3

3.1K 288 17
                                    

"Halo... Ini Jeno... Aku... Aku cuma mau bilang, aku akan melakukan kesepakatan yang kau bicarakan tadi."

Hening sejenak. Lalu Jaehyun berdehem di seberang sana.

"Kau yakin?"

Kenapa di saat Jeno berusaha menguatkan dirinya demi adiknya, jaehyun malahan bertanya seperti itu? Jeno mengerutkan keningnya.

"Ya. Aku yakin."

"Aku akan marah besar kalau kau berubah pikiran ditengah-tengah rencana kita."

Memangnya dia siapa? Dan apa peduli Jeno kalau Jaehyun marah? Tetapi tiba-tiba Jeno teringat bahwa Jaehyun bisa menakutkan kalau dia mau.

"Aku tidak akan berubah pikiran," gumam Jeno, berusaha terdengar meyakinkan.

"Bagus. Kalau begitu aku akan mengatur semuanya."

Lalu percakapan ditutup, tanpa ucapan apapun. Meninggalkan Jeno yang mengerutkan kening karena ketidaksopanan Jaehyun.

.....

Aroma wangi menyeruak ke seluruh ruangan. Ibu benar-benar serius membuat makan malamnya kali ini. Jeno melangkah ke arah dapur sehabis mandi dan tersenyum melihat ibunya sedang memasukkan pudding karamel yang terlihat lezat ke lemari es.

"Wow, kita makan malam besar hari ini," goda Jeno lembut sambil membuka tutup panci, di dalamnya ada sup jamur andalan ibunya yang paling enak.

Sang ibu tersenyum lembut pada Jeno, "Ibu senang melihat Jisung bahagia Jeno, dia tidak pernah seperti ini sebelumnya."

"Ya ibu, Jisung benar-benar tampak dimabuk asmara." Jeno mencomot kue keju dari toples di meja makan dan mengunyahnya, "Ibu suka dengan Chenle?"

"Dia anak yang sopan. Ibu cukup senang." Sang ibu lalu melirik Jeno dengan hati-hati, "Ibu tahu kau akan jengkel kalau ibu bertanya lagi, tetapi bagaimana denganmu Jeno? Apakah kau sudah... Sudah melupakan..."

Pertanyaan ibunya itu selalu membuat suasana hati Jeno mendung. Dulu ibunyalah yang paling keras mendorong semangat Jeno agar bangkit dari keterpurukan sejak ditinggalkan oleh Jaemin dan meskipun kadang jengkel dengan pertanyaan-pertanyaan ibunya, Jeno sadar bahwa ini semua karena sang ibu menyayanginya dan mencemaskannya karena selama ini jeno tidak pernah terlihat menjalin hubungan asmara dengan siapapun.

"Ibu tidak usah mencemaskan Jeno, ya." Jeno mencoba tersenyum lembut dan menenangkan ibunya, "Jeno pasti akan menemukan seseorang yang baik pada saatnya nanti."

Tiba-tiba Jeno teringat akan Jaehyun. Kira-kira bagaimana perasaan ibunya ketika Jaehyun dan Jeno benar-benar melaksanakan perjanjian untuk bersandiwara ini?

.....

"Chenle sudah datang." Jisung berdiri dan melangkah ke pintu depan, sedang Jeno masih membantu ibunya membereskan piring dan menata meja makan.

Terdengar suara pintu dibuka dan terdengar suara-suara percakapan. Lama-kelamaan Jeno mengernyit. Suara laki-laki yang dalam itu bukan suara Jisung, dia tahu persis itu suara siapa!

Belum sempat Jeno melakukan sesuatu, Jisung sudah masuk ke ruang tengah, dengan Chenle dan Jaehyun di belakangnya.

"Ibu, Hyung, Chenle datang bersama kakaknya," gumam Jisung gembira.

Chenle segera masuk dan tersenyum ramah lalu menyalami ibu Jeno, dan memeluk Jeno. Jaehyun menyusul di belakangnya dalam diam, menyalami ibu Jeno dengan sopan, kemudian berdiri di depan Jeno dan tersenyum.

"Hai Jeno," gumamnya penuh arti. Jeno menatap Jaehyun dengan tatapan memperingatkan lalu mencoba tersenyum palsu.

"Selamat datang." senyumnya tidak sampai ke matanya. Dan segera setelah itu Jeno menggumamkan berbagai alasan dan melarikan diri ke dapur.

Perjanjian HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang