Setibanya di supermarket, (Name) segera masuk lalu mengambil tas keranjang yang tersedia. Ia pun pergi ke tempat yang menjual bahan makanan terlebih dahulu.
Matanya berbinar menatap berbagai sayuran yang berderet di tempatnya. (Name) pun segera memilih beberapa sayuran untuk dibelinya. Setelah mengambil secukupnya, ia pun beralih ke tempat buah. Di sana ia memilih beberapa buah untuk dijadikan camilan di rumah.
Kemudian, ia tiba-tiba teringat sesuatu. (Name) segera mengambil buah secukupnya, lalu ia mengambil handphone di tas selempangnya.
Bapak berdikari
Ayah
14.09✓✓Ya, sayang?
14.10Periksa popoknya Oboi, masih ada ga?
14.10✓✓Menunggu beberapa menit, kemudian ada balasan dari sang ayah.
Masih
14.15Satu
14.16Ok
14.16✓✓Segera (Name) pergi ke tempat popok, dan mengambil popok bayi berukuran besar. Lalu ia masukkan ke dalam tas.
Tepat saat itu juga, ia melihat seseorang yang ia kenal. Orang itu pula, menatap (Name) dengan tatapan biasa.
"Perasaan seharian ini ketemu terus,"
"Kebetulan."
(Name) melirik isi tas yang dibawa Kaizo. Isinya beberapa keperluan bayi dan wortel menjadi hal yang paling mencolok di sana.
"Kamu suka wortel?" tanya (Name)
"Untuknya," Kaizo melirik ke bawah, dan ternyata ada Pang di sana.
(Name) tersenyum padanya. "Hai, Pang,"
"Mama!" seru Pang, lalu memeluk kaki (Name).
Dua-duanya pun terkejut. Seketika saja (Name) menoleh ke sekitar, untung sepi. Kemudian, ia segera berjongkok di hadapan Pang.
"Pang, kenapa kamu manggil begitu ke kakak? Kakak kan bukan mama kamu."
"Um.. Pang nda unya mama. Teyus... Pang awu," Pang menjeda ucapannya sambil menunjuk (Name). "Ama jadi mama Pang benelan."
Kaizo hanya mampu menahan malu dengan kelakuan anaknya yang cukup blak-blakan itu. (Name) pula, dibuat garuk-garuk kepala.
"Pang... ga dulu. Cari mama yang lain, ya." (Name) kembali berdiri.
"Nnapa?"
(Name) berpikir, kenapa sangat mudah Pang meng-klaim dirinya sebagai mamanya? Baru juga bertemu tadi pagi, tapi sudah begini. (Name) kan heran. Selain itu, wajah dan sifat Kaizo garang. Ga dulu kalau disuruh jadi mamanya Pang.
"Engga apa-apa.. aku duluan ya, hehe," pamitnya pada Kaizo, lalu buru-buru pergi.
Pang hendak mengejar (Name), namun dirinya langsung digendong oleh Kaizo.
"Pang.. jangan lagi deh. Suka banget ya sama dia?" ujar Kaizo
"Iya! Ang cuka!"
=====
(Name) kini sudah pulang. Saat baru masuk, ia sudah melihat ayahnya yang rebahan di sofa panjang dengan Oboi yang tidur di atas tubuhnya.
"Aku pulang." ucap (Name)
"Banyak banget kelihatannya itu belanjaanmu. Udah suruh tadi ayah antar aja."
"Banyak apa, dikit ini," (Name) meletakkan keperluan dapur di atas meja makan.
"Itu apa?" tanya Amato, ia melihat sesuatu berbentuk kotak dan cukup besar.
"Popok." jawab (Name) singkat.
"... Loh? Ngapain beli lagi, kan masih ada satu."
"... Satu apa?"
"Satu bungkus besar."
(Name) langsung cemberut. "TADI NGETIKNYA MINUS SIH, KIRAIN ISINYA YANG SATU."
"Yah, kirain langsung ngerti sama satu yang ayah maksud."
"Eh, kok masih satu bungkus kata ayah? Perasaan kemarin aku lihat, tinggal dikit."
"Ayah beli sehabis pulang kerja lusa kemarin. Kamu gak lihat, udah tidur duluan itu."
