Prolog

8.1K 99 5
                                    

Happy reading.
Cekidot!

Becca Anederea tentu pernah mengalami beberapa hal yang mendebarkan dalam hidupnya. Namun gadis itu tidak pernah tau jika bertemu dengan calon mertuanya sendiri akan semendebarkan ini.

Banyak hal negatif yang bersarang di kepalanya.

Bagaimana jika nanti orang tua pacarnya tidak menyukainya?
Apa yang harus dia lakukan saat bertemu nanti?
Obrolan apa yang harus dia mulai?
Apa yang harus dia banggakan nanti, hingga membuat calon mertuanya nanti mempunyai pemikiran bahwa dia layak bersanding dengan putranya?

Namun, Becca tidak memiliki apa apa untuk di banggakan nantinya.

Tidak ada yang special dari seorang Becca Anederea. Dia hanya seorang gadis biasa, dengan tinggi yang normal seperti gadis 22 tahun lainnya, baru menginjak semester 4, memilih kerja paruh waktu untuk membantu finansialnya, juga tinggal sendiri di kost dengan biaya sewa murah.

Hidupnya terlampau tertinggal jika di sandingnya dengan seorang Julian Ajjasir Abivandya. Salah satu mahasiswa jenius di kampusnya, namanya cukup di kenal dan di segani. Bukan hanya karena parasnya saja namun juga dia menjabat sebagai presma.

Dan apakah ini bentuk kesialan menjadikan gadis terlampau biasa seperti Becca bisa berpacaran dengan si pangeran kampus?

Lamunanya buyar saat mendapati sesosok lelaki yang baru saja masuk ke dalam mobil yang tengah di tumpanginya.

Lelaki itu tersenyum hingga menciptakan dimple di kedua pipinya. Manis. "Maaf lama, Bi. Tadi antrianya lumayan. Nih, minum dulu" Memberi botol minuman yang sudah di buka lebih dulu.

"Makasih, J" Becca meneguknya sedikit. Hanya sekedar menghilangkan gugup. Sementara Julian kembali menyalakan mesin mobil meninggalkan kawasan mini market yang tadi dia singgahi.

"Kamu mau minum?" Tawar Becca.

"Kamu aja"

Barulah Becca menyimpan botol tersebut pada tempatnya. "Restoran masih jauh?"

"Hn, dikit lagi sampe. Tenang, ya. Papah aku gak gigit"

Becca mengigit bibir bawahnya. Jika boleh jujur Becca masih jauh dari kata siap untuk bertemu orang tua Julian. Karena Becca pikir dirinya harus membuatnya pantas dulu, setidaknya bisa mengimbangi Julian barulah dia siap.

Namun ini semua keinganan Julian. Tepat di hari jadi yang ke 6 bulan Julian berkata bahwa dia ingin mengajak Becca bertemu orang tuanya.

Maka yang bisa Becca lakukan adalah menyiapkan mentalnya. Dari mulai memilih dress terbaik yang dia punya, make up yang sekiranya cocok, semprot farfum sedikit berlebihan dan memilih heelsnya lebih tinggi dari biasanya. Dan semua itu membuatnya kurang nyaman.

Berlebihan memang. Namun begitulah Becca dan ke insecureannya.

"Tangan kamu dikit banget. Tenang, hn.. ada aku" Julian yang mencoba menenangkan lewat usapan ibu jarinya. Telapak tangannya yang besar membungkus telapak tangan yang jauh lebih kecil darinya.

Namun Becca masih risau. "Tapi, J ini pertama kalinya buat aku. Gimana kalau orang tua kamu gak suka sama aku?"

"Gapapa orang tua aku gak suka sama kamu, yang penting anaknya suka"

"J"

"Becanda sayang. Orang tua aku pasti bakalan suka sama kamu. Gak ada alesannya buat gak suka sama perempuan kaya kamu"

Barulah Becca bisa menghela nafas. Hingga tiba pada meja yang telah di reservasi. Di sana sudah ada seorang pria dewasa dengan stelan jas rapi, rambut terangkat, dan kaca mata yang bertengger di hidungnya. Dari jauh saja Becca sudah merasa terintimidasi melihatnya.

Tè Dètruire [Chanbaek GS] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang