Chapter 1

2.8K 252 14
                                    

Di rumah, ayah dan anak ini sedang hadap-hadapan. Sang ayah menatap dengan tegas seperti biasa, sedangkan sang anak hanya menatap polos dengan mata besarnya.

"Kakak itu siapa?"

"Mmana Pang."
(Mamanya Pang.)

"Kenapa Pang panggil dia mama?"

Pang tampak berpikir sebelum menjawab pertanyaan Kaizo dengan girang. "Mmm ... ia baik, Pang cuka. Pang mau ia adi mma Pang!" (Mmm ... dia baik, Pang suka. Pang mau dia jadi mama Pang!)

Padahal tadi itu, (Name) tak ada mengajari Pang untuk memanggilnya dengan panggilan mama. Kaizo menghela napas, ia kembali menggendong Pang yang kini sedang mengemut tangannya.

"Ayah, nti Pang mau main agi cama mama!"

"Lalu, ayah bolehin?"

"Oyeh!"

"Gak."

"... Oyeh kan?"

"Gak."

"Kita gak kenal dia, jangan main sama orang asing." Kaizo pun berjalan menuju kamarnya.

Pang langsung cemberut, dengan mata berkaca-kaca. Padahal Pang menyukai (Name), ia ingin bermain di sana terus dengan (Name)! Namun, ayahnya ini malah tak membolehkan.

"Hng ... huwaaaaaaa..!"

"Pang gak boleh main sama orang asing, nanti dia ambil Pang dari ayah."

Pang tak peduli ucapan ayahnya, ia terus menangis sambil memukul bahu ayahnya.

"Anak nakal, gak boleh main."

Kaizo tiba di kamarnya, ia meletakkan Pang yang masih menangis di atas kasur. Ia sengaja tak memberi perhatian jika Pang sedang menangis karena keinginannya tak dituruti.

"Anak nakal, ayah tinggalin." Kaizo sebenarnya ada rasa tak tega melakukannya, tapi ia pun menutup pintu kamar.

Pang kini sendirian di kamar ayahnya. Beberapa menit kemudian, tangisannya mulai mereda dengan sendirinya dan dirinya ketiduran di sana.

===

Pang terbangun dari ketidurannya. Ia masih pada posisi tengkurap dan sedang melihat ke sekitarnya, mencari keberadaan sang ayah.

Perlahan-lahan ia duduk, dan tidak menemukan ayahnya juga. Pang segera turun dari kasur, dan pergi keluar dari kamar Kaizo, siapa tau Kaizo ada di ruang tamu.

"Aya ... Ayaahh,"

Kaizo yang sedang di dapur, ia mendengar Pang memanggilnya. Ia pun segera keluar dan melihat anaknya yang berjalan sempoyongan karena baru bangun sambil merentangkan kedua tangan. Kaizo pun menggendongnya.

"Ayah apain?"
(Ayah ngapain?)

"Masak buat kamu." jawabnya

Pang mengangguk. Ia memperhatikan tangan Ayahnya yang sedang mengaduk sup wortel kesukaannya.

Mungkin karena sudah tidak sabar, tangan kecilnya mengarah ke panci, hendak mengambil secuil dari sup itu. Namun, langsung dihentikan oleh Kaizo.

"Jangan, pancinya panas."

Pang pun cemberut, mau tak mau ia harus menunggu untuk melahap makanan kesukaannya.

Beberapa menit kemudian, Kaizo selesai memasaknya dan segera menyajikannya. Lalu, ia pun menyuapi Pang makan saat sup-nya sudah hangat.

"Pang mawu cendili!"
(Pang mau sendiri!)

"Bisa?"

Pang mengangguk yakin, lalu ia diberi sendok kecil yang digunakan Kaizo tadi. Kaizo memperhatikan, sambil mengawasi jika nanti tiba-tiba tersedak, bisa ia berikan air.

Widower [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang