Bab 3 | The Ego

77 8 3
                                    

Selamat Membaca Kisah
Perjalanan Mereka

Now Playing : Lyodra - Ego

***

Bab 3 | The Ego

Ketika rasa ego yang mendarah daging membuat tirani yang sangat tebal

***

Di Markas mereka kembali berkumpul, Rendra, Griya dan Putra baru kembali dari sekolah dan seperti biasa yang lainnya akan menyontek materi pelajaran dari mereka bertiga. Karena yang lainnya akan masuk kelas kalau sudah ada penilaian.

"Ada tugas! Kerjain dulu, nanti kita ngobrol," kata Rendra.

"Kenapa gak ngobrol dulu sih. Dari kata-katanya kayaknya penting banget," celetuk Arkan.

"Sudahlah kerjain dulu lah," tegas Putra kepada rekan-rekan yang lainnya.

Namun Rendra seperti sedang mencari seseorang, karena di markas ini harusnya ada 7 orang akan tetapi disini hanya ada 6 orang, karena 3 orang baru datang, 3 orang stand by disini dan 1 orang lagi entah kemana.

"Griya! Si Mahen gak ada?" tanya Rendra memberitahu.

"Mahen!" heran Griya.

"Okta, lihat Mahen gak?" tanya Griya kepada Okta.

"Emang seharian ini si Mahen gak lihat batang hidungnya. Pasti belanja lagi tuh anak," ungkap Okta.

"Aduh." Griya menggelengkan kepalanya mendengar salah satu tingkah rekannya itu.

"Kan lo tahu, kalo Si Mahen itu terobsesi dengan uang, wajar sih kalo gitu."

Memang dari kebanyakan orang memang terobsesi dengan uang karena dengan uang mereka bisa bahagia dengan membeli apapun yang mereka mau, itu juga yang di rasakan oleh Mahen. Walaupun ada orang yang terobsesi dengan makanan seperti halnya Arkan, namun Mahen justru lebih manusiawi karena di antara mereka semua hanya dirinya yang berasal dari golongan kelas paling bawah.

Jadi wajar saja kalau Mahen mendapatkan banyak uang dan langsung membelanjakan dengan sesuka hati.

"Telepon gih, kayaknya pasti ia ada di mall."

Okta langsung mengambil ponselnya dan menelepon Mahen.

Akan tetapi sepertinya tidak di angkat sama Mahen, karena dari ekspresinya sudah terlihat jelas bahwa memang anak itu susah dihubungi.

"Gak diangkat, lagian kita omongin aja langsung. Ada atau tanpanya Mahen," kata Okta.

"Gak boleh gitu, gue capek ngejelasin secara dua kali," tutur Rendra.

"Gue setuju," timpal Arkan

"Lo dari tadi setuju-setuju mulu. Dari tadi makan mulu, cariin Mahen gih," kesal Griya.

"Lah kok gue," kaget Arkan.

"Di bantu sama Bimo." Arkan dan Bimo saling bertatapan satu sama lain.

Akhirnya mereka berdua mau tidak mau bangkit mengikuti arahan Griya, dengan terpaksa Arkan di tarik oleh Bimo untuk segera meninggalkan tempat itu. Dengan menggunakan motor yang ada disana mereka meninggalkan basecamp tempat mereka kumpul.

Sepanjang perjalanan mereka melihat kanan-kiri kota Tasikmalaya yang memang sudah seperti kita Jakarta, walaupun memang tidak separah disana. Namun tingkat kriminalitas sama halnya dengan kota-kota besar di Indonesia.

"Arkan, ambil ponsel di saku jaket gue," titah Bimo.

"Hah! Apa?" ulang Bimo.

"Ambil ponsel gue!"

SGS [8] Thriller | Anak-Anak Tanpa Cinta | NEVEL ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang