Sebersit cahaya pagi masuk dengan seenaknya lewat celah-celah yang tercipta dari dedaunan pohon disamping jendela kelasnya, mau tak mau Kiya mengurungkan niatnya untuk melanjutkan aktivitas tidur sebentar yang sudah ia rencanakan. "Nyesel deh gue, kenapa sih udah bagus dateng pagian malah milih tempat yang kena cahaya gini." Ia menghela napas sembari menggembungkan pipinya "Ya gimana ya, kalau gue pindah kesitu juga, yang ada sakit perut kena hempasan dingin AC pagi-pagi. Udahlah nyerah aja gue!" Gerutu Kiya kedua kalinya yang tanpa ia sadari menarik perhatian Kak Satya yang kebetulan melewati kelasnya.
Kak Satya, siapa yang tidak mengenalnya? Ketua OSIS SMA Geranium yang terkenal kharismatik, namanya sudah tersebar bahkan ke seantero kota sebagai Ketua OSIS idaman, tidak jarang namanya dibawa ke sekolah lain untuk dijadikan contoh Ketua OSIS idaman. Kak Satya kini terkekeh dibalik pintu kelas, tidak terbesit dipikirannya untuk hanya memperhatikan Kiya saja dari jauh, maka ia masuk ke kelas bawahannya ini, X IPS 2, untuk menyapa juniornya yang telah resmi menjadi OSIS Sekbid Keamanan terhitung dua bulan lalu.
"Pagi, Kiya."
Yang disapa hanya melongo sembari menutup mulutnya, ekspresi kaget yang terlihat menggemaskan dimata Satya.
"Eh, pagi kak. Kak Satya pagi banget ya dateng ke sekolahnya, masih sepi banget lho ini? Terus juga kok bisa kakak ada disini, ini kelas sepuluh IPS kak, kakak nggak salah masuk ruangan kan? Apa lagi nunggu temen? Kalo iy-"
Satya lagi-lagi dibuat terkekeh oleh tingkah laku adik kelasnya ini, tidak menyesal ia mengiyakan permintaan Nadya untuk menyetujui formulir yang katanya 'degem' ini, emang beneran gemes kok. Lumayan lah buat hiburan sehari-hari kalau lagi stress di OSIS.
"Justru gue yang harusnya nanya. Lo ngapain di kelas XI IPA 3?"
Kiya membulatkan matanya, sontak menepuk jidatnya. Tidak berniat memastikan perkataan Satya, ia langsung bergegas membereskan tasnya dan pergi keluar kelas.
"Maaf banget kak, tadi pagi aku masih dilanda ngantuk parah, makanya aku gak sadar. Tolong jangan ceritain kejadian ini ke siapa-siapa ya kak? Aku percaya sama Kak Satya!"
"Hm, tenang aja. Gue gak akan bilang siapa-siapa kok, kalau Kirana Widyanata dikasih permen sama orang nggak dikenal pasti langsung diterima."
Satya memasukkan sebelah tangannya kedalam saku celana, sambil berusaha meredakan tawanya.
"Lanjutin aja tidurnya."
Satya menyempatkan diri untuk menarik tangan Kiya dan membawanya ke tempat duduk awal gadis itu dilihatnya, Kiya yang masih membeku hanya diam dan menuruti apa yang dilakukan oleh Ketua OSIS itu. Sebelum pergi, Satya juga menepuk kepala Kiya pelan dan mengelusnya, kemudian ia bergegas keluar dari ruangan Kiya, karena hari juga semakin siang dan sudah ada beberapa murid yang melewati kelas Kiya walau di kelas gadis itu belum ada yang datang, selain Kiya tentunya.
"Buset Kak Satya, ada bibit fakboynya juga ya tu orang?" Kiya menggumam tidak jelas sendiri, dan kembali menekuk kepalanya dengan tangan sebagai titik tumpu pertahanan.
✿✿✿
Belum sampai 10 menit memejamkan mata, Kiya merasakan kepalanya terkena hantaman benda tumpul yang jelas saja pelakunya adalah Wildan, tidak mungkin Rai tega memberikan kekerasan pada anak dibawah umut seperti Kiya.
"Woy bangun bocil! Niat sekolah kaga lu? gue viralin nih di akun Lambe Gera."
Melihat sang target tidak juga meresponnya, Wildan sontak menoel-noel pipi Kiya, Rai yang baru datang pun tentu saja menjadi penyelamat. Ia melayangkan tatapan tajamnya kearah Wildan.
"Bocal bocil bocal bocil, udah jangan gangguin Kiya. Itu anak semalem tidurnya cuman 10 menit." Celetuk Rai asal sembari melebas tas dan meletakkannya disebelah tempat duduk Kiya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indomie.
Roman pour Adolescents"Indomieeeee" "Seleraku!" "Loh gua pikir selera lu Kiya?" "Itu juga boleh" Namanya Angga, panjangnya Aditya Dewangga, jatuh cinta banget sama yang namanya Indomie, tapi lebih jatuh cinta lagi sama temen seangkatannya yang gemes parah, Kiya. Kirana W...