Sesekali mengajak keluarga jalan-jalan bukan hal yang buruk. Daripada terusan terpaku di tempat kerja ataupun di rumah.
Pria itu mengajak (Name) dan Pang ke taman. Rekomendasi (Name). Di situ merupakan taman yang ramah lingkungan. Tanah yang dipijak pun berwarna hijau. Ada tanaman-tanaman lebat yang sudah mirip semak di pinggirnya. Pohon juga mengelilingi taman itu, serta kebersihannya benar-benar terjaga.
"Ayah, mau susu." ucap Pang
"Susu yang gimana?"
"Umm... yang kotak tu." Pang mencoba mengingatkannya. "Yang balu kemarin ayah beliin."
"Itu lagi?" tanya Kaizo, Pang mengangguk.
"(Name)? Kamu mau beli sesuatu?"
(Name) menatap pria itu, lalu tersenyum. "Boleh, jajanan kecil aja."
"Ya udah, kalian tunggu di sini."
(Name) dan Pang serempak mengangguk seiring Kaizo mulai pergi dari situ. Mereka pun terdiam, tak tau akan melakukan apa.
Kemudian, Pang turun dari bangku taman dan mulai eksplorasi sana sini, tentunya diawasi oleh (Name). Anak itu menuju semak dan melihat sesuatu yang menarik, dengan polosnya ia mengambil itu dan menunjukannya pada (Name).
"Mama! Lihat ni, lucu kan?!" ucapnya dengan antusias.
Sesuatu yang ditunjukkan Pang itu justru membuat (Name) reflek menjerit, "Buang, Pang!"
"Hmm? Kenapa? Lucu tau, lembut." ucapnya seraya mengelus hewan kecil tak bertulang dan menggeliat itu.
"Engga, ga lucu sama sekali. Tolong dibuang, nak."
"Ndak! Mama halus lihat ini! Eluuss!" ucapnya seraya menyodorkan ulat tersebut, dan membuat (Name) ingin kabur.
Untungnya, tiba-tiba Kaizo sudah kembali, dan langsunglah (Name) bersembunyi di belakangnya. "K-kaii, bilangin anakmu itu..."
"?? Ada apa? Kenapa takut begitu?"
"Pang bawa ulat."
"Ayah! Lihat ni! Pang suruh mama elus, tapi mama gak mau." ucapnya pada Kaizo, dengan wajah yang tampak cemberut.
Kaizo dibuat menghela napas oleh kedua orang ini. "Pang, taruh ulat itu di tempat Pang nemuin tadi. Jangan mainin binatang kayak gitu, dia gak suka."
"Benelan?"
"Hem, iya. Nanti dia marah sama Pang."
Segeralah anak itu mengembalikan ulat hijau itu pada tempatnya kembali. (Name) baru bisa bernapas lega, tangannya bergerak mengusap keringat yang sempat menetes dari pelipisnya.
Kaizo memperhatikannya, lalu tertawa kecil. Membuat (Name) seketika cemberut, merasa tak senang.
"Lucu, ya?" tanya (Name) dengan agak ketus.
"Kamu takut ulat?"
"Iya..." jawabnya pelan
Flashback
(Name) terpaku pada sesuatu yang tampak merayap di halaman rumah. Lalu setelah melihat dengan teliti, ia pun ketar-ketir. Ternyata itu ulat bulu berwarna merah yang sedang merayap ke arahnya.
"Aduh, pakai apa sih, itu jalannya cepet banget, lagi." monolog (Name), yang sedang kebingungan mencari pembasmi ulat.
Ah iya, sendal ayah! Itu cukup keras dan pasti bagus digunakan untuk memenyekkan ulat bulu yang sudah semakin mendekat itu.
Ia pun mengambil sendal selop besar itu, lalu menghampiri ulat yang sudah di dekat tangga teras depan. Namun, nyalinya seketika ciut untuk membasmi ulat itu. Lalu ia berlari ke dalam untuk mencari ayahnya.
"Ayah! Ada ulat!" ucap (Name) seraya melangkah ke dapur, dan tentunya Amato kurang jelas mendengar itu.
"Ayaah, sinii." Pada akhirnya, remaja kecil itu menarik ayahnya menuju teras.
Amato hanya kebingungan mengapa anaknya ini tampak buru-buru mengajaknya ke teras depan. Ternyata karena ulat, lalu dengan beraninya Amato membasmi ulat itu menggunakan kakinya yang tentunya sudah mengenakan sendal.
"Ulat bulu, toh. Dah, gapapa, dia engga gigit, kok."
"Tapi geli ... bulunya bikin gatal."
End of Flashback
"Udah. Sekarang kamu duduk, aku mau nyamperin Pang." Kaizo pun menuntun (Name) ke bangku taman yang tadi mereka duduki. Lalu, ia menghampiri Pang dan mengajaknya cuci tangan.
Setelah itu mereka kembali, dan mulai ngemil bersama.
(Name) tiba-tiba kepikiran saat hari pernikahannya, ia pun bertanya, "Kamu masih ingat ga, pas nikahan kita?"
"Hem, ingat. Kenapa?"
(Name) tertawa kecil. "Aku tiba-tiba keinget ayah. Ayah kayak ga rela gitu pas kita peresmian."
Kaizo mencoba mengingat kembali, lalu tersenyum tipis. "Iya, kenapa segitunya? Padahal udah ngasih restu."
"Kan cuma aku anak ceweknya. Kalau aku nikah, aku pergi."
"Nanti mau ke sana?"
Wanita itu tersenyum. "Mau, dong. Katanya, adikku masih ga rela kalau aku pergi dari situ."
"Kasihan, berasa ditinggal ibunya dua kali."
"... Dark joke ya, kamu."
=====
Sesampainya di rumah, (Name) langsung menekan bel di samping pintu. Kemudian terbuka, dan menampakkan seorang anak kecil yang tak lain merupakan Oboi.
Seketika Oboi memeluk kakaknya yang selama ini ia rindukan. (Name) pun menggendongnya.
"Ayah sama abang di mana?" tanya (Name)
"Abang baru pelgi, ayah lagi di dapul buat kopi." ucapnya dengan suara yang masih agak cadel.
(Name) mengangguk. "Sepi, ya?"
"Sepi. Kenapa kakak pergi?"
(Name) tersenyum tipis. "Nanti juga kamu ngerti. Ke dapur, yuk?"
Oboi mengangguk dengan semangat. Lalu, ia minta diturunkan, dan mereka pun ke dapur.
Kaizo yang merasa diabaikan hanya mengajak anaknya pergi duduk di ruang tamu. Biarlah, ini juga rumah istrinya semasa gadis. Biar dia bersenang-senang di sini.
•
To Be Continued
Bisa tebak, ga, silsilah keluarga mereka setelah Kaizo dan (Name) nikah?
[ 02 Oktober 2023 ]
![](https://img.wattpad.com/cover/341993978-288-k704384.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Widower [✓]
Romance୨⎯ Kaizo w/ Female!Readers ⎯୧ Menikah dengan duda? Memangnya bisa? Jangankan menikah. Saat pendekatan saja, sangat sulit. Ia sudah memiliki seorang putra yang masih kecil. Putranya tersebut cukup dekat denganku dari awal, bahkan meng-klaim diriku se...