Cekidot!
Hihihihihihihi 🙈Rematan pada seprai itu mengerat, peluh membanjiri dahi serta bibir yang tidak henti-hentinya bergumam acak.
"Mama... Jangan"
Ingatan itu, kejadian menyesakan itu tidak henti berputar seperti sebuah kaset rusak di dalam pikirannya, di dalam ingatannya dan di dalam mimpinya.
Kejadian yang tidak seharusnya anak berusia 6 tahun itu saksikan, namun malah terjadi dengan jelas di depan mata kepalanya sendiri. Berputar seperti sebuah film thriller yang menakutkan.
Becca di sana, mematung melihat lelaki dewasa yang selama ini dia sebut dengan sebutan "Ayah" dengan bengisnya menancapkan benda tajam itu berkali-kali pada tubuh Ibunya yang tergeletak lemah. Tampa perhitungan, Tampa penyesalan dan Tampa adab. Berbekal pisau dapur peristiwa mengerikan itu terjadi. Hingga ibunya kehilangan banyak darah dan meregang nyawa di tempat.
Tubuh kecilnya bergetar hebat, matanya terpaku dengan air mata yang mengalir deras tampa isakan.
Sampai dimana kehadirannya di ketahui oleh sosok Ayahnya di sana. Pria itu menyeringai puas kearahnya dengan jari telunjuk di bibirnya yang sudah terbalut cairan merah.
Becca terbangun dengan nafas tersendat hebat, keringat yang membanjiri kaos dan tubuhnya yang. ketakutan.
Bahunya mulai bergetar dan isakan terdengar di setiap penjuru kamar kostnya. Mimpi itu selalu datang dari 16 tahun yang lalu, tidurnya tidak pernah nyenyak seperti orang kebanyakan sejak kejadian mengerikan itu. Becca selalu terbayang wajah kesakitan Ibunya, bagaimana ujung pisau mengkilat itu menyakiti Ibunya, darah dimana-mana juga seringai Ayahnya. Sementara Becca tidak bisa melakukan apa-apa.
Di gelapnya kamar kostnya Becca terisak. Tubuhnya yang mendingin dia peluki. Beringsut ke kepala ranjang dan menikmati sepertiga malamnya seorang diri.
Selalu seperti itu.
🍁~~🍁
Sekarang Becca telah memakai atasan kameja biru langit yang di padukan jeans yang senada. Rambutnya di ikat kuda dengan make up tipis khasnya. Setelah dirasa puas Becca termenung di kursi rias, mengingat perkataan calon papa mertuanya kemarin.
"Kalau begitu saya gak ijinin kamu kerja di sini lagi"
"Y-ya?"
Pria itu menghela. Tampa menjawab mengeluarkan benda persegi miliknya di balik saku. Sedang melakukan panggilan.
"Ini gue Pandu"
"..."
"Gue denger Lo lagi buka lowongan di restoran Lo?" Sembari menatap Becca yang masih kebingungan.
"..."
"Gue punya calonnya satu. Besok gue bawa dia ke restoran Lo"
"..."
__pip
"Sudah jelas atau mau saya jelasin lagi?"
Tentu saja Becca mengerti. "Om mau aku kerja di restorannya kenalan om?"
"Pinter. Besok saya jemput kamu dan saya yang bakalan antar kamu kesana nantinya. Kamu setuju, Bi?"
Dan berakhir dengan pandu yang meminta nomor gadis itu, untuk dia hubungi esok hari perihal pekerjaanya.
Sampailah Becca di sebuah restoran yang bisa di kataka cukup mewah-- Bianca tentu tidak asing dengan Ratatouille's restaurant. Restaurant yang tengah digandrungi banyak anak muda ini. Becca sering melihat teman-temannya membagikan foto jika sedang mampir di Ratatouille's.
Ratatouille's sendiri bertempat di tempat yang strategis, meskipun mewah tempatnya namun bukan tipe restoran yang privasi, malah justru sebaliknya. Makanya pun terlihat mewah namun dengan harga yang terjangkau.
