga orang diantaranya sontak merundukkan punggung untuk memberi kesan menghormati atasan. Kecuali Jiya, tentu saja istrinya tidak begitu.

"Kenapa tiba-tiba ada disini?" Lanjut Yoongi setelah karyawannya berlalu pergi.

"Aku baru pulang dari kampus. Jadi aku sempatkan kesini untuk pulang bersama, kebetulan kata mereka kakak belum pulang."

"Kenapa tidak hubungi aku saja? Dengan begitu aku bisa menjemputmu ke kampus, tidak perlu repot untuk berjalan kaki kesini." Seketika air muka Yoongi berubah datar tidak tahu apa sebabnya.

Marry You, Marry MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang