18

156 25 3
                                    

Sejak dua Minggu sebelum hari-H, Dita disibukkan dengan kegiatan hingga lupa kalau tanaman bunganya mulai layu tak terurus.

Sambil mengenakan sepatu, bibirnya berdecak kesal pada bunga-bunga di pot yang mulai ditumbuhi rumput liar.

"Astaga maafin aku ya kalian sampe lupa diurusin." lalu menyiramkan air pada tanaman bunga mataharinya dengan telaten padahal beberapa menit lagi bel masuk sekolah.

Tin

Mobil sedan berwarna putih yang hampir setiap hari mampir ke rumahnya itu berhenti, sang empu dengan seragam SMA di balut dengan jaket rider hitam membuat Juan tampak semakin ganteng pagi ini.

Dita tersenyum kecil, kehadiran Juan sudah menjadi hal biasa untuknya apalagi selama dua Minggu belakangan mereka selalu berangkat bersama.

"Selamat pagi.."

"Pagi,"

"Kenapa bunganya?"

"Layu terus banyak rumput, aku lupa ngurusin selama dua Minggu ini."

"Maaf ya, gara-gara aku masukin kamu jadi panitia, kamu jadi gaada waktu buat ngurusin tanaman."

"Gapapa kok, yaudah ayo berangkat."

"Kamera jangan lupa,"

"Iya udah aku tarok dalem tas, ga bakal lupa lagi kaya kemarin. Bisa-bisa kak Digta semprot aku lagi pake baygon."

Juan tertawa kecil sambil mengusap rambut Dita dengan gemas, "Lucu banget si kamu, yaudah ayo berangkat udah siang."

Juan berjalan lebih dulu meninggalkan Dita di depan pintu dengan wajah memerah menahan sengatan panas yang baru saja ia rasakan. Juan memang berbahaya, bahkan dua Minggu ini cowok itu selalu menempel, membuat Dita tidak bisa berfikir jernih.

Sampai detik ini pun hubungan mereka hanya sebatas teman, sejak terakhir kali Juan menyatakan perasaannya pada Dita, dan dia belum menyatakannya lagi. Kalaupun sekarang Juan menyatakan perasaannya dan mengajak berpacaran, Dita akan langsung menerima.

Dita sudah jatuh pada pesona Juan, siapa yang tidak akan baper di perlakukan manis seperti itu? Tapi kalau buat nembak lebih dulu Dita terlalu gengsi.

Dita masih menganut sekte dimana cewek tidak boleh nembak cowok lebih dulu karena harga diri. Sebenarnya itu sekte kolot untuk jaman yang sudah maju seperti sekarang. Alhasil Dita dipusingkan dengan hati dan pikiran yang terus di porak-porandakan oleh Juan.

**

Hal pertama yang Dita rasakan setiap kali turun dari dalam mobil Juan adalah tatapan iri dari para siswi di sekolahnya, seolah-olah terus mengintimidasi setiap gerak gerik yang ia buat.

"Kamu langsung ke ruang osis ya aku ke toilet dulu,"

"Iya kak."

Juan pergi ke toilet sedangkan Dita menuju ruang osis. Di koridor ia bertemu Susan dan Jinny yang sedang heboh berfoto selfie.

"Ditaaaa." Jinny berlari kecil menghampiri Dita yang akan berbelok menuju ruangan osis.

Sunflowers; kim jungwoo x ditaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang