(Name) berjalan menghampiri pintu kala suara bel pintu terdengar nyaring. Saat membukanya, ia melihat Kaizo datang bersama Pang. Ia pun menghela napas.
"Kali ini, Pang atau Kaizo yang kangen?" tanya (Name) ngawur.
"Geer. Pang, lah."
(Name) terkekeh, lalu mempersilahkan kedua laki-laki beda generasi itu masuk ke rumahnya. Keadaan rumahnya sepi, sebab Amato ada kesibukan kantor yang membuatnya meninggalkan kedua anaknya di rumah.
"Kai, kan bisa ditaruh aja Pang-nya di sini. Kamu di sini juga ga ngapa-ngapain."
"Pang masih perlu diawasi ayahnya. Lagian, kamu siapanya?" (sok kul gitu ya bapaknya).
"Mama gadungannya." ucapnya, kemudian terkekeh pelan.
"Ma! Main!" ujar Pang yang tidak sabar melihat Oboi tidur di gendongan (Name) sedaritadi.
"Sst, Oboi engga bisa main sekarang, lagi sakit."
Kemudian, tiba-tiba terdengar rengekan kecil dari Oboi. Memang bayi sedang sakit itu rewel dan merasa tak nyaman di waktu yang tidak terprediksi. Segeralah (Name) menenangkannya hingga kembali tidur.
"Apa dia udah minum obat?" tanya Kaizo
"Um? Tentu, cuma panasnya belum turun. Baru kemarin dia sakit."
"Oh iya, Kaizo, kalau Pang lagi sakit, kamu kayak gimana jagainnya?" tanya (Name)
"Hmm, seperti pada umumnya. Walau, kadang membuatku kesal..."
(Name) geleng-geleng kepala, "Makanya, belajar sabar. Entar dia kabur lagi, repot lagi."
"Kau tau itu. Aku agak kesusahan merawatnya,"
"Loh? Kan yang selama ini bersama Pang hanya dirimu, masa engga terbiasa?"
"... Sebenarnya, aku dulu lebih sering menitipnya kepada bibinya." Kaizo menjeda ucapannya. "Makanya aku kurang terbiasa, tapi semenjak dia berumur satu setengah tahun, aku jadi sangat jarang menitipkannya."
"Oh.. pantesan. Tapi, engga fatherless 'kan?" ucap (Name) dengan sengaja berbisik pada Kaizo.
Kaizo menggeleng, "Aku usahakan itu."
"Baguslah!" ucapnya sambil tersenyum manis yang memikat.
Sementara itu, Pang yang kebosanan mulai menarik-narik ujung baju (Name), "Yan mongin apa?" (Kalian ngomongin apa?)
(Name) melirik ke bawahnya, "Adadeh. Pang mau mam, ga? Tadi kakak ada buat kue, loh."
Pang mengiyakannya dengan antusias. (Name) pun segera mengambilkannya, tapi sebelum itu ia titipkan dulu Oboi di sofa, barulah pergi ke dapur.
Kaizo hanya menatap adik ipar- maksudnya, anak kecil di tangannya dengan tatapan yang entahlah artinya, yang terlihat hanyalah tatapan dingin. Meski begitu, di balik wajah dingin ada jiwa yang gemas terhadap anak kecil segemoy Oboi.
Perlahan-lahan Oboi mulai terbangun. Setelah nyawanya sudah hampir terkumpul semuanya, ia hanya menatap Kaizo dengan tatapan terdiam, ditambah dengan mata bulat yang besar membuatnya terlihat menggemaskan.
Namun, beberapa detik kemudian ia menangis, sebab di matanya Kaizo tampak garang sehingga membuatnya merasa tak aman. Ia merasa, sebentar lagi akan dilempar oleh Kaizo. Padahal Kaizo tuh baik, loh.
Tepat saat itu juga (Name) kembali dari dapur, ia pun mengambil Oboi kembali, "Ihh, kok nangis, sih? Dia baik loh, ga gigit, kok."
'... Gw gak ngapa-ngapain, sumpah.'
Kemudian, tangisannya mulai mereda. Yang awalnya masih menempel pada (Name), kini tatapannya mulai tertuju pada Kaizo. Sepertinya, anak itu ingin melakukan uji mental atau lebih tepatnya pendekatan dengan cara digendong Kaizo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Widower [✓]
Romans୨⎯ Kaizo w/ Female!Readers ⎯୧ Menikah dengan duda? Memangnya bisa? Jangankan menikah. Saat pendekatan saja, sangat sulit. Ia sudah memiliki seorang putra yang masih kecil. Putranya tersebut cukup dekat denganku dari awal, bahkan meng-klaim diriku se...