"Terus, itu ayah taruh dimana?"
"Baru tadi Ayah taruh di kamarnya Oboi."
(Name) menghela napas. "Ya udahlah, nanti kalau habis ga usah beli lagi." (Name) segera pergi ke kamar Oboi.
Amato hanya geleng-geleng kepala. Tangannya sesekali menepuk tubuh belakang Oboi yang sedang tidur itu.
===
Malam hari, sudah menjadi rutinitas untuk Oboi, jika sebelum tidur harus dipeluk kakak sambil baca dongeng tentang galaxy, sampai tidur.
Saat sedang asik, kegiatan mereka terganggu oleh suara panggilan dari handphone (Name). Segera ia mengambilnya, dan ternyata ada panggilan video dari adiknya, Halilintar. Langsung (Name) angkat. Ia posisinya dulu handphone-nya agar diam di hadapannya.
"Ada apa, Hali?" tanya (Name)
"Iseng aja. Ternyata kalian belum tidur." ucap Halilintar di seberang
"Belum.. Oboi ngajakin baca dongeng sambil cuddle-an,"
Halilintar terkekeh kecil. Ia dapat melihat adiknya itu sedang asik dengan buku dongeng sambil duduk di pangkuan (Name). Mungkin tidak sadar sedang diperhatikan kakak laki-lakinya itu.
"Hali, kakak kangen tau. Cepetan apa tahun depannya."
"Sabar, kak. Gak usah ditunggu, kalau ditunggu nanti rasanya makin lama."
"Iya sih... huh. Kamu juga, maunya kuliah jauh-jauh di kampus impian. Kenapa gitu kampus impianmu ga di sebelah rumah aja letaknya," ucap (Name) dengan raut wajah cemberut.
Halilintar kembali terkekeh. "Udah, kak, aku udah gak lama di sini."
"Oh ya, jangan nikah dulu sebelum aku pulang."
"Apa sih, kakak belum punya calon,"
"Udah tua juga, masa belum ada begitu,"
"Belum. Kamu sendiri punya di sana?"
"Gak juga. Aku maunya yang lokal."
(Name) terkekeh mendengarnya. "Cepat lulus dari sana ya, kamu pasti kelihatan beda pas nanti udah pulang."
"Ya deh. Kalian tidur sana. Nanti aku harus ke kampus."
"Iyaa, dadah." Lalu, panggilan sama-sama diputus.
(Name) kembali ada Oboi yang masih asik sendiri dengan buku dongeng itu. Gambar di buku itu memperlihatkan sebuah planet asing di galaxy, dan namanya itu Planet Quabaq.
"Oboi segitunya mandangin. Planetnya cantik ya?"
Oboi mengiyakan, sambil mengoceh tentang keindahan planet fiksi tersebut.
Karena begitu asik, Oboi sampai lupa waktu. Kini jarum jam sudah menunjuk ke angka diantara sepuluh dan sebelas. (Name) sudah merasa mengantuk.
"Udah ya, Oboi, udah jam setengah sebelas tuh. Oboi ga ngantuk?"
Oboi menggeleng. Ia kembali melihat isi buku dongeng itu. (Name) pun rebahan di samping Oboi yang tampak tak peduli dengannya. Lalu, lama-kelamaan ia tertidur.
Menyadari ada yang berbeda, Oboi menoleh ke arah kakaknya yang kenapa hanya diam. Ternyata, tidur. Padahal Oboi masih ingin mengoceh tentang galaxy.
Ia mencoba membangunkan kakaknya. Menyentuh pipinya, menekan hidungnya, dan sebagainya. Pokoknya agar (Name) bangun. Tapi, si kakak tak kunjung bangun.
Pada akhirnya, Oboi juga yang lelah. Ia pun ikut tidur di samping kakaknya.
•
To Be Continued
[ 19 Mei 2023 ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Widower [✓]
Romance୨⎯ Kaizo w/ Female!Readers ⎯୧ Menikah dengan duda? Memangnya bisa? Jangankan menikah. Saat pendekatan saja, sangat sulit. Ia sudah memiliki seorang putra yang masih kecil. Putranya tersebut cukup dekat denganku dari awal, bahkan meng-klaim diriku se...