SIAL. Kata pertama yang sukses mendeksripsikan pagi hari seorang Kirana Widyanata, benar katanya bahwa setelah bertengkar, kedua orang tuanya itu tidak akan berada dirumah. Seperti biasa mereka akan meninggalkan Kiya sendirian– ralat, dengan Bi Imah tentunya. Kiya menunggu mamanya semalaman karena ia pikir sang mama akan pulang ditengah malam, sayang sekali ternyata tidak. Kini Kiya berpusing ria, menyiapkan segala keperluan sekolah dengan gesit. Hampir 12 menit lagi sudah jam masuk, rumah Kia lumayan jauh, ia yakin terverifikasi 100% kalau dirinya akan telat dan mendapatkan hukuman extra dari Kak Satya, mengingat dirinya adalah OSIS Sekbid Keamanan, tapi tidak bisa mengamankan posisi dirinya sendiri.
Kiya memutuskan untuk membawa mobil saja, dengan pemikiran ia nantinya akan mempunyai alasan seperti ban kempes, macet dan lain sebagainya. Selama perjalanan ia memikirkan alasan apa yang cocok, tentunya dengan memaksimalkan kecepatan mobil, tetap di kondisi aman namun dengan kecepatan yang stabil. Sisa 3 menit lagi dan Kiya tinggal berbelok kearah kanan lalu masuk kedalam gerbang, ternyata ia cukup ahli juga jadi manusia kepepet. Segala persiapan alasannya kini tidak lagi berfungsi karena Kiya sudah memarkirkan mobilnya dan berlari masuk menuju ruang OSIS, ia harus absensi fingerprint terlebih dahulu.
"ARGHHH." Kiya menggeram marah, ia menghentak-hentakkan kaki ke lantai, menimbulkan bunyi gaduh, pasalnya absensi fingerprintnya telat satu menit. Hanya satu menit. Namun sudah pasti ia akan tetap mendapat hukuman. Tidak lagi-lagi ia bergadang, apalagi untuk menunggu hal yang tidak pasti.
Kiya marah sekali, moodnya langsung turun drastis, ia tau Satya adalah orang yang terbilang kejam. Tidak bisa membayangkan hukuman apa yang diterimanya nanti, tapi ia sudah pasti akan pulang terlambat sore ini karena rapat OSIS, dan mungkin bisa lebih lambat lagi apabila ia harus menjalani hukuman. Dengan muka kesalnya ia memasuki kelas, masih dengan langkah gontainya, ia duduk dan menyampirkan tas dengan kasar ke bangku meja.
Rai menatap Kiya bingung, sementara Ardian tengah memelototi Wildan untuk diam, ia tau Wildan berniat mengusili Kiya, bisa terjadi perang dunia ketiga antara Rai dan Wildan kalau sampai si Wildan bikin Kiya nangis. Kiya langsung menghambur ke pelukan Rai dan menangis. Tepat sasaran. Ardian sudah meramal bahwa gadis itu akan menangis.
"Gue telat absensi fingerprint OSIS. Rese banget, mana cuman telat semenit. Pasti gue kena hukum yang jahat-jahat sama Kak Satya." Tangisan Kiya makin menjadi-jadi kala Rai mengelus punggungnya.
"Udah santai aja, nanti gue bantu bilangin ke Kak Satya." Rai berusaha menenangkan Kiya.
"Lagian kalau lo dihukum kan sekalian aja, Ki. Hukuman lo sama Ardi yang kemarin bel–" Ardian langsung menutup mulut Wildan. "Dasar goblok." Batinnya.
Rai sudah melayangkan tatapan membunuh ke arah Wildan, beraninya itu anak nyinggung hukuman main UNO pas si Kiya lagi takut kena masalah gini. Kiya tau itu salah dia terlambat, tapi ketika dia udah usaha keras untuk sampai lebih cepet kenapa malah telatnya semenit doang, nyebelin banget. Bayangin!
Ponsel Kiya dan Rai berbunyi, sekilas terlihat ponsel mereka menyala dengan notifikasi pop up dari grup OSIS.
OSIS GERA (37)
Nadya.
List yang telat hari ini:
1. Kirana Widyanata (07.01)
2. Akhilendra Vanzero (07.03)
3. Daneswara Atmadeva (07.12)Satya.
Yang namanya ada dilist, setelah rapat OSIS nanti menghadap ke gue sama Nadya.Jero.
Buset, gue udah mau sertijab masih kena hukum juga?Deva.
Oke bang Sat
Adil lah bang Jer!Satya.
Maksud lo, gue bangsat?

KAMU SEDANG MEMBACA
Indomie.
Fiksi Remaja"Indomieeeee" "Seleraku!" "Loh gua pikir selera lu Kiya?" "Itu juga boleh" Namanya Angga, panjangnya Aditya Dewangga, jatuh cinta banget sama yang namanya Indomie, tapi lebih jatuh cinta lagi sama temen seangkatannya yang gemes parah, Kiya. Kirana W...