4

3.3K 315 20
                                    

Janganlah kau menikahi seseorang yang menurutmu kau bisa hidup dengannya. Tetapi nikahilah seseorang yang menurutmu kau tidak bisa hidup tanpanya.


Perempuan itu sangat cantik, duduk di sana di tengah kebun bunga sambil meminum tehnya dari cangkir yang elegan. Rambutnya disanggul dengan formal ke atas, dan gaunnya tampak sangat indah, berwarna hijau, menyatu dengan alam taman bunga di sekelilingnya. Mama Jaehyun dan Chenle ini pasti sangat cantik di masa mudanya, karena bahkan di masa tuanyapun gurat gurat kecantikannya masih menyisa di sana.

Mama Jaehyun mendongak ketika melihat Jaehyun datang bersama Jeno yang gugup, lalu senyum ramahnya mengembang.

"Silahkan duduk," gumamnya menyilahkan sambil mengedikkan bahu dengan lembut pada kursi di depannya.

Dengan tenang Jaehyun menarikkan kursi untuk Jeno dan duduk di sebelahnya.

"Mama tidak masuk angin, minum teh sore-sore di luar seperti ini?"

Sang mama tersenyum lembut dan menatap Jaehyun dengan sayang.

"Mama cukup kuat kalau hanya duduk-duduk di luar Jaehyun, lagipula mama bosan kalau di dalam terus, pemandangan taman ini di sore hari sangat indah, sayang untuk dilewatkan."

Mama Jaehyun benar. Pikir Jeno mengiyakan. Pemandangan taman ini tampak luar biasa, dengan dedaunan yang rimbun dan tertata rapi serta bunga-bunga dan rumput hijau yang mengelilingi, ditambah lagi kolam ikan yang cantik dengan gemericik air terjun buatan yang mendamaikan suasana. Jeno dengan senang hati akan rela melewatkan waktunya untuk duduk-duduk di taman ini menikmati keindahan suasananya.

Tak disadarinya mama Jaehyun mengamati Jeno dengan penuh perhatian. Ketika Jeno tersadar, dia langsung bergumam gugup menyadari ketidaksopanannya karena langsung duduk dan melamun, bukannya memperkenalkan diri.

"Eh, maaf... Saya... Saya Lee Jeno," gumam Jeno sambil mengulurkan tangannya gugup.

Mama Jaehyun menyambut uluran tangan Jeno, tampak geli melihat kegugupan Jeno.

"Dan perkenalkan aku mamanya Jaehyun dan Chenle." Dia melirik Jaehyun penuh arti, "Begitu mendengar tentangmu dari Jaehyun dan Chenle, aku benar-benar didera rasa ingin tahu."

Jeno melirik Jaehyun yang sepertinya sudah ada dalam mode berakting karena lelaki itu melirik lembut dan penuh cinta kepadanya.

"Aku tidak pernah merasakan yang seperti ini kepada siapapun, mama. Dia istimewa dan aku harap dia yang terbaik." Jaehyun bergumam dengan nada yang terdengar begitu tulus dan jujur. Bahkan Jeno yang mengetahui bahwa itu hanyalah kebohongan semata, tersipu-sipu mendengarnya

Mama Jaehyun menyesap teh-nya lagi, lalu melirik Jeno dan Jaehyun bergantian, "Kau tidak pernah menceritakan tentang Jeno sebelumnya."

"Aku sedang mengejarnya," jawab Jaehyun santai, "Sekarang aku sudah memilikinya, dan kupikir sekaranglah saat yang tepat untuk mengklaimnya dan menunjukkannya pada semua orang."

Mama Jaehyun terkekeh mendengar nada posesif dan kepemilikan di dalam suara Jaehyun. Dia tersenyum pada Jeno meminta permakluman.

"Maafkan anak lelakiku ini Jeno, dia memang terbiasa arogan dan keras kepala, mungkin kau juga menyadarinya. Aku senang karena dia akhirnya menemukan seseorang yang cocok untuknya, karena aku tahu betapa alerginya dia mengikatkan diri pada seseorang."

Jeno tersenyum kaku, mencoba tampak santai "Saya... Saya senang karena anda menerima saya..."

"Tentu saja aku menerimamu, kau pilihan Jaehyun, berarti kaulah yang terbaik." sang mama tersenyum dan mengangkat bahunya, "Tentunya Jaehyun sudah bercerita kalau aku berniat menjodohkannya dengan Chenle... Sebuah pemikiran yang kupikir keputusan terbaik, mengingat aku begitu menyayangi mereka berdua dan menginginkan mereka saling menjaga... Kalau-kalau aku... Sudah tidak ada lagi. Dokter bilang penyakit jantungku sudah parah dan sungguh untung kalau aku bisa hidup lebih dari 1 tahun ke depan."

Perjanjian HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang