12. Dua pria yang tidak ingin aku temui

4 2 0
                                    

Mendengar suara pintu terbuka, pandanganku dan Paulina langsung menuju ke arah pintu.

Ternyata yang datang bukanlah orang yang sangat aku nantikan. Melainkan dua pria yang tidak ingin aku temui.

"Kak Andreas, Pak Jeremy," sapa adikku dengan senyum yang merekah di bibirnya, "Silahkan masuk," lanjutnya.

Dua pria yang berdiri di depan pintu itu kemudian masuk setelah mendapat izin dari adikku. Terlihat sekali dari raut wajah keduanya tampak tidak bersahabat dan ingin mendominasi untuk lebih dekat denganku, dan itu membuatku muak.

Sehingga aku memilih untuk tidak ambil pusing dengan dua pria itu dan mengabaikan mereka. Lagipula mereka berdua ada di sini pasti karena Paulina yang memberitahu, dan adikku itu harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah dia lakukan.

"Pak Jeremy, kenapa tidak memberitahu saya kalau bapak akan ke sini. Saya 'kan bisa menjemput bapak di depan rumah sakit ini," ujar Paulina memecah keheningan di antara kami semua.

"Hmmm, tadi saya kebetulan lewat rumah sakit ini. Jadi sekalian saya mampir untuk melihat kakakmu, Paulina." Jawab Jeremy.

"Dan Kak Andreas? Apa kakak juga kebetulan lewat rumah sakit ini?"

Kata-kata adikku seperti sindiran untuk Andreas, tapi bukan Andreas namanya bila dia akan sakit hati dengan perkataan adikku. Justru pria itu terlihat penuh percaya diri mengatakan bahwa dia datang kemari khusus untuk menjengukku dan menemaniku.

Mendengar apa yang Andreas katakan membuatku ingin pergi dari tempat ini dan meninggalkan mereka semua.

"Paulina, apa kamu bisa berbicara dengan mereka di luar saja? Kakak ingin beristirahat!" selaku.

Ketiga orang itu langsung menoleh begitu aku berbicara. Mereka bertiga tampak terkejut, dan adikku kemudian memasang wajah kesal.

"Apa maksud kakak? Mereka ke sini untuk menjenguk kakak, dan sekarang kakak memintaku untuk berbicara dengan mereka di luar?"

Aku yang malas menangggapi perkataan adikku memilih untuk diam. Karena bila aku menjawabnya, maka dia pasti akan memberi alasan yang lainnya agar mereka tetap berada di sini.

"Kak, kenapa diam saja?" protes adikku.

"Sudah, Paulina. Tidak apa-apa, bapak sudah melihat kakakmu baik-baik saja itu sudah cukup. Sekarang bapak pamit dulu karena masih ada urusan lain," ujar Jeremy sambil sesekali melirikku.

"Tapi, Pak. Bapak 'kan baru saja datang, masa sudah mau pergi?" cegah Paulina.

Aku yang sudah tidak ingin mendengar ocehan tiga orang itu memilih untuk memejamkan mataku. Karena adikku itu pasti tidak akan membiarkan dua pria itu pergi secepat itu.

"Kak Paula, kenapa kakak malah tidur?" terdengar protes adikku terdengar kesal.

"Sudah, Paulina. Kakakmu jangan diganggu. Dia butuh istirahat agar cepat pulih," terdengar suara Jeremy sok bijak.

"Tapi saya tidak enak dengan bapak. Sudah jauh-jauh datang kemari untuk melihat Kak Paula, tapi kakak saya itu malah mengacuhkan bapak," keluh adikku.

Aku tidak tahu mengapa Paulina bersikap seperti itu. Sikapnya itu menurutku sudah sangat berlebihan. Walaupun aku tahu Jeremy adalah dosennya. Tapi adikku itu juga tahu pria itu adalah mantan pacarku.
Jadi seharusnya dia tidak bersikap seperti itu, apalagi memberitahunya tentang keadaanku.

"Tidak apa-apa, Paulina. Bapak mengerti. Sekarang bapak pamit dulu," terdengar pria itu pamit kepada adikku.

"Begitu lebih baik. Jadi kamu tidak perlu menggangguku dan Paula," terdengar celetuk Andreas setelah lama dia tidak bersuara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

COMING OUT [ LGBT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang