Bab 2 | The Important

105 7 0
                                    

Selamat Membaca Kisah
Perjalanan Mereka

Now Playing : Virgoun - Saat Kau Yang Mengerti

***

Bab 2 | The Important

Apapun yang menjadi hal terpenting selalu yang di utamakan dalam hati

***

Rendra, Griya dan Putra kembali ke kelas, dan tetap seperti biasa empat orang yang lainnya tidak mau masuk kelas, entah apa yang mendasari mereka berempat tidak masuk ke kelas akan tetapi mereka tidak mempersalahkan semuanya.

"Kira-kira apa yang di katakan bener gak nih," pikir Rendra.

"Ya gak tahu. Yang penting kita selesaikan dulu pekerjaan kita ini setelah semuanya beres," kata Putra.

Mereka memilih melanjutkan perjalanan untuk ke kelas namun baru saja mereka masuk ke dalam kelas tiba-tiba satu lemparan hampir saja mengenai Rendra namun langsung di tepis oleh Putra. Griya yang melihat arah lemparan itu langsung memberikan tatapan yang tajam hingga akhirnya ia berjalan sambil menunjuk orang yang melempar.

"SIAPA YANG NGELEMPAR BATU KE ARAH SINI! AYO MAJU," tantang Griya.

Namun yang ditunjuk Griya tidak berani maju untuk menghadapinya. Hingga akhirnya Griya yang nafsu pun langsung berjalan secara cepat dan mencengkeram kerah baju sosok itu.

"Maksud lo apa lakuin tadi?" tanya Griya emosi.

"Gue gak sengaja kok," jawabnya santai.

"Lo sengaja g*blok! Lo pikir gue gak punya mata hah! Semua jelas di depan mata gue sendiri," kata Griya.

"Kalo emang iya kenapa hah!!" bukan orang yang sedang di cengkraman Griya melainkan orang lain yang langsung maju ke arah Griya.

Rendra dan Putra mendekati Griya, dan mereka melihat sosok yang sekarang maju di hadapan mereka. Ternyata yang di hadapan mereka itu adalah seseorang yang mereka kenal, ternyata mereka selama ini berada disini pantas saja mereka dilindungi karena memang sekolah ini sangat ketat dan susah untuk di jangkau.

"Lo mau minta ganti rugi, berapa? Sebutin?" tanyanya lagi.

"Gue gak minta ganti rugi kok. Cuma permintaan maaf aja setelah itu selesai gue nggak akan perpanjang," kata Putra.

"Oh itu doang. Rommy minta maaf," titah seseorang itu.

"Tapi kan?"

"LAKUKAN! CEPAT!!"

"Ya sudah gue minta maaf."

Setelah itu Rommy meminta maaf ia langsung meninggalkan mereka bertiga untuk duduk kembali bersama anggota anggota yang lainnya. Sementara itu Rendra, Griya dan Putra juga kembali duduk. Akan tetapi ekskresi rendra terlihat sangat marah bahkan ia terlihat kesal sekali.

"Kok lo lakuin itu sih, harusnya kita bisa hajar dia!" kesal Rendra.

"Kita bisa hajar nanti," ungkap Putra.

"Maksudnya?" bingung Griya dan Rendra.

"Kita bicarakan di markas saja."

Mereka kembali ke kegiatan masing-masing walaupun dalam masuk sudah berbunyi akan tetapi kalau belum saja dimulai. Dan mereka semua yang berada di sini asik dengan kegiatan masing-masing, ada yang menyanyi sambil menggerak-gerakkan meja, ada yang bermain game bahkan ada yang memainkan kartu remi sambil menggunakan uang sebagai taruhannya.

Kelas ini emang kelas iblis, semua kegiatan yang berada di sini tidaklah berfaedah, namun kenapa mereka bertiga bisa berada di sini dengan begitu betah. Padahal dari penampilan mereka tidak begitu terkesan anak yang bandel dan nakal, mereka bisa saja masuk ke kelas unggulan di mana mereka menciptakan prestasi dan juga cita-cita yang mereka inginkan.

Akan tetapi sebuah masa lalu yang membuat mereka harus terseret dalam sebuah trauma yang mendalam, hingga di dalam hati mereka tertanam merasa balas dendam yang sangat begitu besar. Tidak jarang mereka bertiga belajar sendiri dengan menggunakan buku buku yang berada di perpustakaan, bahkan tidak jarang mereka juga menonton video hasil dari guru-guru yang memang sayang kepada kelas ini.

Namun yang menjadi masalah adalah, semua siswa siswi di sini itu bermasalah semua bahkan tidak ada yang bisa memberikan efek jera kepada mereka. Yang terpenting adalah mereka bisa lulus dan hidup bebas.

Di saat mereka sibuk belajar satu persatu siswa siswi di sana yang membentuk sebuah geng dan circle masing-masing memutuskan untuk pulang. Karena memang percuma mereka berada di sini kalau sudah memasuki waktu siang guru tidak akan berani datang sekelas ini, bahkan guru BK, Wakasek kesiswaan dan kepala sekolah membiarkan aksi mereka itu dan terlebih lagi kelas ini tidak memiliki wali kelas jadi untuk mengisi raport dan sebagainya diserahkan langsung kepada kepala sekolah sebagai penanggung jawab.

"Mereka pulang, kita juga pulang yuk," ajak Rendra yang masih kesal.

Tanpa menggunakan sepatah kata pun mereka hanya mengangguk itu artinya disetujui bahwa mereka memilih pulang. Setelah membereskan peralatan alat tulisnya langsung saja mereka memutuskan untuk pulang dan pada saat mereka melewati kelas yang merupakan siswa-siswi unggulan dan menaati peraturan sekolah membicarakan mereka semua dari belakang.

"Kenapa sih sekolah ini gak keluarin para berandalan ini aja sih," komentar siswa membawa buku

"Sekolah ini nggak akan berani ngeluarin mereka karena siswa di kelas pembuangan itu semuanya anak-anak yang punya harta jadi mungkin orang tuanya nyogok ke sekolah agar anak mereka lulus," kata siswi kacamata

"Tapi aneh banget ya dengan 3 orang di sana kok bisa-bisanya dia masuk kelas pembuangan kalau dari tampangnya sih mereka harusnya masuk ke kelas unggulan kayak kita ya," timpal siswa berkacamata

"Syut! Jangan bicara sembarangan mungkin mereka dengan pembicaraan kita," timpal yang pertama ngomong.

"Alah jangan lihat dari penampilannya aja mungkin mereka juga anak berandalan sama kaya mereka-mereka di sana,"

Griya, Putra dan Rendra mendengar pembicaraan mereka walaupun terkesan bisik-bisik akan tetapi telinga mereka sungguh peka terhadap bisik-bisik mereka yang selalu membicarakan mereka semua. Setelah mengabaikan siswa-siswi yang terkesan baik tidak sengaja mereka bertiga melihat Bimo yang terlihat mengintip di salah satu ruangan.

Karena mereka penasaran langsung saja mereka bertiga mendekati salah satu rekan nya itu dan berniat mau mengagetkan nya, akan tetapi tindakan itu mereka urungkan. Karena ternyata tempat Bimo mengintip yaitu ruangan para guru guru yang dimana mereka semua sedang mengadakan rapat.

"Udah pulang?" tanya Bimo.

"Udah. Aduh, Bim. Untung saja gue sama yang lainnya tidak mengagetkan elo, kalo terjadi mungkin kita kena masalah," rengek Griya.

Bimo memberikan isyarat untuk mereka bertiga diam "Syut! Kalian bertiga diem."

"Emang ada apa sih?" heran Putra.

Tidak ada respon apa pun akhirnya mereka pun menguping pembicaraan guru-guru yang ada di dalam, pembicaraannya sungguh intens karena menyangkut masa depan sekolah ini. Apalagi memang semua tindakan oleh kelas 11 D itu sudah tercium hingga ke pihak kepolisian, akibat tingkah laku mereka yang selalu meresahkan semua masyarakat yang berada di sini.

Setelah mendapatkan informasi yang cukup. Mereka berempat memutuskan untuk langsung pulang karena memang tugas mereka berada di sini sudah selesai, walaupun tugas mereka sebagai siswa belum selesai namun untuk hari ini sudah cukup karena misi mereka bukanlah belajar melainkan ada misi yang lebih dari semua ini.

***

Tbc

Yeyeyeyeye akhirnya Lis bisa up lagi, teori liar Lis mulai beraksi. Sebenarnya mau arah ke mana kisah ini Lis pun kurang tahu yang terpenting apapun yang ada di pikiran Lis sekarang maka akan segera ditulis dan hasilnya entahlah!!!

Jangan lupa vote and coment 👧
Tinggalkan Jejak 👣


Lis_author

SGS [8] Thriller | Anak-Anak Tanpa Cinta | NEVEL ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang