"Jangan bandel, Jiya."
Kemarin pandainya merajuk, sesudah pagi buta menjelang pandainya menjahili orang. Siapa lagi kalau bukan Min Jiya. Yoongi masih tidur, dan ia mencoba membangunkan suami dengan cara yang tidak etis. Berulangkali Jiya mencubiti bokong Yoongi lalu pura-pura masih tidur ketika sang suami sudah menoleh ke arahnya.
Oh, ayolah.. Bahkan matahari pun belum benar-benar naik untuk menampakkan diri. Yoongi hanya ingin memperpanjang sedikit waktu tidurnya setelah beberapa jam yang lalu dia sibuk menggempur Jiya habis-habisan.
Dan lihat, sekarang kecintaannya ini sudah terus-terusan menjawil bokongnya. Apa ingin meminta lagi? Nanti Yoongi terkam baru tahu rasa, kemudian Jiya akan berteriak minta disudahi.
"Akhh Jiya, sakit tahu.." Akhirnya Yoongi membuka matanya, terlihat sedikit bengkak dan merah.
Ia hanya bisa mendumel, meregangkan otot-otot, lalu meliarkan netranya untuk mendapati sudah pukul berapa pagi ini. Astaga, masih pukul empat lewat tiga puluh menit. Kalau saja Jiya itu orang lain, mungkin Yoongi sudah akan menggetok kepala Jiya. Namun sayang, Jiya adalah istrinya, dan rasa cintanya melebihi apapun. Sangat bucin sekali, bung!
Ditemukannya Jiya cengar-cengir tidak jelas sembari menatapi Yoongi dengan tatapan aneh. Ugh, alih-alih merona, Yoongi jadi merinding karena takut. Takut Jiya kerasukan sesuatu.
"Jiya.. Istriku.. Kau baik-baik saja?"
Yang ditanyai tidak menjawab apapun. Jiya hanya langsung memeluk tubuh besar sang suami dari atas, melingkupi tubuh bagian atas Yoongi. Kepalanya mendusel mencari dimana tempat ternyaman. Ceruk leher adalah spot ternyaman saat ini bagi Jiya. Dia juga bingung kenapa begini padahal masih pagi buta. Rasanya rindu sekali setelah seminggu berdiaman pada sang suami.
Yoongi hanya pasrah mengikuti naluri Jiya. Biarkan saja Jiya ingin apa, asalkan tidak yang aneh-aneh. Karena sudah saling berdekatan dan kian menempel, Yoongi menyadari kalau Jiya sedang mengenakan piyama miliknya tanpa mengenakan celana untuk menutupi kaki jenjangnya. Hanya ada celana dalam yang menutupi daerah privasi.
Situasi ini sungguh berbahaya bagi Yoongi. Ia takut tidak bisa mengontrol nafsu, dan berakhir membuat Jiya merengek kesakitan seperti tadi malam.
Perlahan lengan berurat Yoongi mengusap paha Jiya dari samping tubuhnya. "Pakai celana dulu sayang, nanti masuk angin."
"Kakak juga hanya pakai celana dalam."
Iya, memang benar Yoongi hanya memakai celana dalam. Tapi.. Ah, sudahlah. Jiya tak akan pernah mengerti hormon lelaki itu tingginya seperti apa. Awas saja, jangan menangis kalau nanti Yoongi gagahi.
"Bajumu juga harus diganti Ji, lihat dadamu itu keluar-keluar. Aduh, berpakaian yang bagus sana, sekaligus mandi."
"Tidak mau. Aku mau seperti ini dulu denganmu Yoon."
Tidak banyak protes lagi, Yoongi memilih diam selama tiga menit lamanya. Namun, semakin lama tangan Jiya malah semakin menjalar kemana-mana. Area tersensitif disentuhnya, membuat jari-jari kaki Yoongi menegang karena menahan sensasi geli bersamaan dengan rasa ingin.
Jiya gemas sendiri melihat pucuk dada Yoongi. Mungkin karena kulit sang suami terlalu putih, ada beberapa bagian area kulit yang terlihat kemerahan, termasuk pucuk dadanya. Dia belum pernah menyentuh Yoongi dibagian ini sebelumnya. Tak perlu menunggu waktu lama lagi Jiya pun menyentuh puting lembut nan kenyal tersebut menggunakan telunjuk, menggerakkan ke atas, ke bawah, lalu bergerak memutar.
Lalu kalau dipikir-pikir lagi, ukuran dada bidang Yoongi juga lumayan. Kalau dibandingkan dengan dada miliknya, lebih besar punya siapa?
Aduh, Jiya.. Sejak kapan otaknya menjadi lebih liar dari pada suaminya sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry You, Marry Me
FanfictionSELESAI 20 AGUSTUS 2023 Bagi Yoongi sekeluarga, Shin Jiya itu adalah investasi masa depan. Biar tidak susah-susah memikirkan masa depan Yoongi akan bersama siapa.