بسم الله الرحمن الرحيم
AssalamualaikumYuhuuuuuuu
Aim cambekkYuk yuk, jan lupa vote comment-nyaaaa
Happy reading 🌼
—🍃—
Al dan Poni sepertinya memang ditakdirkan untuk senasib seperjuangan. Baru beberapa hari lalu Al memasuki ruangan itu, sekarang gantian Poni.
Tapi, Poni kenapa? Apa yang dilakukannya?
"Kenapa lo Pon?" Tanya Al sekeluarnya Poni dari kantor keamanan.
Poni nampak pasrah dengan keadaannya. Ia menggigit bibir dalamnya dan tak kunjung menjawab pertanyaan dari Al.
"Pon, lo?" Tanya Al sekali lagi.
Poni tampak mencoba menetralkan emosinya sebelum menjawab pertanyaan dari Al.
"Gue—Radif"
Sebuah jawaban singkat dari Poni yang tidak memahamkan menurut Al. Membuatnya mengernyit heran.
Perasaan Al mulai tidak enak.
"Maksud lo? Please yang jelas dong Pon!" Kini pertanyaan Al lebih terdengar seperti paksaan.
"Gue ketahuan pernah pelukan sama Radif." Jawab Poni membuat Al terkejut setengah mati. Apa katanya barusan? Pelukan?.
"Kok bisa? Emang kapan lo pelukan sama Radif?" Tanya Al dengan hebohnya.
Jujur, Al sangat khawatir. Apalagi jika berurusan dengan sebuah 'hubungan'.
"Udah lama sih pelukannya, dan itu benar-benar nggak sengaja. Dan nggak tau darimana, mbak Dinda punya fotonya." Jelas Poni dengan tatapan sendu.
"Terus, terus, lo nggak dikeluarin kan?" Tanya Al lagi, dan dijawab dengan gelengan kecil oleh Poni. Hal itu membuat Al mengucapkan kalimat hamdalah dengan lega.
"Gue cuma di ta'zir, tapi Al, gue khawatir sama Radif." Ungkap Poni.
Al mengangguk paham. Al mengerti. Meskipun Radif adalah wakil ketua Osean, dia tetaplah cowok bandel. Radif banyak melakukan pelanggaran, walaupun hanya pelanggaran-pelanggaran kecil. Tapi mestinya hal itu meningkatkan kemungkinan Radif untuk dikeluarkan.
"Posthink aja, gue yakin Radif nggak dikeluarin" ucap Al sembari menepuk-nepuk punggung Poni, mencoba menguatkan sahabat cantiknya itu.
Atensi keduanya teralihkan kala melihat santri putri berbondong-bondong keluar asrama menuju lapangan pondok. Ah, sial. Poni semakin tak bisa berpikir positif.
"Ada apa ya?" Tanya Poni pada salah satu adik kelasnya yang mengikuti kehebohan itu.
"Nggak tau mbak, katanya ada santri putra dikeluarin" jawabnya.
Sontak, Al dan Poni membelalakkan matanya, lalu saling bertukar pandang.
"Al"
"Pon"
Keduanya segera bergegas mengikuti rombongan santriwati itu. Memang beginilah adat Al-Ulumiyyah. Setiap ada santri yang dikeluarkan, maka para santri dipersilahkan untuk menyaksikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Al & El : Gus, atau Pengurus? | Lanjut After Married
RomanceMenjadi istri dari seorang gus sholeh dari pondok besar, bukankah itu impian kebanyakan santri?. Tapi tidak dengan Najma Alshafa. Seorang pengagum rahasia yang berhasil mengungkapkan kekagumannya pada sang idola. Ia berharap, dengan kedekatannya pa...