Sekarang di depannya ada Pandu yang memimpin jalan di mana ruangan si atasan berada, dan Becca hanya mampu mengekor. Belum Pandu membuka pintu si atasannya nanti, Becca sudah menahannya.
"Aku bisa sendiri, om" Becca semakin tidak mau merepotkan pria itu.
"Kamu yakin?"
"Aku bukan anak kecil lagi, om"
"Oke. Kalau dia macam-macam teriak aja saya ada di bawah"
Becca mengangguk mengerti.
Setelah sesi interview Becca di ACC dan bisa mulai bekerja besok. Perasaan Becca tentu saja lega, dengan ini dia tidak akan bekerja lagi di club dan tidak akan mendapat gangguan lagi dari lelaki hidung belang di sana.
Becca di ajak makan lebih dulu di restoran tersebut dan lelaki itu-- Pandu alis calon papa mertuanya kembali mengantarkannya pulang.
"Om gak kerja?"
"Saya?"
Pandu menoleh sekilas. "Saya bossnya. Siapa yang berani marahin boss walaupun telat"
Bianca meringis. "Maaf, om aku banyak ngerepotin"
"Tenang aja, Bi. Lagian juga saya udah anggap kamu seperti menantu saya sendiri. Saya senang karena Julian senang karena kamu"
"Anak itu.. tidak pernah sekalipun mengenalkan perempuan pada saya. Dan saya pikir itu akan sulit, namun persepsi saya salah. Dia mengajak saya ngopi waktu itu, dan tampa basa basi dia berkata bahwa dia sudah memiliki pacar. Pacarnya cantik, baik dan sangat mengerti dirinya.
Dan lusanya dia menyuruh saya untuk mengosongkan jadwal, untuk acara makan malam, sekaligus memperkenalkan kamu pada saya. Saya senang jika yang akan mendampingi Julian perempuan sebaik dan sedewasa kamu"
Becca mengangguk yang sejatinya dia juga baru tahu. "J pun gak jarang sering ceritain om sama saya. Katanya meski om sering kali sibuk, dan jarang ada waktu di rumah tapi om gak pernah sekalipun nolak keinginnya J. Dan dia bangga punya Papah kaya om"
Pandu tersenyum tipis. "Anak itu memang.."
"Aku turun di sana aja, om" Bianca menunjuk jalan di depannya.
"Lho? Kenapa?"
"Aku mau mampir kerumah temen dulu"
Pandu mengangguk saja. "Oke"
Pandu memberhentikan mobilnya di sisi jalan.
"Makasih Sekali lagi om udah cariin kerjaan baru buat aku. Sampe repot-repot nganterin" Becca sebenarnya merasa tidak enak, karena secara langsung dia mendapat privilege karena calon mertuanya itu.
"Saya cuman bantu sebisa saya, selebihnya usaha kamu sendiri"
"Aku pergi dulu, om"
"Kalau ada apa-apa hubungi saya. Jangan sungkan, anggap saya mertua kamu sendiri"
"Pasti. Om hati-hati"
Setelah mendapat anggukan barulah Becca keluar dari mobil tersebut. Meninggalkan pandu sendiri yang mengusap wajahnya kalut.
Tidak susah untuk bersikap baik-baik saja di depan Becca. Namun jauh dari Lubuk hati Pandu ada sebuah perasaan yang tidak seharusnya hadir untuk pacar anaknya tersebut.
Ya gitulah ... Vote komennya gratis lohh 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Tè Dètruire [Chanbaek GS] (END)
Teen Fiction[21++] Yang awalnya pelukan itu hanya bentuk dari sebuah perlindungan semata, namun kemudian merangkap menjadi sebuah perasaan yang tidak seharusnya di rasakan. Sebuah perasaan yang akan menghancurkannya, menghancurkan mereka. [Mature] [Non baku] [...