5: Chef Bintang 8.

19 11 5
                                    

Nampaknya kesialan hari ini belum juga usai. Kiya merutuki kecerobohan yang melekat pada dirinya. Pasalnya, ia lupa menaruh kunci mobil dan sudah kesekian kali ia mengeluarkan isi tasnya, tapi kunci tersebut tidak kunjung ditemukan. Ia yakin bahwa kunci itu tertinggal diloker mejanya, namun ia masih terlalu takut menerima fakta tersebut karena hari sudah mulai gelap, sekarang jam sudah menunjukkan pukul lima lebih nyaris setengah enam. Tidak, Kiya bukan takut gelap. Kiya takut setan.

Jika ia berada disituasi mati lampu dan harus menyalakan lilin atau senter untuk mendapatkan cahaya, ia lebih memilih berdiam diri didalam gelap. Karena dengan tetap berada dalam kegelapan, jika ada setan muncul, rupanya pasti tidak terlalu jelas. Namun jika ia menyalakan lilin atau senter, rupanya malah makin terlihat jelas.

Kiya tidak tau apakah ketiga orang terakhir yang dilihatnya masih berada didalam sekolah atau tidak. Kebanyakan anak laki-laki SMA Geranium memarkirkan kendaraan dibelakang sekolah, terutama anggota Sangkar. Terbukti bahwa hanya tersisa mobil Kiya dan beberapa motor yang tidak diketahui siapa pemiliknya.

Sebuah tangan kekar menepuk pundaknya, Kiya langsung memegang tangan itu dan memelintirnya, tentu dengan mata tertutup. Lidahnya terlalu kaku bahkan sekedar untuk berteriak, Kiya menyesal sering memaksakan diri menonton film horror. Takut hantu tidak membuatnya menghindari film bergenre itu, ia malah menyukai dan menghabiskan sebagian waktunya untuk menonton beberapa film yang mendapat rating bagus dan menjadi teending topic.

"Anjir, sakit bego!" Lelaki itu langsung melepaskan tangannya dari Kiya dan meringis, mengeluh kesakitan sambil menggerak-gerakkan tangannya, "Kuat juga tenaga lu." Ia mendengus kesal.

Kiya membuka mata begitu mendengar suara tersebut, ternyata sosok lelaki yang terkena genjutsunya barusan ialah Angga. "Duh, maaf ya." Kiya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Gue pikir.. penjahat." Bohong! Kiya berpikir Angga itu setan.

Angga hanya memasang muka sinisnya, "Maaf maaf aja lu, maaf itu sekarang gak ada yang gratis." Celetuknya asal, Angga tau bahwa gadis ini pasti memiliki masalah, sudah lebih dari 20 menit sejak mereka bertemu di ruang OSIS dan ia belum juga pulang. Padahal motor Satya sudah melewati markas Sangkar sedari tadi, itu artinya Satya bahkan telah pulang terlebih dahulu. Tidak mungkin lelaki itu meninggalkan gadis seorang diri, apalagi yang mirip anak kecil begini.

"Kok gitu sih. Tuhan aja Maha Pemaaf. Masa hambanya enggak?"

"Gue bukan tuhan!."

"Belajar lah dari tuhan. Nanti elu dikutuk jadi batu, tau rasa!"

"Kebanyakan nonton film lu." Angga sudah malas mendengarkan racauan tidak jelas dari gadis kecil ini, pantas saja Wildan senang berteman dengannya, mereka satu spesies.

"Kok masih disini sih, kirain udah pulang." Kiya membuka topik lain, yang ia sadari sepertinya setiap pertemuan mereka selalu dibalut dengan emosi.

"Woy, harusnya gue yang nanya gitu?" Angga tidak habis pikir. "Lo udah ada jemputan belum? Kalau belum bareng gue aja dah, sini." Angga melanjutkan ucapannya dengan penawaran.

Kiya meringis, "Gue bawa mobil. Tapi.. kuncinya lupa ditaruh mana. Jangan suruh gue nyari ditas, Gue udah nyari!" Kiya langsung memasang muka garangnya, "Jangan juga suruh gue nyari dikantong, gue udah nyari!" Sambungnya, "Intinya.. gue udah nyari disemua bagian tapi gak ada." Kiya mengakhiri ucapannya yang langsung dibalas tawa oleh Angga.

"Lucu banget sampe klarifikasi, kayak lagi kena skandal aja lu." Angga mengambil kunci, kemudian membebaskan motornya dari tempat parkir semula. Melihat motornya sudah bebas dari ketiga motor lainnya, ia menoleh ke arah Kiya, "Naik." Serunya.

Kiya sempat ragu, apa tidak masalah ia meninggalkan mobilnya disini? Bagaimana jika ada yang menemukan kunci mobilnya dikelas kemudian membawa kabur bahkan menjual mobil ini. Sebenarnya bukan masalah besar, ia tidak akan mendapat omelan dari kedua orang tuanya, tapi ini masalah tanggung jawab.

Indomie.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang