06. Perihal hujan

82 28 73
                                    

"Lho? Yo iyo lah! Gini yo Din, andai aku udah kayak mas Tara, kamu bisa aja ku pinang sekarang! Tinggal bilang aja mau pakai adat apa, Jawa? Sunda? Betawi? Melayu? atau kamu mau ala-ala Korea? Segalanya aku jabani!" Sahut Derel dengan antusias

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lho? Yo iyo lah! Gini yo Din, andai aku udah kayak mas Tara, kamu bisa aja ku pinang sekarang! Tinggal bilang aja mau pakai adat apa, Jawa? Sunda? Betawi? Melayu? atau kamu mau ala-ala Korea? Segalanya aku jabani!" Sahut Derel dengan antusias.

Berbeda dengan keadaan hatinya yang sedikit tersentak oleh reaksi Adinda. Setelah Derel mengeluarkan justu andalannya, Adinda bertanya apakah Derel benar-benar serius dengannya? Sungguh diluar nayla, gak habis fikri. Padahal biasanya, perempuan lain akan tersipu malu dan mengalihkan pembicaraan, kalau di jawab juga palingan cuma 'Bisa aja' atau semacam nya.

"Tapi Mas Tara aja belum ngelamar mbak Senja yo?"

"Nah mangkane iku Din, Aku juga heran. Padahal wis 4 tahunan karo mbak Senja." Derel terkikik. 

"Mas Tara ada benernya juga sih,  jangan asal ngelamar-lamar aja kalau belum siap mental dan fisik. Perjalanan cerita rumah tangga nya bisa-bisa koyok orang tua ku."

"Din?" Derel menoleh, terlihat Adinda yang tersenyum pahit disana. Derel sudah paham betul, segala cerita tentang Adinda dan keluarganya.

Tentang orang tua Adinda yang menikah muda dan berakhir tak mengenakkan. Memang bukan dengan perceraian, tapi karna takdir Tuhan. 6 tahun lalu, Ibu Adinda yang merupakan satu-satunya orang yang menyayanginya telah berpulang ke Sang Pencipta, 6 tahun itu juga Adinda tinggal bersama Ayah serta ibu dan kakak tirinya.

Keberadaan Adinda hampir tak terasa di rumah mewah itu. She just have house, not home. Adinda hanyalah manusia rapuh yang butuh direngkuh.

Derel mengulurkan tangannya, berniat mengelus puncak kepala wanita yang ia puja-puja dari kecil.

"Kalo kamu ngerasa ga punya rumah untuk pulang, kamu bisa dateng kerumah ku. Walaupun saudara ku mirip hewan-hewan di kebun binatang, tapi tak jamin! Mereka bakal ngasih kamu kebahagiaan seluas samudra!"

Adinda tertawa, lagi.

"Makasih mas."

***

Akhir-akhir ini waktu cepat sekali berlalu, rasanya baru beberapa menit yang lalu Yanto bersaudara berebut jas hujan, tapi nyatanya matahari sebentar lagi tenggelam di ujung barat. Vino sering berasumsi kalau ini merupakan salah satu tanda kehidupan dunia akan berakhir.

Durururu HOOI

Handphone Vino berbunyi, tanda ada telepon masuk. Suara ringtone yang cukup keras membuat beberapa siswa yang sedang berada di sekitar Vino sontak melirik kearahnya, tak semua, ada juga mengumpat.

Njing, malu.

Sore-sore begini, Vino baru pulang sekolah. Ia memang berbeda sekolah dari Trio Pentol, sebab Vino memiliki kepintaran diatas mereka, Trio pentol itu bersekolah di SMA Negeri, sedangkan Vino, ia di masukkan ke sekolah spek internasional.

Tentang | TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang