Pagi buta begini, sudah jadi hal biasa mendengar tangisan bayi yang kehausan.
Kaizo menekan saklar lampu, melihat anaknya menangis karena merasakan dahaga di tenggorokannya. Ia pun menggendongnya sambil segera membuatkan susu.
"Kalau haus tuh bilang, bukannya nangis, Pang."
===
Matahari sudah terbit, tampaklah seorang Kaizo sedang sibuk berhadapan dengan laptop di ruang tamu.
Kemudian, seorang anak kecil berumur dua tahun, terlihat sedang berusaha menaiki pangkuannya dengan lucu. Dirinya sedikit kesusahan saat hendak duduk ke pangkuan sang ayah.
Lalu, Kaizo membantu Pang untuk duduk di pangkuannya. Satu tangannya menahan Pang, dan satunya lagi sedang mengetik.
"Ush, jangan ganggu," ujar Kaizo saat tangan mungil Pang hendak meraih mouse laptop.
Pang menurunkan sudut bibirnya. Ia sebenarnya kebosanan dengan kelakuan ayahnya yang selalu sibuk. Ia ingin main dengan Kaizo.
"Pang awu main."
(Pang mau main.)"Nanti ya, ayah masih sibuk."
Pang makin cemberut. Ia memainkan jari-jari besar milik Ayahnya, lalu ia menggigitnya menggunakan gigi kecil miliknya. Kaizo hanya membiarkan, ia tak merasa sakit digigit Pang.
"Ayah! Jaat!"
(Ayah! Jahat!)"Ssstt jangan berisik," ucapnya terdengar cuek tanpa mengalihkan pandangan dari laptop, padahal sebenarnya sedang ketar-ketir takut anaknya ngambek berlama-lama. Tangannya juga sedang mengetik dengan cepat hingga beberapa kali sempat typo.
Hingga kemudian, Kaizo menyelesaikan kesibukannya. Ia pun menutup laptop.
Serta baru sadar kalau ia kehilangan Pang dari pangkuannya.
===
GRASAK!
GRUSUK!
GBUSH!
DUAR!
"PANG?!"
Biasanya juga cuekin, pas hilang heboh nyarinya.
Kaizo sudah mencari Pang di seluruh rumah, di halaman rumah pun tak ada. Apa se-ngambek itu dirinya pada sang ayah yang selalu sibuk? Sampai-sampai ia hilang dari rumah.
Kaizo kini mencari keluar rumah. Melihat-lihat ke sekitaran jalan, hingga berakhir di taman bermain anak yang terletak tak jauh dari rumahnya. Tempat itu juga merupakan tempat bermain untuk Pang kadang-kadang.
Benar saja, ia menemukan siluet anaknya dari kejauhan. Ia tidak sendiri, tapi bersama seseorang yang tidak Kaizo kenali. Langsung saja ayah anak satu itu menghampiri mereka.
"Pang?"
Anak kecil itu menoleh. Ternyata memang, itu Pang. Kaizo bernapas lega karena anaknya masih bisa ditemukan.
"Ayo pulang," Kaizo hendak mengambil Pang, namun ia menolak digendong Kaizo.
"Nak! Au ma mama!"
(Enggak! Mau sama mama!)Kaizo menyeringit heran, lalu menatap ke arah orang yang diajak Pang saat ini. Siapa wanita ini? Dan, dipanggil 'mama' oleh Pang?
Jelas sekali itu bukan istrinya. Istri Kaizo sudah bercerai dengannya setelah melahirkan Pang, serta menyerahkan hak asuh pada Kaizo, wanita itu juga langsung pergi jauh setelahnya. Alasannya simple, ia berselingkuh. Dan hanya bertahan dengan Kaizo sampai Pang lahir.
"Kau siapa?"
Wanita itu segera berdiri, dengan Pang yang tak mau melepas tangannya.
"Maaf sebelumnya, aku bukannya mau menculik ... anakmu ini. Aku hanya mengajaknya bermain, soalnya aku lihat dia sendirian. Aku juga kebetulan ke sini bersama adikku."
"Oh ya, kenalin, namaku (Name)." ucap wanita itu sambil mengulurkan tangan.
Kaizo hanya menatapnya datar, tanpa ada niat membalas. "Baiklah." Kaizo kembali berniat mengambil Pang, tapi tetap Pang tolak. Kini sambil memeluk kaki (Name) serta tatapan sengit darinya untuk Kaizo.
(Name) berpikir, sepertinya Pang ada masalah dengan Kaizo, sampai-sampai begini jadinya. Ia pun mencoba melelehkan suasana. Ia melepas Pang yang sedang memeluk kakinya, lalu berjongkok di hadapannya.
"Pang, ikut ayahnya pulang gih. Kakak juga bakal pulang sama Oboi."
Pang menatap kecewa pada wanita itu. "Mma nti cini lagi 'kan??" (Mama nanti ke sini lagi kan?)
"Iya, nanti kita main lagi di sini."
Awalnya, agak susah membujuk Pang agar ia mau ikut Kaizo. Lalu, pada akhirnya Pang pasrah dengan janji agar mereka bertemu lagi di lain waktu.
(Name) sempat memperhatikan kepergian mereka sambil tersenyum. Kemudian ia segera menghampiri Oboi yang sedang bermain di terowongan mainan.
•
To Be Continued
[ 18 Mei 2023 ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Widower [✓]
Romance୨⎯ Kaizo w/ Female!Readers ⎯୧ Menikah dengan duda? Memangnya bisa? Jangankan menikah. Saat pendekatan saja, sangat sulit. Ia sudah memiliki seorang putra yang masih kecil. Putranya tersebut cukup dekat denganku dari awal, bahkan meng-klaim diriku se...