4. dunia_remember him

14.7K 790 86
                                    

Jika senja perlahan menghilang, coba ingat kembali bagaimana saat hangatnya sapaan mentari pagi untuk memulai hari...
Jika rasa perlahan menghilang, coba ingat kembali bagaimana saat kalian memulai menarik satu kata untuk memulai cerita kita ini..

"Dunia....." panggil ila kepada ku.

"Apalagi sih..." sungut ku kesal. Rasanya aku begitu emosi jika berjaga satu shift dengan sahabat ku ini. Aku berdua dengan ila pergi merantau ke negeri orang. Jika kalian tanya aku dan ila berasal dari mana, aku dengan bangga akan menjawab indonesia. Negara yang begitu ku cintai, walau banyak korupsi, kejahatan dan semacamnya percayalah indonesia jauh lebih baik dari negara adi kuasa ini.

Disini semua serba mahal, aku dan sahabat ku harus jungkir balik dulu agar kami bisa makan 3 kali sehari. Belum sewa tempat tinggal yang sangat mahal tapi fasilitasnya nol besar. Jika uang sewa tempat tinggal ku dipakai di indonesia, kalian pasti bisa beli sebuah motor. Kebayang tidak seberapa mahalnya. Itu hanya untuk satu bulan. TOLONG INGAT, SATU BULAN..

Gimana tidak keki kalau ingat itu semua. Tetapi aku masih mensyukuri semua ini. Sudah hampir 3 tahun aku bertahan di negara ini. Walau ibu ku sudah ketar ketir di indonesia meminta ku pulang kampung. Namun diriku masih berusaha, karena aku yakin aku mampu disini.

Hanya berbekal pendidikan tamat SMA, pekerjaan yang ku dapat hanya pekerja paruh waktu. Menurut ku ini setimpal dengan pendidikan ku.

Pertama kali aku bergabung bekerja disini, semua orang pada heran dengan nama ku. 'Dunia' ...
Banyak yang bertanya arti dari nama itu. Yang bisa aku lakukan hanya cengar cengir. Selain bahasa inggris ku pas-pas an, bisa apalagi aku.

Sebenarnya kalau kalian tahu nama keluarga ku, kalian tidak akan heran mengapa nama ku dunia. Nama ayah ku tatasurya biasa dipanggil di indonesia pak surya sedangkan ibu ku mentari. Dan adik ku yang pertama diberi nama bumi, lalu adik ku yang kecil jupiter.

Sudah jelas kan mengapa nama ku dunia. Ini semua tidak kebetulan, karena ayah ku sudah merencanakan semua ini.

"Eh. Nyai..." panggil ila sambil menepuk bahu ku. "Elah ngelamun mulu"

"Apaan dah. Ganggu orang aja"

Aku dan ila selalu menggunakan komunikasi bahasa indonesia. Karena lebih enak dan orang lain tidak akan paham jika kami berbicara tentang mereka. Tak jarang teman-teman ku disini minta diajarkan bahasa indonesia. Karena mereka bilang, cara bicara ku dan ila begitu seru untuk diikuti. Padahal aku dan ila tidak bicara apa-apa. Ya paling sekali-kali ngomongin mereka semua.

"Yang udah pergi mah biarin aja kali. Jangan diinget-inget. Udah lama juga, masih belum bisa move on"

"Apaan dah move on.. move on.. kayak orang bule aja" sungut ku kesal.

"Loh, kita kan emang bule. Bulepotan maksud princes ini" ila langsung ngacir entah kemana. Dasar sahabat tidak tahu diri. Memangnya dia tahu aku ngelamunin siapa. Masalahnya aku tidak mikir siapapun saat ini.

"Ilaaa..." teriak ku.

"Apaan nyai.." giliran dipanggil dia pasti sok sibuk. Padahal tadi aku lihat dia santai-santai saja.

"Sore ini kita cuci mata yuk" ajak ku.

"Ogah princes mah kalo cuci matanya di wc. Emang princes apaan aku"

Bibir ku naik sebelah denger semua perkataan dia. Macam mana pula punya sahabat begini. Diajakin mau nya yang mewah terus.

"Nyai... makanya sama yang kemarin jangan disia-siain. Sekarang beginikan nasib kita enggak jelas.."

"Ish, siapa yang sia-siain dia. Dia aja yang pergi entah kemana" jawab ku sekena nya.

"Jadi engga rela nih nyai ditinggal pergi" selalu saja begini, kalau pembicaraan kita berdua sudah menyangkut ke pria itu bisa habis aku seharian di ledekin dia. Tapi aku memang kangen sama dia. Dua tahun itu orang ngilang gitu aja.

separate to reuniteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang