Othello Pranaja Zayan, atau yang lebih akrab dipanggil Ello, adalah seorang pemuda berwajah tegas dengan sifat dingin, minim ekspresi, dan benci terhadap pengkhianatan. Meskipun tumbuh di tengah keluarga yang harmonis, sifat dingin Ello tak pernah b...
Langit senja menyelimuti perjalanan pulangku menuju rumah. Tadi aku baru saja mengajak Arya berkeliling mall, seperti yang disarankan oleh Rasen. Sebenarnya, Arya tidak sepenuhnya disayangi oleh keluarga Pratama. Mereka memperhatikannya, namun menurut Arya, perhatian itu terasa hanya senyum palsu saja.
"Arya umur berapa?" tanya Rasen.
Rasen memang selalu ikut kemanapun aku pergi, bahkan saat aku pacaran dengan kekasihku. Rasen memang anak yang mudah beradaptasi, seperti ayahku, Oliver. Berbeda denganku, yang lebih mirip ibuku. Banyak orang yang bilang bahwa Rasen adalah versi muda dari Oliver. Aku memang mirip secara fisik, tapi sifat kami berbeda.
"Hm, 12 tahun," jawab Arya.
"Yeah, punya dede!" pekik Rasen kegirangan.
Rasen langsung memeluk tubuh Arya sangat erat. Aku hanya tersenyum tipis melihat itu. Rasen memang sejak dulu ingin sekali punya adik. Karena di antara keturunan Zayan, hanya dia yang termuda. Rahim ibuku, Rianti, terpaksa diangkat setelah keguguran waktu itu.
"Panggil aku kakak, ya," ujar Rasen dengan ceria.
"Ok, kakak," jawab Arya.
"Bang, bawa pulang yuk!" ajak Rasen, memeluk tubuh Arya.
"Memang tidak masalah kalau kamu tergantikan jadi anak tengah?" tanyaku sambil tersenyum.
"Hehehe, tidak masalah!" jawab Rasen sambil tertawa.
"Selesai urusan kita, baru bawa Arya pulang," ujarku.
"Siap!" pekik Rasen dengan semangat.
"Kakak laki-laki?" tanya Arya polos, melihat kami.
Aku menahan tawa. "Pf," aku tertawa tertahan, berusaha menjaga image cowok dingin di depan Arya. Nanti, saat dia benar-benar menjadi bagian dari keluargaku, aku baru bisa tertawa lepas.
"Heh, aku cewek!" protes Rasen, kesal.
"Kamu kan tepos, wajar dikira cowok," jawabku sambil tersenyum jahil.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(ootd Rasen)
"ABANG!" Rasen kesal, suaranya sedikit meninggi.
"Hahaha, peace dek," jawabku sambil tertawa.
"Kukira wajah Kak El datar mulu seperti dinding, ternyata bisa tertawa juga ya," ujar Arya polos, masih sedikit bingung.
"Rasakan!" pekik Rasen, menggoda Arya.
Aku hanya berdehem saja sebagai jawaban, tidak ingin terlalu ikut campur dalam percakapan mereka. Rasen mendengus, lalu melanjutkan pembicaraan dengan Arya tentang banyak hal yang tak kutangkap. Aku lebih memilih diam, menunggu sampai mereka selesai. Arya sudah keluar dari keluarga Pratama setelah kecewa pada Satria. Biaya hidupnya sepenuhnya ditanggung oleh Catra—yah, Catra tidak sejahat itu untuk membiarkan anak yang tidak bersalah menderita. Catra selalu berkata bahwa yang salah adalah Satria, bukan anak-anaknya. Mengenai Adrian, dia sudah mulai menjauh dari keluarganya. Rencanaku perlahan-lahan berhasil, meskipun progress-nya memang lambat. Itu sengaja kutunda, sebab aku tak ingin terburu-buru. Kedua om kembarku yang muda juga ikut membantuku.