24. Extra part IV

427 32 79
                                    

"Ayah, saat ini aku sedang menyukai seorang gadis."

"Oh ya? Siapa gadis itu kalau ayah boleh tahu?"

"Dia memiliki nama yang sama seperti Mama, hanya saja marganya berbeda. Jiya, namanya Han Jiya. Aku menyukainya, ayah. Sayangnya dia masih terlalu kecil untuk dijadikan kekasih. Aku harus apa?"

Yoongi terdiam sejenak. Cerita sang putra membuatnya teringat akan cerita dia dan Jiya di masa lampau. Bagaikan melihat dirinya dan Jiya di versi terbaru, seluruh tubuhnya merinding setelah mendengar cerita singkat dari Chin, anak semata wayangnya. Dunia memang banyak deja vu-nya. Apakah cerita Yoongi dan Jiya akan terulang kembali? Ataukah hanya kebetulan semata?

"Kalau kau memang benar menyukainya, tunggu saja dia sampai besar. Ayah juga begitu dulu ketika menunggu Mama." Saran Yoongi pada anaknya. Tangannya mulai mengusap rambut Chin, ia sadar kini Chin sudah mulai tumbuh dewasa.

"Tidak bisa, yah. Kadang aku suka tidak tahan sendiri. Jiya terlalu lucu. Kalau digigit apa dia akan menangis? Apakah ibunya akan memarahiku?"

Waduh, lagi-lagi Yoongi seperti melihat diri sendiri. Rasa takut mulai menggerayangi, ia takut suatu saat Chin berbuat hal yang tidak senonoh pada anak gadis orang. Sama seperti yang dia lakukan dulu terhadap Jiya, suka hilang kendali. Mungkin ini lah yang dirasakan orangtua Yoongi masa itu, makanya lebih memilih memisahkan mereka berdua untuk sementara waktu.

"Ayah ingin bertanya sesuatu padamu, Chin. Apa yang ada dalam pikiranmu kalau sudah berdekatan dengan gadis Han?"

"Menciumnya Ayah."

"HAH!?" Sungguh, Yoongi benar terkejut kali ini.

Memang ya, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Kali ini dia tak bisa membiarkan, Chin harus cepat-cepat ia disiplinkan dan diberi edukasi yang baik agar tak sama persis seperti dirinya dahulu. Ia harus bertindak cepat mengurus apa-apa saja yang diperlukan Chin untuk belajar bekerja di Seoul, tempat kakek dan neneknya berada.

Mengingat nama gadis itu adalah Han Jiya, berarti gadis yang disukai Chin adalah keturunan orang korea. Akan mudah bagi Yoongi untuk membujuk dan memberikan pengertian pada anaknya agar mau terbang ke negara asal. Yang terlintas dalam benak Yoongi saat ini adalah alasan klise, yaitu agar suatu saat nanti Chin dan Han Jiya bisa hidup berkecukupan setelah menikah. Maka Chin perlu belajar bekerja dimulai dari sekarang.

Yang terpenting sekarang Chin berjauhan dulu dengan Han Jiya.

Selesai berbincang panjang lebar dengan Min junior, Yoongi mendatangi sang istri yang tengah sibuk mengurus kamar. Sempat ia terdiam sebentar memandangi Jiya yang semakin lama semakin mengeluarkan aura cantik khas wanita matang. Semakin bertambah usia, Jiya semakin terlihat dewasa. Meskipun begitu, sama sekali tidak memudarkan kecantikan alami yang terpancar dari dalam diri Jiya. Yoongi suka dan akan selalu suka bagaimanapun bentuk tubuh Jiya.

Tersadar akan lamunannya, ia kembali melangkahkan kaki mendekati si pujaan hati. Ingin berbicara serius tentang masa depan anaknya.

"Jiya sayang, masih sibuk sekali ya?" Tanyanya lembut pada Jiya yang tengah menyusun buku-buku mereka di rak kecil.

"Sudah selesai. Ada apa kak?"

Mengetahui bahwa Jiya sudah selesai, lengan Jiya ia tarik pelan. Mengajak Jiya untuk duduk di sofa balkon. Dan Yoongi mulai berbicara, mengeluarkan apa yang baru saja ia bicarakan pada anak semata wayang mereka. Pendapat Jiya sangat Yoongi butuhkan kali ini. Karena mereka berperan sebagai orangtua disini.

Sudah pasti Jiya mendengarkan curahan hati suami dari awal hingga akhir. Ia akan terus menjadi pendengar yang baik. Mengangguk mengerti setiap mendengar kalimat demi kalimat yang dilontarkan sang suami. Setelah ia rasa paham dan Yoongi juga sudah menyelesaikan ceritanya, baru lah Jiya akan memberi pendapat.

Marry You, Marry MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang